KASUS II HIPOSPADIA
41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kelain Kelainan an kongin kongineta etall pada pada penis penis menjad menjadii suatu suatu masalah masalah yang yang sangat sangat pentin penting, g, karena selain berfungsi sebagai pengeluaran urine juga berfungsi sebagai alat seksual yang pada kemudian hari dapat berpengaruh terhadap fertilitas. Salah satu kelainan konginetal terbanyak kedua pada penis setelah cryptorchidism yaitu hipospadia. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, ( Ngastiyah, 2005 : 288). Istilah hipospadia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Hypo (below) (below) dan spaden (opening). (opening). Hipospadia Hipospadia menyebabk menyebabkan an terjadinya terjadinya berbagai berbagai tingkatan tingkatan defisiensi uretra. Jaringan fibrosis yang menyebabkan chordee menggantikan fascia Bucks dan dan tuni tunika ka dart dartos os.. Kuli Kulitt dan dan prep preput utiu ium m pada pada bagi bagian an vent ventra rall menj menjad adii tipi tipis, s, tidak tidak sempurn sempurnaa dan memben membentuk tuk kerudu kerudung ng dorsal dorsal di atas atas glans glans (Ducke (Duckett, tt, 1986, 1986, Mc Aninch Aninch,, 1992). Selain berpengaruh terhadap fungsi reproduksi yang paling utama adalah pengaruh terhadap psikologis dan sosial anak. Penyebab Penyebab dari hiposapadia hiposapadia ini sangat sangat multifakto multifaktorial rial antara lain disebabkan disebabkan oleh gang ganggu guan an dan dan keti ketida daks kseim eimba bang ngan an horm hormon one, e, gene geneti tika ka dan dan
ling lingku kung ngan an.. Gang Gangua uan n
kesei keseimb mban anga gan n horm hormon on yang yang dima dimaks ksud ud adala adalah h horm hormon onee andr androg ogen en yang yang meng mengatu atur r organo organogen genesis esis kelami kelamin n (pria). (pria). Sedang Sedangkan kan dari dari faktor faktor genetik genetikaa , dapat dapat terjad terjadii karena karena gagalnya sintesis androgen sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Dan untuk fakt faktor or ling lingku kuna nagn gn adal adalah ah polu poluta tan n dan dan zat zat yang yang bers bersif ifat at tera terato toge geni nik k yang yang dapa dapatt mengakibatkan mutasi. Di Amerika Serikat, hipospadia diperkirakan terjadi sekali dalam kehidupan dari 350 bayi laki-laki laki-laki yang dilahirkan dilahirkan . Angka kejadian ini sangat berbeda tergantung tergantung dari etnik dan geogafi geogafis. s. Di Kolumbia Kolumbia 1 dari 225 kelahira kelahiran n bayi laki-laki, laki-laki, Belakangan Belakangan ini di beberapa negara terjadi peningkatan angka kejadian hipospadia seperti di daerah Atlanta meningkat 3 sampai 5 kali lipat dari 1,1 per 1000 kelahiran pada tahun 1990 sampai tahun 1993. 1993. Banyak Banyak penulis melaporkan melaporkan angka angka kejadian kejadian hipospadia hipospadia yang bervariasi bervariasi berkisar antara 1 : 350 per kelahiran laki-laki. Bila ini kita asumsikan ke negara Indonesia karena Indonesia belum mempunyai data pasti berapa jumlah penderita hipospadia dan berapa angka kejadian hipospadia. Maka berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun 2000
42
menurut kelompok umur dan jenis kelamin usia 0 – 4 tahun yaitu 10.295.701 anak yang mend mender erita ita hipo hiposp spad adia ia sekit sekitar ar 29 ribu ribu
anak anak yang yang meme memerl rluk ukan an pena penang ngan anan an repai repair r
hipospadia. Penata Penatalak laksan sanaan aan hiposp hipospadi adiaa pada pada bayi bayi dan anak anak dilaku dilakukan kan dengan dengan prosed prosedur ur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Umumnya di Indonesia banyak terjadi kasus hipospadia karena kurangnya pengetahuan para bidan saat menangani kelahiran karena seharusnya anak yang lahir itu laki-laki namun karena melihat lubang kencingnya di bawah maka di bilang anak itu peremp perempuan uan.. Oleh karena karena itu kita kita sebagai sebagai seoran seorang g tenang tenangaa medis medis harus harus menber menberika ikan n inform informasi asi yang yang adekua adekuatt kepada kepada para para orang orang tua tentan tentang g penyak penyakit it ini. ini. Para Para orang orang tua hendaknya menghindari faktor- faktor yang dapat menyebabkan yang dapat menyebabkan hipo hiposp spad adia ia dan dan mend mendet etek eksi si secara secara dini dini kela kelain inan an pada pada anak anak mere mereka ka sehin sehingg ggaa dapa dapatt dilakukan penanganan yang tepat. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Apakah defini definisi si dari dari hiposp hipospadi adia? a? 2. Apakah Apakah klasif klasifika ikasi si dari dari hiposp hipospadi adia? a? 3. Apakah Apakah etio etiolog logii dari peny penyaki akitt tersebu tersebut? t? 4. Apakah Apakah manif manifest estasi asi klinik klinik dari penya penyakit kit terseb tersebut? ut? 5. Bagaimana Bagaimana penatal penatalaksanaa aksanaan n yang yang dilakuka dilakukan n untuk untuk hiposp hipospadia? adia? 6. Bagaimana Bagaimana Asuhan Asuhan Keperaw Keperawatan atan pada pada An. X dengan dengan kasus kasus Hipospad Hipospadia ia ?
1.3
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum Mah Mahasis asiswa wa
mam mampu
mema memah hami ami
dan
dapa dapatt
menga engap plika likasi sika kan n
asuh asuhan an
keperawatan yang tepat pada klien dengan hipospadia 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa Mahasiswa mampu menjelaskan menjelaskan definisi definisi dari hipospadia. hipospadia. 2. Mahasiswa Mahasiswa mampu menjelaskan menjelaskan klasifikasi klasifikasi dari hipospadia hipospadia.. 3. Mahasiswa Mahasiswa mampu menyebutkan menyebutkan berbagai berbagai etiologi dari hipospadia. hipospadia.
43
4. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai manifestasi klinik dari hipospadia 5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari hipospadia. 6. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang tepat pada An. X dengan kasus hipospadia.
1.4 Manfaat
Setelah membaca makalah tentang hipotiroid dan hipertiroid ini diharapkan dapat memberikan manfaat: Mahasiswa mampu Memahami tentang definisi, etiologi, klasifikasi, penatalaksanaan dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipospadia.
44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
a. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksternus terletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal pada ujung gland penis. (Duccket, 1986, Mc Aninch, 1992) b. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257). c. Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus ). (Davis Hull, 1994 ). d. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374). 2.2 Klasifikasi Hipospadia
45
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus : 1. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Hipospadia Glandular
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi. 2. Tipe penil/ Tipe Middle
46
Hipospadia Pene-escrotal
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3. Tipe Posterior
Hipospadia Perineal
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.
2.3 Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain : 1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
47
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bias jiga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama. 2. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. 3. Lingkungan Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi 2.4 Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda yang biasanya di timbulkan antara lain : a. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis b. Penis melengkung ke bawah c. Penis tampak seperti kerudung karena kelaianan pada kulit di depan penis. d. Ketidakmampuan berkemuh secara adekuat dengan posisi berdiri e. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus. f.
Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis
g. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar h. Kulit penis bagian bawah sangat tipis i.
Tunika dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak ada
48
j.
Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis
k. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok l.
Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum)
m. Kadang disertai kelainan congenital pada ginjal n. Ketidaknyamanan anak saat BAK karena adanya tahanan pada ujung uretra eksterna.
2.5 Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak biasanya dilakukan dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis dan semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan operasinya. 2.5.1 Langkah – Langkah Pada Operasi Hipospadia
1. Koreksi meatus 2. Koreksi chordee bila ada 3. Rekonstruksi uretra 4. Pengalihan kulit dorsal penis yang berlebihan ke ventral 5. Koreksi malformasi – malformasi yg berhubungan Teknik operasi
2.5.2 Teknik Operasi Secara Garis Besar 1. Perbaikan multi tahap
Perbaikan dua tahap Tahap I : Chordectomy, Chordectomy dgn memotong uretra plat distal, meluruskan penis sehingga meatus tertarik lebih proksimal
49
Tahap II: Urethroplasty,
Penutupan kulit bagian, ventral dilakukan dengan
memindahkan prepusium dorsal dan kulit penis mengelilingi bagian ventral dalam tahap uretroplasti • Contoh : Browne (1953), Byars (1955), dan Smith (1981)
2. Perbaikan Satu Tahap
Akhir tahun 1950, pelepasan korde kendala utama, tetapi dapat dihilangkan sejak ditemukan teknik ereksi buatan). Contoh : Broadbent (1961), McCormack (1954), Devine & Horton (1961), Teknik Y-V modifikasi Mathieu, Teknik Lateral Based (LB)Flap
50
a. Teknik Y-V Modifikasi Mathieu
b. Teknik Lateral Based (LB) Flap
2.6 Perawatan Pasca Operasi
Suatu tekanan ringan dan elastis dari perban dipakai untuk memberikan kompres post operatif bagi reparasi hipospadia, untuk mengatasi oedema dan untuk mencegah pendarahan setelah operasi. Dressing harus segera dihentikan bila terlihat keadaan sudah membiru disekitar daerah tersebut, dan bila terjadi hematoma harus segera diatasi. Setiap
51
kelebihan tekanan yang terjadi karena hematoma akan bisa menyebabkan nekrosis. Oleh karena efek tekanan pada penyembuhan, maka pemakaian kateter yang dipergunakan harus kecil, dan juga steril, dan terbuat dari plastik dan dipergunakan kateter dari kateter yang lunak. Dalam keadaan dimana terjadi luka yang memburuk sebagai akibat edema pada luka, ereksi atau hematoma, maka sebaiknya dikompres dengan mempergunakan bantalan saline steril yang hangat. Diversi urine terus dilanjutkan sampai daerah yang luka itu sembuh. Bila jaringan tersebut telah sembuh, maka masalahnya bisa direparasi dalam operasi yang kedua 6 – 12 bulan yang akan datang.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang timbul paska repair hipospadia sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor usia pasien, tipe hipospadia, tahapan operasi, ketelitian teknik operasi, serta perawatan paska repair hipospadia. Macam komplikasi yang terjadi yaitu : 1. Perdarahan 2. Infeksi 3. Fistel urethrokutan 4. Striktur urethra, stenosis urethra 5. Divertikel urethra.
Komplikasi paling sering dari reparasi hipospodia adalah fistula, divertikulum, penyempitan uretral dan stenosis meatus (Ombresanne, 1913 ). Penyebab paling sering dari fistula adalah nekrosis dari flap yang disebabkan oleh terkumpulnya darah dibawah flap. Fistula itu dapat dibiarkan sembuh spontan dengan reparasi sekunder 6 bulan sesudahnya. Untuk itu kateter harus dipakai selama 2 minggu setelah fistulanya sembuh, dengan harapan tepi-tepinya akan menyatu kembali, sedangkan kegunaannya untuk terus diversi lebih lama dari dua minggu.
2.8
Konsep Tumbuh Kembang
52
Anak usia toddler ( 1 – 3 th ) mempunyai sistem control tubuh yang mulai membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal.Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat,mereka mulai berinteraksi dengan teman,mengembangkan perilaku/moral secara simbolis,kemampuan berbahasa yang minimal.Sebagai sumber pelayanan kesehatan ,perawat berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna memberikan asuhan keperawatan anak dengan optimal. Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara
kognitif,psikososial maupun spiritual
( Supartini, 2000). Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya. 2.8.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Biologis Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badan berjalan cukup stabil/ lambat.Rata-rata bertambah sekitar 2,3 kg /tahun,sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah dibanding anggota tubuh lain ). Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stres s,sehingga saat ini sudah bisa diajarkan toilet training .Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. 2.8.2 Perkembangan Psikososial (Erikson) Menurut Eric Erikson, anak pada usia 1-3 tahun masuk dalam fase otonomi vs rasa malu dan ragu. Pada tahap ini toddler mengembangkan rasa percaya dan siap menyerahkan ketergantungannya untuk membangun perkembangan kemampuan pertamanya dalam mengendalikan otonomi. Orang tua yang mendorong toddler melakukan hal tersebut akan mengembangkan kemandirian toddler. Toddler dapat mengembangkan rasa malu dan ragu jika orang tua membiarkan toddler bergantung pada orang tua di area yang seharusnya toddler dapat mencoba keterampilan barunya atau membuat toddler merasa tidak mampu saat mencoba keterampilan ini. Periode perkembangan Otonomi adalah suatu waktu saat anak mulai mengadakan kontak sosial. Toddler menjadi sangat ingin tahu dan banyak bertanya.
53
Pada usia ini anak menjadi lebih kreatif, meskipun produk yang dihasilkan dari aktivitasnya mungkin tak sempurna. Respon stress yang biasa muncul pada toddler adalah separation anxiety dan regression. Misalnya, toddler menjadi sangat cemas ketika harus berpisah dari orang tuanya. Regresi atau kembali pada tingkatan perkembangan yang lebih awal dapat di lihat saat toddler “ngompol”, atau menggunakan bedak bayi. Perawat dapat membantu menjelaskan pada orang tua bahwa hal itu wajar dan itu menunjukkan bahwa toddler mulai mencoba untuk menentukan posisinya dalam keluarga. Selama usia toddler, kemampuan untuk mengerti dan mengekspresikan bahasa berkembang dengan pesat. Kemampuannya untuk mengerti kata-kata lebih maju dari pada kemampuannya untuk mengekspresikan kata dan ide. Saat usia 1 tahun, toddler sudah bisa mengenal nama mereka sendiri. . Saat dilakukan pemeriksaan oleh perawat pada An. X, klien menangis. Ini menandakan bahwa klien mengalami suatu ketakutan terhadap orang maupun lingkungan asing. Hal ini dapat juga karena respon stress anak terhadap masalah yang dihadapinya. Seperti yang disebutkan di atas bahwa anak memiliki “separation anxiety., respon anak yang menangis ketika didekati oleh perawat mungkin disebabkan karena ketakutannya akan perpisahan dengan orang tua. Di samping itu An.X juga mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Ini dapat diihat dari An X yang belum dapat bicara secara jelas. 2.8.3 Perkembangan Psikoseksual (Freud) Menurut Sigmund Freud, usia 1-3 tahun masuk dalam fase Anal dimana pusat kesenangan anak pada perilaku menahan faeses bahkan kadangkala anak bermain-main dengan faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi tentang perbedaan antara dirinya dengan orang lain disekitarnya. Konflik yang sering terjadi adalah adanya Oedipus complex atau katarsis yaitu dimana seorang anak laki-laki menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan dirinya.sedangkan pada wanita disebut dengan Elektra complex. Dalam tahap ini toddler diajarkan untuk melakukan toilet training. Kasus hipospadia yang dialami oleh An. X telah membuat klien tidak bisa memenuhi tahap analnya dengan maksimal. Ditambah lagi dengan perhatian orang tua untuk melatih
54
toilet training yang masih kurang, ditunjukkan dengan ketidaktahuan orang tua bahwa anaknya mengalami hipospadia sampai umur anaknya 2,5 tahun.
2.9 Web Of Caution
Lingkungan Ketidakseimbangan hormon
Genetik Pajanan limbah industry: polychlorobyphenil, dioxin, furan, peptisida organoklorin, alkhiphenol polyethoxilates, phtalites 55
Bahan eksogenik dan anti androgenik
Kehamilan trimester 1
Kelainan pembentukan organ meatus urinarius
HIPOSPADIA
Meatus uretra abnormal
Hospitalisasi
Kencing merembes dan menyebar
MK : Ketakutan Anak
Personal Hygiene kurang
MK : Risiko infeksi
MK : Kerusakan integritas kulit
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus II An. X (2,5 tahun) laki-laki MRS sejak 1 hari yang lalu dengan keluhan pada saat kencing merembes. Anak menangis saat Ns. Ani mendekati An. X untuk dilakukan pemeriksaan TTV
56
(suhu 37,5 oC, nadi 80x/menit, RR 30x/menit). Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya kemerahan pada aerah skrotum. Menurut orang tua anak tidak pernah bilang kalau mau pipis, karena anak belum bisa bicara secara jelas. BB anak saat ini 10 kg. 3.1 Pengkajian 1. Identitas
a. Identitas Anak Nama
: An X
Tanggal lahir
: 07 September 2007
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal MRS
: 25 Maret 2010
Alamat
: Surabaya
Diagnosa Medis
: Hipospadia Penoscrotal
b. Identitas Orang Tua Nama Ayah / Ibu
: Tn M / Ny S
Pekerjaan Ayah / Ibu
: Pedagang / Buruh pabrik
Agama Ayah / Ibu
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Surabaya
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan Utama Riwayat penyakit saat ini
: Kencing merembes :
Ibu pasien baru menyadari kalau kencing anaknya merembes, kemudian beliau membawa anaknya ke puskesmas Kenjeran, oleh pihak puskesmas dirujuk ke RSDS
57
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Riwayat Kesehatan yang lalu
:
a. Penyakit yang pernah diderita
:
- Batuk/pilek
- Demam
- Kejang
-Mimisan
- Lain-lain :............................
b. Operasi
: - Ya
- Tidak
Tahun : ................
c. Alergi
:- makanan
- Obat
-Udara
- Debu e.Imunisasi
- Lainnya, Sebutkan.........
:
BCG (Umur 1bln)
Polio 5X (Umur : lahir, 2bln,4bln,6bln,18bln)
DPT 4X (Umur : 2bln,4bln,6bln,18bln) Campak (Umur : 9bln)
Hepatitis 3X (Umur : lahir, 1bln,4bln)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit yang pernah diderita keluarga
: Hipertensi
Lingkungan rumah dan komunitas
: Rumah terletak di dekat pabrik kayu.
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
: Ayah seorang perokok aktif, Ibu sering mengkonsumsi jamu.
Persepsi keluarga terhadap penyakit anak
: Orang tua tidak mengerti sama sekali tentang penyakit anak mereka.
5. Riwayat Nutrisi
Nafsu makan : - Baik
- Tidak
- Mual
Pola makan
: - 2X/hr
- 3X/hr
- >3X/hr
Minum
: Jenis : susu botol
- Muntah
Jumlah : kira-kira 700 cc/hr - Tidak
Pantangan makan
: - Ya
Menu makanan
: nasi tim, buah
6. Riwayat pertumbuhan
BB saat ini : 10 Kg, TB : 95 cm, LK : 47 cm, LD : 49 cm, LLA : cm BB lahir : 2700 gram
BB sebelum sakit : 10 kg 58
Panjang lahir : 48 cm 7. Riwayat Pertumbuhan
Pengkajian Perkembangan (DDST ) :Riwayat perkembangan psikososial : Perkembangan otonominya terganggu, pasien belum memiliki kemampuan untuk mengontrol tubuhnya, diri dan lingkungan. Riwayat perkembangan psikoseksual : pasien berada dalam fase anal, pasien sering memainkan penisnya.
ROS (Review of System) Keadaan Umum : - Baik Kesadaran
- Sedang
- Lemah
: composmentis
Tanda Vital - TD :
- Nadi : 80X/mnt
- Suhu badan : 37,5 C
RR : 30X/mnt
°
a. Pernafasan B1 (Breath)
Bentuk Dada
: - Normal
Pola nafas
: Irama
-Teratur
- Tidak teratur
Jenis
: - Dispnoe
- Kusmaul
- Ceyne Stokes
- Lain-lain :...
Suara Nafas
: - Vesikuler - Stridor
- Wheezing
- Ronkhi
Sesak Nafas
: - Ya
Retraksi otot bantu nafas
- Tidak, Jenis :
- Tidak
Batuk - Ya
: - Ada - Supraklavikular
Alat bantu pernapasan
- Tidak
- ICS - Suprasternal
: - Ya : - Nasal - Master - Respirator - Tidak
59
Lain-lain : ……………………………………. Masalah : Tidak ada masalah Keperawatan
b. Kardiovaskuler B2 (Blood)
Irama Jantung
: - Reguler - Ireguler
Nyeri dada
: - Ya
Bunyi jantung
: - Normal - Murmur
CRT
: - <3 dt
Akral
: - Hangat - Panas
S1/S2 tunggal : - Ya - Tidak
- Tidak - Galop
- lain-lain :
- > 3 dt - Dingin kering
- Dingin basah
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
c.
Persyarafan B3 ( Brain ) Penginderaan
GCS
Eye : 4
Verbal : 5
Mototik : 6
Total : 15
Reflek fisiologis : - patella
- triseps
- biceps
lain-lain : -
Reflek patologis : - babinsky
- budzinky
- kernig
lain-lain : -
Istirahat /tidur
: 14 jam/hari
Gangguan tidur : -
Penglihatan (mata ) Pupil
: - Isokor
- Anisokor
- Lain-lain
Sclera / Konjingtiva
: - Anemis
- Ikterus
- Lain-lain
- Tidak
Jelaskan :
Pendengaran / Telinga Gangguan Pendengaran : - Ya Penciuman (Hidung) Bentuk
: - Normal - Tidak
Gangguan Penciuman : - Ya
- Tidak
- Jelaskan -Jelaskan
Masalah : tidak ada masalah keperawatan
60
d. Perkemihan B4 (Bladder)
Kebersihan : Urine
- Bersih
: Jumlah : 400 cc/hr
- Kotor Warna : kuning jernih
Bau : kahas urine
Alat bantu : Kandung kencing :
Gangguan :
Membesar
- Tidak
Nyeri tekan
- Ya
- Anuria
- Oliguri
- Nokturia
- Tidak
- Ya
-Retensi
- Inkontinensia
Lain-lain : Hipospadia penoscrotal Masalah : Risiko Infeksi
e.
Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan
: - Baik
- Menurun
Porsi makan
: - Habis
- Tidak
Minim
: 700 cc/hr
Jenis : susu botol
Frekuensi : 2X/hari
- Ket : porsi makan anak sedikit
Mulut dan Tenggorokan Mulut
: - Bersih
- Kotor
Mukosa : - Lembab - Kering Tenggorokan
- Berbau - Stomatitis
: - Sakit menelan/ nyeri tekan - Pembesaran tonsil
- Kesulitan menelan - Lain-lain
Abdomen Perut
: - Tegang
Lokasi
:
Peristaltik
: 7 X/mnt
- Kembung
- Asites
- Nyeri/tekan
61
Pembesaran hepar
- Tidak
: - Ya
- Tidak
Pembesaran lien : - Ya Buang air besar : 2 hari sekali
Teratur : - Ya
Konsistensi :
Warna :
Bau :
- Tidak
Lain-lain : Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
f. Muskuloskeletal/ Integumen B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : - Bebas Kekuatan otot
:
Warna kulit :
- Ikterus - Sianotik
Turgor
: - Baik
- Sedang
Oedem
: - Ada
-Tidak Ada
-Terbatas
- Kemerahan - Pucat
- hiperpigmentasi
- Jelek Lokasi :
Lain-lain : Adanya kemerahan pada skrotum Masalah : Kerusakan Integritas kulit
g. Endokrin
- Ya
- Tidak
Hiperglikemia
- Ya
- Tidak
Hipoglikemia
- Ya
- Tidak
Luka Gangren
- Ya
- Tidak
Tyroid
Membesar
Lain-lain : Masalah : tidak ada masalah keperawatan
h. Personal Hygiene
Mandi
: 2x/hari
Sikat gigi : 2x/hari
62
Keramas : 1x/hari
Memotong kuku : bila panjang
Ganti pakaian : 2x/hari Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
i. Data penunjang (lab, foto, Rontgen)
Hemoglobin: 13,5 gr/dL Lekosit: 10.250 mg/dl
Hematokrit: 40,1 % Trombosit: 266.000 mg/dl
Erytrosit: 5.380.000 mg/dL j. Terapi/Tindakan
Pre op uretroplast
k. Analisa Data
63
DATA DS :
ETIOLOGI Hipospadia penoscrotal
- ibu mengeluhkan anaknya pada saat kencing merembes DO : - Adanya kemerahan pada skrotum - Suhu : 37,5 C Nadi : 80 x/mnt °
RR: 30 x/mnt
DS : - Orang tua pasien menyatakan bahwa anak mereka tidak pernah bilang jika mau BAK
MASALAH Kerusakan Integritas kulit
Kencing menetes pada skrotum Kandungan urine ( zat sisa nitrogen, toksin dll) mengenai skrotum terusmenerus Skrotum kemerahan
Anak menderita hipospadia penoscrotal
Ketakutan
Orang tua tidak memiliki pengetahuan yang adekuat tentang penyakit
- Orang tua pasienmenyatakan bahwa mereka tidak mengerti tentang Anak mendapatkan penyakit yg diderita oleh anak mereka lingkungan yang baru di RS DO : Anak menangis saat - Anak menangis saat didekati oleh didekati oleh perawat perawat Ansietas - Orang tua pasien terlihat cemas dan gelisah dengan keadaan anak mereka DS :
Hipospadia penoscrotal
-
Kencing merembes
DO :
Anus sering basah
- Adanya kemerahan pada skrotum
Risiko infreksi
Port de entry kuman
- Suhu : 37,5 C °
- Nadi : 80 x/menit
3.2 Diagnosa Keperawatan
64
1. Kerusakan Integritas kulit b.d Hipospadia penoscrotal 2. Ansietas b/d kondisi penyakit, lingkungan asing, perpisahan dengan sistem pendukung, ketidaknyamanan 3. Risiko Infeksi b.d tempat masuknya organisme sekunder akibat : adanya saluran invasif.
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan Integritas kulit b.d Hipospadia penoscrotal Tujuan
: Integritas kulit klien kembali normal
Kriteria hasil
:
1. Skrotum tidak kemerahan kembali 2. Keadaan umum pasien baik Intervensi Rasional 1. Pertahankan kecukupan masukan 1. Masukan cairan yang cukup dapat cairan untuk hidrasi yang adekuat
merangsang keteraturan berkemih.
(kira – kira 2500 ml/hari kecuali bila kontraindikasi);. 2. Cuci area yang kemerahan dengan 2. Sabun ringan (pH yang sesuai) dapat lembut menggunakan sabun ringan
mencegah
(pH yang sesuai), bilaslah seluruh
ketidaknyamanan, menjaga kebersihan
area
kulit.
dengan
menghilangkan
bersih sabun
untuk
rasa
perih
dan
dan
keringkan. 3. Tingkatkan masukan protein dan 3. Nutrisi karbohidrat untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen
yang
adekuat
dapat
mempercepat proses penyembhan luka.
positif; 65
timbang individu setiap hari dan tentukan
kadar
albumin
serum
setiap minggu untuk memantau status. 4. Konsulkan spesialis
dengan atau
dokter
perawat untuk 4. Membantu dalam pemecahan masalah
pengobatan luka.
dan pemilihan obat yang tepat untuk kebutuhan pasien.
2. Ketakutan b/d kondisi penyakit, lingkungan asing, perpisahan dengan sistem pendukung, ketidaknyamanan. Tujuan : Anak menunjukkan ketenangan yang adekuat Kriteria Hasil : a. Anak menunjukkan kecemasan yang minimum atau tidak sama sekali b. Anak dapat berbaring dengan tenang Intervensi 1. Orientasikan anak pada lingkungan yang asing. 2. Berikan penjelasan kepada orang tua
Rasional 1.Orientasi
lingkunagn
RS
dapat
menurunkan rasa tidak aman pada anak 2. informasi adekuat yang didapatkan oleh
mengenai penyakita anak, tindakan
orang tua akan pemahaman pada orang
pengobatan
tua akan panyakit anaka sehingga orang tua dapat memberikan ketenangan kepada anak dan turut serta dalam tindakan.
3. Berikan penjelasan yang dapat diterima oleha anak mengenai tindakan yang akan
3. Penjelasan dapat menurunkan ansietas pada anak sehingga anak lebih koperatif
66
dilakukan
dalam tindakan
4. Minta salah satu orang tua untuk tinggal
4. Untuk memberikan rasa aman pada anak
bersama untuk menemani anak selama tinggal di RS 5.
5. Tempatkan anak pada ruangan yang
relaksasi
sehingga
mendorong anak untuk tidur tenang
tenang dengan distraksi yang minimun
3.
Meningkatkan
dengan rasa nyaman.
Risiko infeksi b.d tempat masuknya organisme sekunder akibat : adanya saluran invasif. Tujuan : Anak menunjukkan penyembuhan luka tanpa adanya tanda-tanda infeksi Kriteria Hasil : a. Skotum tidak kemerahan b. Suhu tubuh normal (rectal kurand dari 37 C) °
c. Anak tidak menunjukkan tanda infeksi Intervensi
Rasional
1. Lakukan perawatan luka pada skrotum 1. Perawatan luka dengan prinsip steril dengan steril
meminimalkan resiko infeksi karena masuknya kuman
2. Informasikan kepada keluarga untuk 2. Peran serta keluarga dalam kebersihan menjaga kebersihan Anus dan menjaga
akan menjadi deteksi dini infeksi
agar skrotum anak tetep dalam kondisi kering, segera ganti popok apabila sudah basah 3. Pantau
adanya
(pus,demam dll)
tanda-tanda
infeksi 3. Untk mengetahui adanya perubahan pada luka untuk identifikasi awal dari infeksi sekunder
67
4. Pertahankan asupan kalori dan protein 4. diet yang bergizi akan mempercepat dalam diet
proses penyembuhan
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). Menurut letak orifisium uretra eksternum atau meatusnya hipospadia diklasifikasikan menjadi tiga, antara lain tipe sederhana yaitu hipospadia glandular, tipe penil atau midle yaitu hipospadia pene-escrotal dan yang terakhir tipe posterior yaitu hipospadia perineal. 2. Penyebab dari hiposapadia ini sangat multifaktorial antara lain disebabkan oleh gangguan dan ketidakseimbangan hormone, genetika dan lingkungan. Manifestasi
68
klinis yang disebabkan oleh hipospadia seperti Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus, preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis, adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar dan berbagai menifestasi klinis lainnya. 3. Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan prosedur pembedahan
yang bertujuan
untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis dan semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan operasinya. 4. Pada kasus di atas, orang tua kurang memberikan perhatian pada anaknya , hal ini dilihat dari diagnosa hipospadia yang baru diketahui pada umur 2,5 tahun. Keterlambatan ini tentunya dapat memberikan kemungkinan terjadinya komplikasi lain dari manifestasi klinis yang ada, seperti yang terjadi pada An. X, skrotumnya mengalami kemerahan karena kencinganya yang terus- terusan merembes.
4. 2 Saran
Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang adekuat terhadap orang tua mengenai penyakit ini, sehingga para orang tua memiliki pengetahuanyang cukup. Selain it orang tua juga harus memberikan perhatian penuh terhadap tumbuh kembang anak mereka dan dapat melakukan deteksi secara dini bila terdapat kelainan pada anak mereka baik dalam segi fisik maupun mental.
69
Daftar Pustaka
Kuliahbidan. 2008. Hipospadia. Diakses dari http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/03/hipospadia-2/. pada 26 Maret 2010 pukul 19.15 WIB Kuliahbidan. 2008. Hipospadia. Diakses dari http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/03/hipospadia/. pada 26 Maret 2010 pukul 19.25 WIB Kuliahbidan. 2008. Hipospadia/ Hypoapadia. Diakses dari http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/03/hipospadiahypoapadia/. pada 26 Maret 2010 pukul 19.05 WIB Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius. Rikrifai, Nazri. 2009. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diagnosa Medis Hipospadia. Diakses dari
70