BAB I PENDAHULUAN
Istilah Istilah abortus abortus dipakai dipakai untuk untuk menunjukk menunjukkan an pengeluaran pengeluaran hasil konsepsi konsepsi sebelum sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil terkecil yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 5 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 5 gram atau kurang dari 2 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abor Abortu tuss buat buatan an adal adalah ah peng pengak akhi hiran ran keha kehami milan lan sebel sebelum um 2 ming minggu gu akib akibat at tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik ! "erdasarkan "erdasarkan aspek klinisnya, klinisnya, abortus spontan spontan dibagi dibagi menjadi menjadi beberapa beberapa kelo kelomp mpok ok,, yait yaitu u abor abortu tuss immi immine nens ns # threatened threatened abortion abortion$, $, abortu abortuss insipi insipiens ens #inevitable abortion$, abortion$, abortus inkomplit, inkomplit, abortus komplit, komplit, missed abortion, abortion, dan abortus habitualis #recurrent #recurrent abortion$, abortion$, abortus abortus ser%ikalis, ser%ikalis, abortus abortus in&eksiosus, in&eksiosus, dan abortus septik.!,2 Abort Abortus us inkomp inkomplit lit adalah adalah pengel pengeluar uaran an sebagi sebagian an hasil hasil konsep konsepsi si pada pada kehamilan sebelum 2 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. 'eproduksi manusia relati& tidak e&isien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar !5( dari kehamilan yang ditemukan.2,) *amun angka kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengal mengalami ami kegugu keguguran ran daripa daripada da pada pada wanita wanita yang yang hamil hamil dan berakh berakhir ir dengan dengan kelahiran hidup. ) +re%al +re%alens ensii abortu abortuss juga juga mening meningkat kat dengan dengan bertam bertambah bahnya nya usia, usia, dimana dimana pada wanita berusia 2 tahun adalah !2(, dan pada wanita diatas )5 tahun adalah 5(.) elapan puluh persen abortus terjadi pada !2 minggu pertama kehamilan. 2 +eneli +enelitian tian-pen -peneli elitian tian terdahu terdahulu lu menyeb menyebutk utkan an bahwa bahwa angka angka kejadi kejadian an abortus sangat tinggi. Sebuah penelitian pada tahun !99 memperkirakan total kejadian abortus di Indonesia berkisar antara 75.. dan dapat mencapai ! juta
!
per tahun dengan rasio !/ abortus per ! konsepsi. Angka tersebut mencakup abortus spontan maupun buatan. Abortus inkomplit sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus pro%okatus kriminalis ataupun medisinalis. Insiden abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti namun yang penting diketahui adalah sekitar 0 ( dari dari wanita wanita hamil hamil yang yang mengal mengalami ami abortu abortuss inkomp inkomplit lit memerl memerluka ukan n perawa perawatan tan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi 2,,). Abor Abortu tuss
inko inkomp mpli litt
memi memili liki ki
komp kompli lika kasi si
yang yang
dapa dapatt
meng mengan anca cam m
kese keselam lamat atan an ibu ibu kare karena na adan adanya ya perd perdar arah ahan an masi& masi& yang yang bisa bisa meni menimb mbul ulka kan n kematian akibat adanya syok hipo%olemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis. tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan menginginkan anak. 1engenal lebih dekat tentang abortus inkomplit menjadi penting bagi para pelayan kesehatan agar mampu menegakkan diagnosis kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum %iabel, disertai atau tanpa pengeluaran hasil konsepsi. 1enurut 34, abortus dide&inisikan sebagai penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat janin kurang dari 5 gram. Sedangkan, abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 2 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus!.
2.2 Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian disebutkan sekitar 0 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan secara umum disebutkan sebesar !( dari seluruh kehamilan. Angka-angka tersebut berasal dari data-data dengan sekurang-kurangnya ada dua hal yang selalu berubah, kegagalan untuk menyertakan abortus dini yang tidak diketahui, dan pengikutsertaan abortus yang ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai abortus spontan5. ebih dari /( abortus terjadi dalam !2 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama, kemudian menurun menjadi 2-( pada trimester kedua dan 5-! ( pada trimester ketiga 5. 'esiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. 6rekuensi abortus yang dikenali secara klinis bertambah dari !2( pada wanita yang berusia kurang dari 2 tahun, menjadi 20( pada wanita yang berumur di atas ) tahun. ntuk usia paternal yang sama, kenaikannya adalah dari !2( menjadi 2(. Insiden abortus bertambah pada kehamilan yang belum melebihi umur bulan 5,0.
2.3 Etiologi
1ekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak jelas. +ada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, sering janin sebelum ekspulsi masih hidup dalam uterus. 8ematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada o%um atau igot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya 5.
2.3.1 Pe!em"#ng#n $igot %#ng A"nom#l
Abnormalitas
kromosom merupakan penyebab dari abortus
spontan. Sebuah penelitian meta-analisis menemukan kasus abnormalitas kromosom sekitar )9( dari abortus spontan. :risomi autosomal merupakan anomali yang paling sering ditemukan #52($, kemudian diikuti oleh poliploidi #2! ($ dan monosomi ; #!($ 7 .
2.3.2 !to '#ten#l
"iasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi. +eristiwa abortus tersebut mencapai puncaknya pada kehamilan ! minggu, dan karena saat terjadinya abortus lebih belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan etiologi abortus yang dapat dikoreksi. Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan dan kelainan perkembangan pernah terlibat dalam peristiwa abortus euploidi5. #. Infe!si
4rganisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, %irus herpes simplek, cytomegalovirus Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab abortus. :o=oplasma juga disebutkan dapat menyebabkan
)
abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa in&eksi mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. ari kedua organisme
tersebut,
Ureaplasma Urealyticum merupakan
penyebab utama5. ". Pen%#!it(Pen%#!it Konis %#ng 'elem#)!#n
+ada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus 5<9. 3ipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 2 minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur 5<9. iabetes maternal pernah ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai &aktor predisposisi abortus spontan, tetapi kejadian ini tidak ditemukan oleh peneliti lainnya 5. *. Peng#+) Endo!in
8enaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes mellitus, dan de&isiensi progesteron5<9. iabetes tidak menyebabkan abortus jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik. e&isiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus. 8arena progesteron ber&ungsi mempertahankan desidua, de&isiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya5. d. N+tisi
+ada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. *ausea serta %omitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi nutrient yang ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus
spontan. Sebagaian
besar mikronutrien pernah
dilaporkan sebagai unsur yang penting untuk mengurangi abortus
5
spontan. e. ,"#t(,"#t#n d#n To!sin Ling!+ng#n
"erbagai macam at dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insiden abortus.
*amun
ternyata
tidak
semua
laporan
ini
mudah
dikon&irmasikan. f. !to(f#!to Im+nologis
6aktor imunologis yang telah terbukti signi&ikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain > antikoagulan lupus #A?$ dan antibodi anti cardiolipin #A?A$ yang mengakibatkan destruksi %askuler, trombosis, abortus serta destruksi plasenta. g. -#met %#ng 'en+#
"aik umur sperma maupun o%um dapat mempengaruhi angka insiden abortus spontan. Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang berhasil bila inseminasi terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah peralihan temperatur basal tubuh, karena itu disimpulkan bahwa gamet yang bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita sebelum &ertilisasi dapat menaikkan kemungkinan terjadinya abortus. "eberapa percobaan binatang juga selaras dengan hasil obser%asi tersebut5,7. ). L#p#otomi
:rauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan terjadinya abortus. +ada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut dengan organ panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya abortus. 1eskipun demikian, sering kali kista o%arii dan mioma bertangkai dapat diangkat pada waktu kehamilan apabila mengganggu gestasi. +eritonitis dapat menambah besar kemungkinan abortus. i. T#+m# &isi! d#n T#+m# Emosion#l
8ebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian embrio atau kematian janin. @ika abortus disebabkan khususnya oleh
0
trauma, kemungkinan kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi lebih merupakan kejadian yang terjadi beberapa minggu sebelum abortus. Abortus yang disebabkan oleh trauma emosional bersi&at spekulati&, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus dipengaruhi oleh rasa ketakutan marah ataupun cemas 5,7,9. . Kel#in#n Ute+s
8elainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang timbul dalam proses perkembangan janin,de&ek duktus mulleri yang dapat terjadi secara spontan atau yang ditimbulkan oleh pemberian dietilstilbestrol #S$5,7. ?acat uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. eiomioma uterus yang besar dan majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan abortus, bahkan lokasi leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya. 1ioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih besar kemungkinannya untuk menyebabkan abortus. *amun demikian, leiomioma dapat dianggap sebagai &aktor kausati& hanya bila hasil pemeriksaan klinis lainnya ternyata negati& dan histerogram menunjukkan adanya de&ek pengisian dalam ka%um endometrium. 1iomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan. +erlekatan intrauteri #sinekia atau sindrom Ashennan$ paling sering terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang terin&eksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum. 8eadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan. !. In!ompetensi se/i!s
8ejadian abortus pada uterus dengan ser%iks yang inkompeten biasanya terjadi pada trimester kedua. kspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah
7
membran plasenta mengalami ruptur pada prolaps yang disertai dengan balloning membran plasenta ke dalam %agina.
2.3.3 !to P#ten#l
3anya sedikit yang diketahui tentang peranan &aktor paternal dalam proses timbulnya abortus spontan. Bang pasti, translokasi kromosom sperma dapat menimbulkan igot yang mengandungt bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus 5,7.
2.0. P#togenesis
+roses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus pro%okatus kriminalis ataupun medisinalis. +roses terjadinya berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus. 3asil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu. +ada kehamilan kurang dari / minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena %illi korialies belum menembus desidua secara mendalam. +ada kehamilan antara / minggu sampai !) minggu %illi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. +ada kehamilan lebih dari !) minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. +erdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap!,5,9.
2.. -#m"##n Klinis
Cejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan per%aginam derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. @anin kemungkinan sudah keluar bersamasama plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-!, tetapi sesudah usia kehamilan ! minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. "ila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka pendarahan
/
cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus inkompletus. Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masi& sehingga terjadi hipo%olemik berat5<7. 2.. Di#gnosis
iagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui
anamnesis
dan
hasil
pemeriksaan
&isik, setelah
menyingkirkan
kemungkinan diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. +emeriksaan &isik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan vaginal toucher. +alpasi tinggi &undus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. +emeriksaan penunjang berupa SC akan menunjukkan adanya sisa jaringan. :idak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada kehamilan ektopik yang terganggu. +emeriksaan dengan menggunakan spekulum akan memperlihatkan adanya dilatasi ser%iks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. "imanual palpasi untuk menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan e%akuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. 1enentukan ukuran sondase uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai).
2.. Di#gnosis B#nding
Abortus inkomplit dapat di diagnosis banding> •
Abortus iminens D 8eguguran membakat dan akan terjadi. alam hal ini keluarnya &etus masih dapat dipertahankan dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodik serta istirahat. 8alau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. 8alau reaksi kehamilan 2 berturutturut negati&, maka sebaiknya uterus dikosongkan #kuret$.
•
8ehamilan ektopik tuba D 8ehamilan ektopik adalah kehamilan o%um yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak normal, termasuk kehamilan ser%ikal dan kehamilan kornual.
9
•
Abortus mola.- Adalah perdarahan per%aginam, yang muncul pada 2 minggu kehamilan biasanya berulang dari bentuk spotting sampai dengan perdarahan banyak. +ada kasus dengan perdarahan banyak sering disertai dengan pengeluaran gelembung dan jaringan mola. !) an pada pemeriksaan &isik dan SC tidak ditemukan ballotement dan detak jantung janin.
2.4. Pen#t#l#!s#n##n
:erlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. +enatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. :eknik pembedahan dapat dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase maupun aspirasi %akum. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat antara lain > oksitosin intra%enus, larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 2( atau urea (, prostaglandin 2, 62a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi %agina, injeksi parenteral maupun per oral, antiprogesteron - ' )/0 #me&epriston$, atau berbagai kombinasi tindakan tersebut diatas. +ada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi ser%iks sebelum tindakan kuretase sering tidak diperlukan. +ada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis ser%ikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka dengan memakai &orsep o%um atau &orsep cincin. "ila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk menge%akuasi jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut. +erdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat &atal5. %akuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan cara !> !. @ika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari !0 minggu, e%akuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam o%um untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui ser%iks. @ika pendarahan berhenti, beri ergometrin ,2 mg intramuskular atau misoprostol ) mcg per oral.
!
2. @ika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari !0 minggu, e%akuasi hasil konsepsi dengan> •
Aspirasi Eakum merupakan metode e%akuasi yang terpilih.
%akuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi %akum manual tidak tersedia. •
@ika e%akuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin ,2
mg intramuskular #diulangi setelah !5 menit jika perlu$ atau misoprostol ) mcg per oral #dapat diulangi setelah ) jam jika perlu$. . @ika kehamilan lebih dari !0 minggu> •
"erikan in&us oksitosin 2 unit dalam 5 ml cairan intra%ena
#garam &isiologis atau 'inger aktat$ dengan kecepatan ) tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. •
@ika perlu berikan misoprostol 2 mcg per%aginam setiap ) jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi #maksimal / mcg$. •
%akuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
:eknik kuretase dengan penyedotan #aspirasi %akum$ sangat berman&aat untuk mengosongkan uterus, dilakukan dengan menyedot isi uterus menggunakan kanula yang terbuat dari bahan plastik atau metal dengan tekanan negati&. :ekanan negati& dapat menggunakan pompa %akum listrik atau dengan syringe pump 0 ml. Aspirasi %akum merupakan prosedur pilihan yang lebih aman jika dibandingkan dengan teknik kuretase tajam, digunakan pada kehamilan kurang dari !2 minggu, dapat dilakukan hanya dengan atau tanpa analgesia lokal pada ser%iks maupun analgesia sistemik sedang. Aplikasi aspirasi %akum bahkan dapat dilakukan sampai pada umur kehamilan !5 minggu, tergantung pada ketrampilan dan pengalaman operator. Complete abortion rate aspirasi %akum berkisar antara 95 - !(. 1etode ini merupakan metode pilihan untuk mengatasi abortus inkomplit. %akuasi jaringan sisa dapat dilakukan secara lengkap dalam waktu -! menit5<. Sebelum melakukan tindakan kuretase, pasien, tempat dan alat kuretase disiapkan terlebih dahulu. +ada pasien yang mengalami syok, atasi syok terlebih dahulu. 8osongkan kandung kencing, selanjutnya dapat diberikan anestesi #jika
!!
diperlukan$. akukan pemeriksaan ginekologik ulang untuk menentukan besar dan bentuk uterus, kemudian lakukan tindakan antisepsis pada ginitalia eksterna, %agina dan ser%iks. Spekulum %agina dipasang dan selanjutnya ser%iks dipresentasikan dengan tenakulum. terus disondase dengan hati-hati untuk menentukan besar dan arah uterus. 1asukkan kanula yang sesuai dengan dalam ka%um uteri melalui ser%iks yang telah berdilatasi #tersedia ukuran kanula dari ) mm sampai !2 mm$. Selanjutnya kanula dihubungkan dengan aspirator #0 3g pada aspirator listrik atau ,0 atm pada syringe). 8anula digerakkan perlahanlahan dari atas kebawah dan sebaliknya, sambil diputar 0F. "ila ka%um uteri sudah bersih dari jaringan konsepsi, akan terasa dan terdengar gesekan kanula dengan miometrium yang kasar, sedangkan dalam botol penampung jaringan akan timbul gelembung udara. +asca tindakan tanda-tanda %ital diawasi selama !5- menit tanpa anestesi dan selama ! - 2 jam bila dengan anestesi umum. +emeriksaan lanjut dapat dilakukan ! - 2 minggu kemudian !. +enatalaksanaaan abortus dengan teknik medis dibuktikan aman dan e&ekti&. &ikasi terapi mi&epriston dengan misoprostol dilaporkan sebesar 9/( pada kehamilan trimester pertama awal. *amun demikian, pada abortus inkomplit, metode ini tidak memberikan keuntungan yang signi&ikan. ntuk mencapai
ekspulsi
spontan
yang
lengkap
dengan
terapi
prostaglandin
#misoprostol$ diperlukan waktu rata-rata selama 9 hari. 'egimen me&epriston, antiprogesteron digunakan secara luas, bekerja dengan cara mengikat reseptor progesteron, sehingga terjadi inhibisi e&ek progesteron untuk menjaga kehamilan. osis yang digunakan 2 mg. 8ombinasi selanjutnya #0 - )/ jam$ dengan pemberian prostaglandin /
μg
insersi %agina mengakibatkan kontraksi uterus
lebih lanjut yang kemudian diikuti dengan ekspulsi jaringan konsepsi. &ek yang terjadi pada terapi dengan obat-obatan ini berupa kram pada perut yang disertai dengan perdarahan yang menyerupai menstruasi namun dengan &ase yang memanjang, selama 9 hari bahkan dapat terjadi selama )5 hari. 8ontraindikasi penggunaan obat-obat tersebut adalah pada keadaan dengan gagal ginjal akut, kelainan &ungsi hati, perdarahan abnormal, perokok berat dan alergi .
2.5. Pognosis
!2
8ecuali adanya inkompetensi ser%iks, angka kesembuhan yang terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus spontan akan berkisar antara 7 dan /5( tanpa tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Abortus inkomplit yang di e%akuasi lebih dini tanpa disertai in&eksi memberikan prognosis yang baik terhadap ibu5,9.
2.16. Kompli!#si
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan terjadinya in&eksi akibat retensi sisa hasil konsepsi yang lama didalam uterus5. Sinekia intrauterin dan in&ertilitas juga merupakan komplikasi dari abortus. "erbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat terjadi, seperti per&orasi uterus, laserasi ser%iks, perdarahan, e%akuasi jaringan sisa yang tidak lengkap dan in&eksi. 8omplikasi ini meningkat pada umur kehamilan setelah trimester pertama. +anas bukan merupakan kontraindikasi untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang memadai segera dimulai 5. 8omplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan kuretase antara lain< > !. 8omplikasi @angka pendek a.
apat terjadi re&leks %agal yang menimbulkan muntah-muntah,
bradikardi dan cardiac arrest . b. +er&orasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. "ila per&orasi oleh kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya ka%um uteri dibersihkan sedapatnya. +asien diberikan antibiotika dosis tinggi. "iasanya pendarahan akan berhenti segera. "ila ada keraguan, pasien dirawat. c. Ser%iks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. "ila pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit. d. +erdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi. +engobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi. e. In&eksi
akut
dapat
terjadi
sebagai
salah
satu
komplikasi.
+engobatannya berupa pemberian antibiotika yang sensiti& terhadap kuman aerobik maupun anaerobik. "ila ditemukan sisa jaringan
!
konsepsi, dilakukan pembersihan ka%um uteri setelah pemberian antibiotika pro&ilaksis minimal satu hari.
2. 8omplikasi jangka panjang In&eksi yang kronis atau asimtomatik pada awalnya ataupun karena in&eksi yang pengobatannya tidak tuntas dapat menyebabkan> a.
In&ertilitas baik karena in&eksi atau tehnik kuretase yang salah sehingga terjadi perlengketan mukosa #sindrom Ashennan$
b. *yeri pel%is yang kronis.
!)
BAB 3 LAP,7AN KASUS
3.1 Identit#s P#sien
*ama
> A':
mur
> 22 :ahun
@enis 8elamin
> +erempuan
Alamat
> 'endang, 8arangasem
+ekerjaan
> 1ahasiswa
Agama
> 3indu
Suku
> "ali
"angsa
> Indonesia
1'S
> 2/ April 2!! #pukul !. I:A$
3.2 An#mnesis
8eluhan tama> +erdarahan dari %agina sejak tadi malam, pukul 2. I:A #27G)G!!$ +erjalanan +enyakit> +asien datang dengan keluhan perdarahan per%aginam sejak pukul 2. I:A. +erdarahan dikatakan berupa darah dengan warna merah kecoklatan dengan gumpalan-gumpalan darah berwarna kehitaman, disertai nyeri ringan pada perut bagian bawah. 'iwayat trauma, pasien jatuh di kamar mandi sehari sebelum datang ke rumah sakit. :erakhir kali pasien melakukan hubungan seksual dua hari sebelum mengalami perdarahan. +asien mengatakan tidak pernah berusaha untuk menggugurkan kandungannya. 'iwayat telat haid selama bulan. 'iwayat ++ test H pada bulan 6ebruari 2!!. 'iwayat menstruasi •
1enarche umur !) tahun, dengan siklus teratur setiap 2/ hari, lamanya -5 hari tiap kali menstruasi.
•
3ari pertama haid terakhir -!-2!!
!5
'iwayat perkawinan +asien belum menikah. 'iwayat persalinan !. I*I 'iwayat Ante *atal ?are #-$
'iwayat 8" #-$
'iwayat penyakit dahulu iabetes militus, asma, hipertensi dan penyakit jantung tidak ada. 'iwayat pengobatan +enderita tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya dan riwayat minum obat sebelum ke rumah sakit disangkal pasien.
3.3 Pemei!s##n &isi!
Status present: :> !2G/ mm3g *> // =Gmenit ta=> 0,7F? '> 2=Gmenit Status eneral 1ata> An -G-, ikt -G:horaks>
?or > S!S2 tgl reg m#-$ +o
> Ees HGH 'h -G- h -G-
Abd> J status ginekologi =t> 3angat HGH Status gine!ologi> Abdomen>
distensi #-$, nyeri supra pubik #-$, tanda cairan bebas #-$ :6> tak teraba
!0
Eagina >
&l= #H$ +∅ #H$, li%ide #H$
E: #!. I:A$ > &l= #H$ +∅ #H$ ! jari longgar, &etus di mulut portio J 8 !0 minggu +erdarahan akti& #-$ A+? > dbn 3.0 Di#gnosis Ke#
Abortus Inkomplit 3.. Pemei!s##n Pen+n#ng
arah engkap, ":G?:
H#sil D##) Leng!#p 824(60(119
"?> 2,2 ! -K '"?> ,/! ! -0 K 3C"> !!, gGdl 3?:> , ( +:> 2)2 ! - K
3.. Pen#t#l#!s#n##n
:= > IE6 ' 2 ttsGmnt ?e&ota=im = ! gr +uasa 8uretase dg CA #pk !2.!5$ ?ipro&lo=acin = 5 1ethylergometrin = ,!25 Asam 1e&enamat = 5 S6 2 = !
!7
1= > obser%asi 2 jam post kuretase +ukul
:ekanan darah
*adi
'espirasi
#I:A$ !2.!5 !2. !. !.!5 !. !). !).!5
#1m3g$ !G7 !G7 !G7 !G7 !!G7 !!G7 !!G7
#kaliGmenit$ /0 /0 /0 /) /) /2 /2
#kaliGmenit$ 2 2 2 2 2 2 2
8I> pasien dan keluarga :indak lanjut> +enderita dipulangkan 2) jam post kuret 8ontrol ke poliklinik kandungan dan kebidanan ! minggu kemudian
3.. Pognosis
ubius ad bonam
!/
BAB I: PE'BAHASAN
0.1 Di#gnosis
Seorang pasien 22 tahun, 3indu, "ali, datang dengan keluhan perdarahan per%aginam sejak malam hari jam 2. I:A #2/G)G2!!$, perdarahan dikatakan berwarna merah kecoklatan dan disertai gumpalan-gumpalan darah berwarna kehitaman, disertai nyeri ringan pada perut bagian bawah, namun saat ini keluhan nyeri perut sudah berkurang. 'iwayat trauma, pasien jatuh di kamar mandi sehari sebelum datang ke rumah sakit. :erakhir kali pasien melakukan hubungan seksual dua hari sebelum mengalami perdarahan. +asien mengatakan tidak pernah berusaha untuk menggugurkan kandungannya. +ada pemeriksaan &isik didapatkan status present dan general normal, pemeriksaan abdomen &undus uteri tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, tanda cairan bebas tidak ada, massa tidak ada. +ada inspikulo didapatkan pembukaan 4 dan tampak &etus di mulut portio. ari pemeriksaan dalam didapatkan, terdapat &luksus, pembukaan ostium uteri eksternum #4$ dan terdapat &etus di mulut portio. +ada pasien tersebut, pada anamnesis jelas didapatkan adanya keluhan telat haid yang mendukung bahwa pasien sedang hamil. isamping itu telah dilakukan tes kencing dengan hasil positi& hamil. Selain adanya keluhan perdarahan per%aginam yang banyak didapatkan juga keluhan nyeri perut bagian bawah dan ada riwayat trauma &isik. "erdasarkan data anamnesis tersebut, maka dapat dipikirkan adanya kecurigaan terhadap gejala abortus, terlebih lagi pasien sedang dalam masa reproduksi. +ada kasus ini, setelah dilakukan pemeriksaan dalam ternyata didapatkan adanya pembukaan ostium uteri eksternum #4$ dan teraba &etus di mulut portio, dimana besarnya &etus sesuai dengan umur kehamilan !0 minggu. "erdasarkan gambaran klinis yang jelas inilah kemudian dapat ditegakkan diagnosanya menjadi abortus inkomplit. alaupun demikian jika hanya dari anamnesa saja mungkin cukup sulit untuk dapat yakin bahwa itu merupakan suatu abortus inkomplit oleh karena adanya keluhan perdarahan per%aginam pada kehamilan muda, selain abortus
!9
inkomplit perlu juga dipikirkan kemungkinan lain seperti> kehamilan ektopik, mola hidatidosa, dan kehamilan dengan kelainan pada pel%is. ntuk abortus itu sendiri, masih harus dipikirkan berdasarkan mekanismenya apakah abortus spontan atau abortus pro%okatus oleh karena penatalaksanaannya yang berbeda. 8emungkinan lainnya yang harus disingkirkan adalah kehamilan ektopik, namun pada kehamilan ektopik, nyeri merupakan keluhan utamanya. Apalagi jika sudah terjadi kehamilan ektopik terganggu. +erdarahan per%aginam merupakan tanda penting kedua yang dapat menandakan kematian janin, dimana perdarahan tidak banyak dan berwarna coklat tua. 1eskipun gejala klinisnya dapat ber%ariasi dari perdarahan yang banyak dan tiba-tiba dalam rongga perut sampai gejala yang tidak jelas, ada trias klasik yang sering didapatkan yaitu, amenore, perdarahan dan nyeri abdomen. Sedangkan kemungkinan yang paling jauh yang dapat dipikirkan adalah adanya suatu mola hidatidosa. Bang dimaksud dengan mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar, dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh %ili korealis mengalami perubahan hidrotik. +ada mola perdarahan merupakan gejala utama, dimana si&at perdarahannya bisa intermitten, sedikitsedikit atau sekaligus banyak yang dapat menyebabkan syok. +ada kasus dengan perdarahan yang banyak sering disertai dengan pengeluaran gelembung dari jaringan mola. +ada pemeriksaan &isik, besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan #5( kasus menunjukkan besar uterus lebih dari usia kehamilan sesungguhnya$, tidak ditemukan balotement dan denyut jantung janin. Selain itu pada permulaan kehamilan biasanya pasien mengalami hiperemesis gra%idarum, mual, muntah pusing dengan derajat keluhan yang lebih berat. +erkembangan kehamilan adalah lebih pesat sehingga pada umumnya didapatkan uterus lebih besar dari umur kehamilan. +emeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain adalah pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan tes kehamilan, dan ultrasonogra&i #SC$. +ada pemeriksaan darah lengkap, dapat ditemukan 3b yang rendah akibat dari perdarahan yang bermakna. 3itung sel darah putih dan laju endap darah meningkat bahkan tanpa adanya in&eksi. 1enurunnya atau kadar plasma yang rendah dari L-h?C adalah penanda kehamilan abnormal, baik
2
blighted ovum, abotus spontan, ataupun kehamilan ektopik. 2 +emeriksaan SC trans%aginal berguna untuk mendokumentasikan kehamilan intrauterin. +ada abortus inkomplit, sakus gestasional biasanya terlihat gepeng dan ireguler, material ekogenik yang mewakili jaringan plasenta terlihat dalam ka%um uteri.2 "erdasarkan uraian diatas maka diagnosenya cenderung mengarah ke abortus inkomplit, karena dari anamnese dan pemeriksaan &isik ginekologi jelas didapatkan gejala klinis yang sesuai dengan abortus inkomplit. Adanya diagnose banding yaitu abortus iminens, kehamilan ektopik dan mola dapat disingkirkan. +emeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hematologi rutin yaitu untuk mencari terutama kadar hemoglobin yang bertujuan dengan mengetahui adanya kadar hemoglobin dibawah normal berarti pasien dalam keadaan anemi yang salah satunya dapat disebabkan oleh adanya perdarahan banyak. +ada kasus ini hasil dari laboratorium darah rutin didapatkan dalam batas normal, sehingga tidak perlu ditakutkan adanya keadaan anemi. +emeriksaan penunjang lainnya, SC dapat pula menyingkirkan adanya kehamilan ektopik atau suatu mola hidatidosa. engan pemeriksaan SC pada trimester awal kehamilan, dapat diketahui kehamilan tersebut intra atau ekstra uteri. Sedangkan pada kasus mola, dengan pemeriksaan SC, menunjukkan gambaran yang khas yaitu berupa badai salju # sno" #la!e pattern$. +ada kasus ini pemeriksaan SC tidak dikerjakan, karena secara klinis diagnosa abortus inkomplit dapat ditegakkan dan SC sudah dilakukan sebelumnya di poli klinik.
0.2 !to pedisposisi #t#+ etiologi
1ekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak jelas. 8ematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada o%um atau igot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh &aktor paternal seperti translokasi kromosom. "erdasarkan anamnesis kejadian abortus ini adalah kejadian yang pertama kalinya. +enyebab terjadinya abortus inkomplit pada pasien ini belum dapat dipastikan. +enyebab lain yang dapat dipertimbangkan adalah &aktor nutrisi, &aktor paternal, riwayat trauma, riwayat koitus, serta paparan obat-obatan dan
2!
toksin lingkungan. +ada kasus abortus inkomplit ini mungkin dapat lebih diperdalam lagi sehingga dapat diketahui etiologinya #eksplorasi kausa$. isamping itu, &aktor&aktor lainnya juga harus ditelusuri seperti ada tidaknya kelainan pada plasenta #end arteritis vili !orealis yang dapat dipicu oleh karena hipertensi menahun$ serta adanya penyakit pada ibu antara lain pneumoni, ti&us abdominalis, malaria dan anemia berat, yang juga dapat menyebabkan abortus. Ini sangatlah perlu untuk memahami &aktor-&aktor resiko tersebut sehingga dapat membantu memberikan konseling kepada pasien. 8omunikasi, in&ormasi, dan edukasi #8I$ kepada pasien merupakan komponen penting untuk memberikan penjelasan yang benar dan dapat dipahami oleh pasien tentang apa yang ia alami. 4leh karena itu dapat dianjurkan kepada pasien untuk dilakukannya eksplorasi kausa. Secara garis besar, terjadinya suatu abortus dapat disebabkan oleh keadaan dari hasil konsepsi itu sendiri #ygote$, adanya penyakit kronis dan in&eksi yang diderita oleh ibu, pengaruh lingkungan misalnya lingkungan &isik #paparan radiasi tertentu, in&eksi oleh :4'?3$ atau adanya riwayat penggunaan obat-obat tertentu yang bersi&at teratogenik
dan
adanya
trauma
&isik.
Selain
itu
adanya
gangguan
hormonalGendokrin juga dikatakan sebagai salah satu &aktor yang berpengaruh. isamping itu juga perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan pada uterus berupa kelainan hormonal yang mempengaruhi endometrium, kelainan oleh karena &aktor mekanik #adanya mioma submukus$ serta kelainan anatomis #ser%iks inkompeten, uterus bikornu, uterus arkuatus, dan lain-lain$. @ika ada kecurigaan bahwa kausanya adalah kelainan pada igot dimana de&eknya bersi&at genetikal maka usaha eksplorasinya bisa berupa pemeriksaan kromosom #kariotype$ karena mungkin saja kelainan genetik pada igot ternyata berasal dari gen-gen mutasi baik dari ibu ataupun ayah. :etapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesia dan biayanya cukup tinggi. Selain itu pemeriksaan patologi anatomi jaringan yang diklaim akan mengetahui apakah ada tidaknya suatu keganasan. *amun pada kasus abortus inkomplit ini tidak dilakukan pemeriksaan +A. Adanya penyakit in&eksi akut #pneumonia, malaria$ atau penyakit kronis #diabetes mellitus, 3ipertensi kronis, penyakit li%erGginjal kronis$ dapat diketahui
22
lebih mendalam melalui anamnesa yang baik dan terperinci. +enting juga diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita in&eksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat. 3al ini penting
sebagai
data
dasar
untuk
nantinya
dapat
membantu
dalam
menghubungkan dengan kejadian '4". 8etidakjelasan secara klinis adanya diabetes melitus atau gangguan kronis pada hepar atau ginjal dapat dibantu dengan pemeriksaan gula darah acakG 2 jam pp, tes &ungsi hatiG 6: #AS:GA:$ maupun tes &ungsi ginjalG '6: #"*GS?$. ntuk eksplorasi kausa, pemeriksaan pemeriksaan diatas dapat dikerjakan. @ika ingin mengetahui pengaruh &aktor lingkungan, maka perlu ditanyakan tentang lingkungan tempat tinggal ibu, mungkin ada tidaknya riwayat menjalankan radioterapi, maupun lingkungan kerjanya. Ada tidaknya binatang seperti kucing yang dianggap sebagai %ektor penularan :4'?3, penting juga diketahui. 4leh karena itu boleh disarankan pemeriksaan serologis :4'?3 untuk mengetahui titer antibodi terhadap %irus ini. emikian
juga
penggunaan
obatDobatan
tertentu
yang
dianggap
teratogenik harus dicari dari anamnesa karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu &aktor yang berperan. Adanya kelainan anatomis pada uterus misalnya ser%iks inkompeten #mudah berdilatasi$ atau kelainan bentuk uterus #bikornus$ dapat diketahui dari pemeriksaan SC, 3SC #histerosal&ingogra&i$, histeroskopi, dan laparoskopi #prosedur diagnostik$. +emeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah pemeriksaan :4'?3, laboratorium terhadap penyakit kelamin, SC. +emeriksaan :4'?3 dapat dilakukan untuk mengetahui in&eksi dari %irus-%irus tersebut karena dapat menyebabkan terjadinya abortus maka diperlukan pengobatan terlebih dahulu. In&eksi dari kelamin juga dapat menyebabkan abortus karena kebanyakan in&eksi kelamin pada wanita bersi&at asimtomatik sehingga memerlukan eksplorasi yang lebih lanjut. ari pemeriksaan SC sekaligus juga dapat mengetahui adanya suatu mioma terutama jenis submukosa. 1ioma submukosa merupakan salah satu &aktor mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi. @ika terbukti adanya mioma pada pasien ini maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai
2
keluhan dan harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya 'iwayat 4bstetri "uruk pada pasien ini. 3al ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan operasi. raian diatas penting disampaikan kepada pasien agar ia dapat memahami apa kira-kira yang melatarbelakangi penyakitnya. +ilihan lain yang dapat disarankan adalah mengenai adopsi anak. 1aka dari itu, konseling pada pasien ini perlu melibatkan pihak lain, khususnya suaminya untuk ikut memberi dukungan kepada pasien.
0.3 Pen#t#l#!s#n##n
+ada kasus ini pada saat pasien 1'S keadaan umumnya stabil, dan tidak didapatkan tanda-tanda syok. 4leh karena pada pemeriksaan &isik teraba massa jaringan maka harus dilakukan e%akuasi isi uterus dengan kuretase dan selanjutnya diberikan
medikamentosa
berupa antibiotika, analgetika dan
uterotonika. Bang penting setelah tindakan adalah obser%asi dua jam setelah kuretase untuk monitoring %ital sign dan adanya keluhan. 1aka dari itu adanya komplikasi seperti perdarahan ringan sampai berat, in&eksi, dan kelainan &ungsi pembekuan darah dapat dihindari. 1engingat komplikasi tindakan ini cukup banyak, maka perlu dilakukan dengan prosedur yang benar dan hati-hati untuk mengurangi resiko tersebut seminimal mungkin. Adapun penanganan kasus ini adalah dengan> •
8uretase
•
1edikamentosa
•
?e&ota=im = ! gr
?ipro&lo=acin = 5
1ethylergometrin = ,!25
Asam 1e&enamat = 5
S6 2 = !
8I
8eadaan pasien stabil dan diberikan pengobatan ?ipro&lo=acin untuk terapi
2)
karena tindakan yang in%asi& pada kuretase dapat menyebabkan in&eksi, Asam 1e&enamat untuk mengurangi nyeri dan 1etil rgometrin untuk mempertahankan kontraksi uterus yang mana berperan dalam mengurangi perdarahan. Setelah dilakukan kuretase dan post kuretase keadaan penderita baik dan dipulangkan 2) jam setelah kuretase. +enderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian untuk mengetahui perkembangan penderita. 8I merupakan hal yang sangat penting didalam kasus ini dimana yang harus dititik beratkan adalah tentang diagnosis penyakitnya, tindakan apa yang dilakukan terhadap penyakitnya tersebut, komplikasi apa yang terjadi bila dilakukan kuretase atau tidak #komplikasi jangka pendek atau panjang$, rencana tentang kehamilan yang berikutnya # sampai dengan 0 bulan
8",
persiapan
untuk &aktor anatomi dan psikologis ibu$, kontol atau e%aluasi terhadap tindakan #&ebris, nyeri$ dan yang tidak kalah pentingnya adalah mencari penyebab abortus #untuk persiapan kehamilan beikutnya$, disamping itu juga terhadap &aktor sosial dimana harapan masih bisa hamil lagi, prognosis abortus yang berulang atau tidak.
0.0 Pognosis
+rognosis pada kasus ini adalah mengarah ke baik, dubius ad bonam karena dengan kuretase berhasil mengeluarkan semua sisa jaringan sehingga resiko perdarahan menjadi sangat minimal, setelah obser%asi dua jam pasca kuretase tidak didapatkan keluhan dan keadaan umum pasien stabil. Selain itu pada pasien ini tidak didapatkan adanya penyulit atau komplikasi yang berbahaya misalnya perdarahan, per&orasi, in&eksi dan syok.
25
BAB : KESI'PULAN
:elah dilaporkan kasus wanita 22 tahun, hamil muda !5-!0 minggu yang mengalami perdarahan per%aginam. +enatalaksanaan awal pada kasus abortus adalah melakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien dan selanjutnya diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. ntuk mengurangi resiko perdarahan dan komplikasi lain yang mungkin timbul, maka pada kasus abortus inkomplit ini dilakukan pengeluaran sisa jaringan dengan kuretase, kemudian diberikan medikamentosa seperti golongan uterotonika, antibiotika dan analgetik. ari hasil pemeriksaan klinis didiagnosa dengan abortus inkomplit. Setelah dilakukan kuretase dan post kuretase keadaan penderita baik dan dipulangkan 2) jam setelah kuretase. +enderita diberikan obat per oral yaitu ?ipro&lo=acin =5, Asam 1e&enamat =5 mg, 1etil rgometrin =,!25 dan S6 2=! tablet. +enderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian untuk mengetahui perkembangan penderita. Abortus inkomplit yang di e%akuasi lebih dini tanpa disertai in&eksi memberikan prognosis yang baik.
20
DA&TA7 PUSTAKA
!. ibowo ". iknjosastro C3. 8elainan dalam amanya 8ehamilan. alam > iknjosastro C3, Sai&uddin A", 'achimhadhi :, editor. 3mu 8ebidanan. disi 5. @akarta > Bayasan "ina +ustaka Sarwono +rawirohardjo M 22 > hal. 2 - !2. 2. +edoman iagnosis D :erapi an "agian Alir +elayanan +asien, abGS16 4bstetri dan Cinekologi 6akultas 8edokteran ni%ersitas dayana 'S Sanglah enpasar. 2 . 1inistry o& 3ealth 'epublic o& Indonesia. Indonesia 'eproducti%e 3ealth +ro&ile 2. 2.A%ailable at> http>Gw.whosea.orgGink6ilesG'eproducti%eN3ealthNN+ro&ileN'3+-Indonesia.pd&. Accessed @anuary /,20. ). Abortion. In > ?unningham 6C, e%eno 8@, "loom S, 3auth @?, "ilstrap ?, enstrom 8, editors. illiam 4bsetrics. 22 nd ed. SA > :he 1cCraw-3ills ?ompanies, Inc M 25 > p. 2!-2)7. 5. Abortion. In> e%eno 8@, et all. illiams 1anual o& 4bstetrics. SA> 1cCraw-3ill ?ompanies, 2 > p. )5 D 55 0. Sto%all :C. arly +regnancy oss and ctopic +regnancy. In > "erek @S, et all. *o%ak p. 57 - 9. 7. Criebel ?+, Eorsen @3, Colemon :", ay AA. 1anagement o& Spontaneus Abortion. AA6+ 3ome +ageO*ew P +ublicationsO@oumalsOAmerican 6amily +hysician. 4ctober !25M72M!. /. 'and S. 'ecurrent spontaneous abortion> e%aluation and management. In> American 6amily+hysician.ecember!99.http>GGwwwG&indarticles.comGpGarticlesGmiNm255Gis Nn/N%)/GaiN!)07)72)GpgN!
9. isorder o& arly +regnancy #ectopic, miscarriage, C:I$ In > ?ampbell S, 1onga A, editors. Cynaecology. ondon > Arnold, 2 M p. !2-0. !. indsey.@.. Missed $bortion. A%ailable &rom htpp >GG www.emedicine.comGmedGtopic last update > agust, 27
!!. Sai&udin A", iknjosastro C3, A&&andi ", aspodo . "uku +anduan +raktis +elayanan 8esehatan 1aternal dan *eonatal. @akarta > Bayasan "ina +ustaka Sarwono +rawirohardjo, 22. !2. iknjosastro C3, Sai&&lidin A", 'achimadhi :. Ilmu "edah 8ebidanan. @akarta> Bayasan "ina +ustaka Sarwono +rawirorahardjo, 2.
!.Ealley.E.:.Abortion,Incomplete.In>medicine.http>GGwww.emedicine.comGemergGobstetricsNandNgynecology.htm > last updated> agustus 27
27