MAKALAH FARMAKOTERAPI FARMAKOTERAPI TERAPAN 1
PILEK
Disusun oleh :
1. Ana Sarah K
(0906649494)
2. Dwijayanti K. N
(0906649632)
3. Hamka Decky P
(0906649790)
4. Nur Puspita Sari
(0906649960)
5. Yulita
(0906650123)
PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA 2010
PILEK
Definisi
Pilek (common cold) adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas. Pilek merupakan penyakit yang paling umum dan sering ditemui, dapat menyerang anak-anak maupun lanjut usia. Penyakit pilek sering diikuti dengan peradangan tonsil/amandel dan radang ten ggorokan. Pilek terutama disebabkan oleh infeksi virus, ada lebih dari 200 virus yang telah diketahui menimbulkan pilek. Pilek juga dapat disebabkan karena daya tahan tubuh yang menurun atau adanya alergi di hidung dan kerongkongan. Pilek sangat mudah menular, orang dengan daya tahan tubuh yang lemah mudah tertular penyakit ini. Penularan penyakit ini bisa terjadi melalui percikan ber sin atau ludah penderita yang mengandung virus dan masuk melalui saluran pernafasan. Walaupun pilek bukan termasuk penyakit yang berat, namun penyakit ini susah diatasi sehingga sering kambuh. Pengobatan yang bisa dilakukan hanya untuk meredakan gejala atau simtomnya. Hal ini karena virus yang menyebabkan pilek sangat banyak jumlahnya dan dapat mengalami perubahan atau memiliki kesanggupan untuk mengalami mutasi genetik sehingga dapat timbul virus-virus baru. Hal tersebut menyebabkan virus pilek kebal terhadap vaksin tertentu atau antibodi tertentu dalam beberapa waktu sehingga sangat sulit untuk membuat vaksin pilek.
Perbedaan pilek (common cold) dan penyakit influenza
Influenza tergolong infeksi saluran napas akut (ISPA) yang biasanya terjadi dalam bentuk epidemi. Disebut common cold atau selesma bila gejala di hidung lebih menonjol, sementara “influenza” dimaksudkan untuk kelainan yang disertai faringitis dengan tanda demam dan lesu yang lebih nyata. Gejala pilek ditandai dengan tersumbatnya saluran pernapasan, tidak enak badan, kepala terasa pening dan berdenyut-denyut, bersin-bersin, ingus yang cair meleleh keluar dari hidung, temperatur tubuh naik atau demam ringan, mata merah dan terasa sakit, sakit tenggorokan sehingga sulit menelan, suara serak dan batuk-batuk. Pilek sebenarnya bukan termasuk penyakit berat namun sangat
menganggu penderitanya. Pilek biasanya berlangsung selama 1-2 minggu. Gejalanya akan berangsur-angsur berkurang setelah 3-5 hari dilakukan perawatan sendiri. Namun jika gangguan tetap tidak berkurang setelah 3-5 hari melakukan perawatan sendiri, menandakan adanya tambahan infeksi bakteri. Influenza merupakan penyakit karena infeksi virus akut yakni oleh virus RNA dari famili orthomyxoviridae dapat menyebar dengan mudah dari satu orang ke lainnya. Infeksi terjadi melalui inhalasi dari tetesan liur (pada waktu bersin, batuk, berbicara). Masa inkubasinya 1-3 hari. Virus ini menyerang hidung, tenggorokan, paru-paru dan dapat menjadi penyakit yang ringan hingga berat. Ciri khas yang tampak dari penyakit influenza berupa gangguan keadaan umum dan gangguan pernapasan yang timbulnya mendadak seperti panas, nyeri otot dan tulang sendi, sakit kepala, rasa lemas, batuk yang tidak produktif, sakit tenggorokan.Pada anak-anak dapat menyebabkan nausea dan muntah-muntah. Gejala-gejalanya muncul setelah masa inkubasi dari 1-4 hari dan berupa demam sampai 40℃. Tetapi influenza dapat menjadi penyakit yang berat atau mematikan pada orang dengan resiko tinggi, yakni yang terjadi pada anak-anak dibawah 2 tahun, orang tua di atas 65 tahun, dan orang-orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti gangguan jantung, paru-paru, ginjal, liver, darah, dan penyakit metabolik (seperti diabetes) atau sistem imun yang lemah. Bagi sebagian orang yang sebelumnya sudah memiliki gangguan paru dan jantung, influenza dapat menimbulkan penyakit radang paru-paru sekunder. Sedangkan pada anakanak, penyakit ini dapat menimbulkan panas yang tinggi hingga menyerupai sepsis dan 20% dari anak-anak yang dirawat inap mengalami kejang demam. Jenis-jenis virus influenza yang dikenal dibagi berdasarkan 3 tipe, yakni :
tipe A, dengan 5 subtipe, yakni H 1-H2-H3-H4 dan H5, yang bermutasi
setiap 1-2 tahun.
tipe B, yang bermutasi setiap 4-5 tahun.
tipe C, yang jarang sekali terdapat.
Tabel perbedaan pilek dan Influenza
Klasifikasi Penyakit Pilek
Pilek akibat kontak fisik dengan zat iritan dan disebabkan adanya gangguan keseimbangan fungsi-fungsi saraf pada hidung disebut juga pilek non alergi. Artinya, permukaan dalam hidung mudah mengalami pembengkakan yang menimbulkan keluhan hidung tersumbat, memudahkan timbulnya rangsangan pada permukaannya dan keluarnya cairan yang berlebihan sehingga timbul pilek. Pilek non alergi yang diduga akibat gangguan pada saraf, secara prinsip, sampai sekarang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Diduga terjadi ketidakseimbangan fungsi saraf, di mana keadaan ini juga disertai
dengan beberapa faktor pencetus. Faktor-faktor pencetus yang telah diketahui antara lain keadaan fisik lingkungan (udara yang terlalu lembab, suhu udara yang dingin), faktor psikis (stres), gangguan hormonal, dan pemakaian obatobatan seperti obat anti hipertensi. Gejala yang ditimbulkan hampir sama seperti pilek alergi, hanya saja saat dilakukan tes alergi hasilnya negatif.
Selesma Selesma merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh virus. Biasanya menular melalui kontak langsung atau melalui sekret yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin. Virus memasuki tubuh melalui mulut atau hidung, sesudah berjabatan tangan dengan seseorang yang sedang pilek dan menggunakan barang-barang secara bersama seperti gelas, handuk, telepon. Biasanya selesma tidak berbahaya tetapi menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderita. Gejala selesma :
Hidung gatal
Hidung tersumbat
Sulit bernafas melalui hidung
Batuk
Nyeri tenggorokan
Rhinitis alergi Pilek alergi dikenal dengan istilah rhinitis alergi. Pada pilek alergi, faktor kepekaan penderita merupakan kunci utama timbulnya keluhan ini. Kepekaan penderita terhadap suatu bahan, zat, makanan tertentu, dan udara dapat mencetuskan keluhan ini. Penyakit pilek alergi timbul apabila seseorang (pernah) kontak dengan suatu bahan/zat tertentu baik dengan cara dihirup, dimakan, kontak kulit maupun disuntikkan. Selang beberapa saat, tubuh akan mengadakan reaksi dengan jalan membentuk zat anti. Zat anti ini akan bereaksi dengan bahan tadi sehingga menimbulkan respon berlebihan atau alergi. Pilek alergi umumnya bersifat menahun, gejala yang ditimbulkannya bersifat hilang timbul berupa bersin-bersin yang mengganggu, hidung terasa
tersumbat, disertai keluar cairan encer dan bening. Keluhan ini berlangsung tiap kali penderita kontak dengan bahan yang menjadi penyebab alergi.
Sinusitis Sinusitis selintas memang mirip pilek. Sehingga banyak pasien yang tidak sadar bahwa dirinya tidak hanya menderita pilek, melainkan sinusitis. Karena salah satu penyebab sinusitis adalah pilek terutama pil ek yang menahun. Prosesnya, ketika pilek, hidung menjadi tersumbat. Sementara itu, di dalam sinus terdapat lubang drainase, jika sering pilek maka lubang drainase ini akan tertutup. Sehingga terjadi gangguan drainase yang bisa menyebabkan sinusitis. Sinus sendiri adalah rongga atau ruang yang terdapat di sekitar hidung. Setiap manusia mempunyai empat pasang sinus, yakni sinus frontalis yang berada di dahi, sinus ethmoidalis yang terletak di antara hidung dan mata, sinus maksilaris yang terdapat di daerah pipi dan merupakan sinus terbesar. Dan yang terakhir adalah sinus sfenoidalis yang terletak di bawah otak. Selain pilek, ada faktor lain yang terkait dengan hidung, sebagai penyebab sinusitis. Semisal polip di hidung, atau bengkoknya sekat rongga hidung, yang membagi hidung bagian kanan dan kiri. Bengkoknya rongga hidung ini bisa terjadi karena trauma ataupun kecelakaan. Ini bisa menyebabkan hidung tersumbat. Seperti pilek, sinusitis pun ada yang berlangsung sebentar dan lama. Durasinya ada yang sampai tiga minggu lebih, namun bila sudah kronis bisa berlangsung bulanan hingga tahunan. Seseorang terkena sinusitis akut karena dia sering mengalami pilek yang akut. Bedanya dengan pilek biasa, gejala ditambah dengan adanya meriang, badan lesu dan demam. Gejala ini merupakan gejala secara sistemik luar. Secara lokal, seseorang merasakan nyeri di bagian sinusitis menyerang. Semisal nyeri di daerah pipi jika yang terkena adalah sinus maksilaris. Pipi tampak kemerahan. Selain itu juga muncul bengkak dan terasa sakit saat disenggol.
Jika yang terkena sinus frontalis, nyeri biasanya dirasakan di dahi. Sedangkan jika yang terkena adalah sinus ethmoidalis, nyeri akan terasa di bagian belakang dan antara mata, serta dahi. Sementara gejala sinusitis kronis pada dasarnya mirip dengan akut, seperti nyeri di pipi atau tempat lain yang sakit. Hanya bila ditekan tidak sesakit sinusitis akut. Namun, kepala sering terasa sakit, batuk serta ada banyak lendir di tenggorokan. Karena sudah kronis dan iritasi, hidung pun jadi tersumbat. Sehingga lendir tersedot ke arah belakang. Bahkan tidak jarang lendir jatuh sendiri ke tenggorokan. Pada beberapa kasus bahkan terdapat nanah pada sinus sehingga memunculkan bau busuk.
Pencegahan :
Penyakit pilek merupakan penyakit yang sering menyerang dan berulangulang. Karena ada lebih dari 200 virus yang dapat menyebabkan penyakit ini, maka dalam setahun bisa terserang pilek berkali-kali, amatlah mungkin terserang pilek lagi sebelum pilek yang pertama selesai. Oleh karena itu, untuk mencegah selesma yang paling utama adalah meningkatkan daya tahan tubuh. Untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh yaitu melalui pola hidup sehat, seperti : 1.Sering mencuci tangan menggunakan sabun 2. Menghindari menyentuh wajah 3. Jangan merokok 4. Menggunakan benda untuk sekali pakai jika anggota keluarga ada yang terinfeksi. 5. Permukaan rumah tangga tetap bersih. 6. Olahraga yang teratur 7. Perbanyak makanan yang mengandung vitamin A dan C 8. Membuang tisu setelah menggunakan 9. Mempertahankan gaya hidup yang sehat 10. Kontrol stres Cara lain untuk mencegah terinfeksi oleh virus flu adalah dengan vaksinasi. Saat ini di Indonesia sudah tersedia vaksin flu. Perlu diingat, vaksinasi ini tidak
menjamin seseorang akan terbebas 100% dari flu. Vaksinasi hanya memperkecil kemungkinan terjangkiti dan menurunkan tingkat keberbahayaan flu. Vaksinasi flu dilakukan setiap tahun dan ‘disesuaikan’ dengan jenis virus. Sayangnya, tidak ada jaminan vaksinasi ini akan bermanfaat optimal di negara ini karena vaksin tersebut bukan diproduksi di sini. Artinya, virus yang beredar di Indonesia bisa saja berbeda galurnya dengan yang terkandung dalam vaksin. Bila ini yang terjadi, tetap saja kita terjangkiti flu.
Pengobatan
1. Non farmakologi : Selesma
Istirahat total. Menggunakan masker, terutama jika pasien hendak berinteraksi dengan orang yang mengidap penyakit kronik atau mengalami penurunan sistem imun.
Minum banyak cairan, terutama yang hangat.
Terapi inhalasi uap panas dapat membantu menghilangkan gejala hidung tersumbat dan mempermudah pengeluaran lendir.
Udara yang hangat dan lembab dapat membantu meredakan gejala.
Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air.
Hindari pemakaian bersam gelas minum dan benda-benda lainnya untuk mencegah terjadinya penularan.
Rhinitis allergi
Sedapat mungkin hindari allergen
Mengendalikan gejala-gejala pada hidung seringkali membantu memperbaiki gejala pada mata yang disebakan oleh rhinitis alle rgi
Influenza
Minum banyak cairan dan cukup istirahat selama 1 sampai 3 hari sampai tubuh pulih
Hindari tempat-tempat umum untuk mencegah terjadinya penularan
Hubungi dokter jika tidak ada perbaikan gejala dalam 2 hari atau kondisi tidak juga pulih total dalam waktu 1 minggu
Sinusitis
Minum banyak cairan untuk membantu mengencerkan lendir yang terdapat di dalam saluran pernafasan
Terapi dengan inhalasi uap panas juga dapat membantu meredakan rongga sinus yang meradang
Jika kondisi memburuk sesudah 2 hari hubungi dokter
2. Farmakologi : Pilihan obat merupakan preparat kombinasi untuk pilek biasanya mengandung komponen berikut : a. Dekongestan
Bekerja dengan melakukan penyempitan pembuluh darah kapiler. Misalnya pada kondisi influenza, terjadi pelebaran pada pembuluh darah
kecil
(kapiler)
pada
daerah
hidung
sehingga
dapat
mengakibatkan sumbatan. Dengan adanya penyempitan dari pembuluh darah kapiler (kerja dekongestan), maka hidung dapat menjadi lega kembali. Macam-macam Dekongestan: •
Dekongestan
Sistemik,
seperti
pseudoefedrin,
efedrin,
dan
fenilpropanolamin. Dekongestan sistemik diberikan secara oral (melalui mulut). Meskipun efeknya tidak secepat topikal tapi kelebihannya tidak mengiritasi hidung. Dekongestan sistemik harus digunakan secara hati-hati pada penderita hipertensi, pria dengan hipertrofi prostat dan lanjut usia. Hal ini disebabkan dekongestan memiliki efek samping sentral sehingga menimbulkan efek samping takikardia (frekuesi denyut jantung berlebihan), aritmia (penyimpangan irama jantung), peningkatan tekanan darah atau stimulasi susunan saraf pusat. •
Dekongestan merupakan
Topikal, radang
digunakan
selaput
lendir
untuk
rinitis
hidung.
akut
Bentuk
yang
sediaan
dekongestan topikal berupa balsam, inhaler, tetes hidung atau semprot hidung. Dekongestan topikal (semprot hidung) yang biasa digunakan yaitu oxymetazolin, xylometazolin, tetrahydrozolin, nafazolin yang merupakan derivat imidazolin karena efeknya dapat menyebabkan depresi SSP bila banyak terabsorbsi terutama pada bayi dan anak-anak, maka sediaan ini tidak boleh untuk bayi dan anak-anak. Penggunaan dekongestan topikal dilakukan pada pagi dan menjelang tidur malam, dan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 24 jam. Efedrin •
Efedrin
adalah
alkaloid
yang
dikenal
sebagai
obat
simpatomimetik aktif pertama secara oral. Efedrin sebagai obat adrenergik dapat bekerja ganda dengan cara melepaskan simpanan norepinefrin dari ujung saraf dan mampu bekerja memacu secara langsung di reseptor α dan β. •
Pada
sistem
kardiovaskuler, efedrin meninggikan
tekanan
darah baik sistolik maupun diastolik melalui vasokonstriksi dan terpacunya jantung. Efedrin berefek bronkodilatasi tetapi lebih lemah dan lebih lambat dibandingkan epinefrin atau isoproteronol. Efedrin memacu ringan SSP sehingga menjadi sigap, mengurangi kelelahan, tidak memberi efek tidur dan dapat digunakan sebagai midriatik. •
Efedrin digunakan
sebagai dekongestan hidung,
bekerja
sebagai vasokonstriktor lokal bila diberikan secara topikal pada permukaan mukosa hidung, karena itu bermanfaat dalam pengobatan kongesti hidung pada Hay fever, rinitis alergi, influenza dan kelainan saluran napas atas lainnya. Pseudoefedrin •
Isomer dekstro dari efedrin dengan mekanisme kerja yang sama, namun daya bronkodilatasinya lebih lemah, tetapi efek sampingnya terhadap SSP dan jantung lebih ringan. Obat ini banyak digunakan dalam sediaan kombinasi untuk flu.
Dosis dewasa = 60 mg (4 x 1) Dosis anak-anak = 2-5 thn; 15 mg (4-6 jam) 6-12 thn; 30 mg (4-6 jam)
No 1
Nama Generik & Latin Fenilpropanolamin
Nama Dagang
+ Nalgestan
Sediaan
Pabrik
Tablet
Medifarma
Otrivin
Tetes hidung
Novartis
fenilefrin + CTM 2
Xilometazin Hidroklorida
3
Dimethindene Maleat
Fenistril
Tetes hidung
Novartis Ind
4
Menthol + Camphora
Vick Inhaler
Inhalasi
Procter
&
Gamble
b. Penekan batuk , obat yang digunakan untuk menekan terjadinya batuk.
Obat ini tidak diperkenankan dipergunakan secara rutin. Infeksi virus menyebabkan pasien memproduksi sekret dalam jumlah besar pada saluran pernapasan sehingga meningkatkan kemungkinan untuk batuk berdahak. Fungsi dari batuk ini adalah mengeluarkan sputum dan juga bakteri. Beberapa pasien, selama masa penyembuhan, masih mengalami gatal pada tenggorokkan atau keinginan untuk batuk bila terpapar oleh zat irritan dari luar seperti asap, debu, dan lain-lain. Gejala ini, dikenal sebagai batuk kering lebih serius pada malam hari dan mempengaruhi kualitas tidur pasien. Sirup batuk dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Ekspektoran untuk meningkatkan sekresi saluran pernapasan.
Sekresi tidak hanya melindungi mukosa saluran pernapasan, tetapi juga mengurangi kekentalan sputum. Sputum yang tipis lebih mudah mengalir dan dikeluarkan. Contoh: gliseril guaiakolat, ambroxol HCl. Antitusif untuk nenyembuhkan batuk dengan menekan sistem saraf
pusat. Beberapa antitusif mengandung kodein yang berefek anestetik dan menyebabkan pusing. Contoh: kodein HCl, dekstrometorfan.
c. Antihistamin
Antagonis reseptor H1 berikatan dengan reseptor H1 tanpa mengaktivasi reseptor, yang mencegah ikatan dan kerja histamine. Antihistamin lebih efektif dalam mencegah respon histamine daripada melawannya.
Antihistamin oral dapat dibagi menjadi dua katogori utama: nonselektif (generasi pertama atau antihistamin sedasi) dan selektif perifer (generasi kedua atau antihistamin nonsedasi). Akan tetapi, masing-masing obat harus dipandang dari efek sedasi spesifiknya karena ada variasi antar obat dalam kategori yang luas. Efek sedative sentral mungkin tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak. Kebanyakan antihistamin lama bersifat larut lemak dan melewati sawar ini dengna mudah. Obat yang selektif ke perifer memiliki sedikit atau tidak sama sekali efek ke system saraf pusat atau otonom.
Perbedaan gejala sebagian disebabkan oleh sifat antikolinergik, yang bertanggung jawab pada efek pengeringan yang mengurangi hipersekresi kelenjar hidung, saliva dan air mata. Antihistamin mengantagonis permeabilitas kapiler, pembentukan bengkak dan rasa panas serta gatal.
Mengantuk adalah efek samping yang paling sering dan dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau aktivitas kerja. Efek sedative bias menguntungkan pada pasien yang sulit tidur karena gejala rhinitis.
Walaupun efek antikolinergik (pengeringan) berperan dalam efikasi, efek samping seperti mulut kering, kesulitan mengeluarkan urin, konstipasi dan efek kardiovaskular potensial dapat terjadi. Antihistamin harus diberikan hati-hati pada pasien yang berkecendrungan retensi urin dan pada mereka yang mengalami peningkatan tekanan intraocular, hipertiroidisme dan penyakit kardiovaskular.
Efek samping lainnya termasuk hilang nafsu makan, mual, muntah dan gangguan ulu hati. Efek samping pada system pencernaan dapat dicegah dengan mengkonsumsi obat bersama makanan atau segelas penuh air.
Antihistamin lebih efektif jika dimakan 1-2 jam sebelum diperkirakan terjadinya paparan pada allergen
Antihistamin Sedatif No 1
Nama Generik & Latin Difenhidramin Hidroklorida Dimenhidrinat Tripelenamin Hidroklorida Klorfeniramin Maleat /CTM
Nama Dagang Benadryl
Sediaan 25 mg/caps
Pabrik Parke Davis
Antimo Tripel
50 mg/tab Cream 2 %
Phapros Corsa
Chlorphenon
Soho
5
Prometazin Hidroklorida
Phenergan
6
Siproheptadin Hidroklorida
Pronicy Alphahist
4 mg/ tab 10 mg/ml vial 1 mg/ml sirup 4 mg/ kaplet salut
2 3 4
Rhone Poulenc Kalbe F Apex F
Antihistamin Non Sedatif No
Nama Generik & Latin
Nama Dagang
Sediaan
Pabrik
1
Terfenadine
Terfin
60 mg/tablet
Interbat
2
Mebhydrolin
Interhistin
50 mg/tablet
Interbat
Napadisylate
Histapan
Cetirizine
Incidal-OD
3
Sanbe F 10 mg/caps
Bayer
Dihydrochloride
d. Analgesik dan anti inflamasi topikal
Analgesik bekerja membantu meredakan nyeri atau demam. Seperti parasetamol dan aspirin. Anti inflamasi topical (salisilat topical) seperti methyl salicylate.
e. Nasal Steroid
Nasal steroid merupakan pengobatan yang efektif dengan efek samping minimun. Beberapa ahli menyatakan bahwa nasal steroid dipercaya untuk digunakan sebagai terapi awal untuk hay fever karena efisiensinya jika digunakan secara tepat dan sambil menghindari alergen. Nasal steroid bekerja secara lokal pada mukosa hidung dan tidak masuk ke dalam aliran sistemik.
Adapun mekanisme kerja dari nasal steroid adalah sebagai berikut: •
Menurunkan inflamasi dengan jalan menurunkan pengeluaran mediator inflamasi
•
Menekan kemotaksis neutrofil
•
Menurunkan edema intraseluler
•
Menyebabkan vaskonstriksi menengah
•
Menghambat reaksi fase akhir yang diperantarai oleh sel mast
Jenis Obat
Beklometason diproprionat
Dosis dan Interval
> 12 th: 1inhalasai (42 mcg) per lubang hidung 2-4 kali sehari (max 336 mcg/hari) 6-12 th: 1 inhalasi per lubang hidung 3 kali sehari
Beklometason diproprionat
> 12 th: 1-2 inhalasi sekali sehari
monohidrat
6-12 th: 1 inhalasi sekali dalam dua hari (dosis permulaan)
Budesonide
> 6 th: 2 semprot (64 mcg) per lubang hidung pagi dan malam atau 4 semprot pagi hari (max 256 mcg)
Flunisolide
Dewasa: 2 semprot (50 mcg) per lubang hidung sekali dalam dua hari
Fluticasone
Dewasa: 2 semprot (100 mcg) per lubang hidung sekali sehari, setelah bbrp hari turunkan menjadi 1 semprot per lubang hidung Anak > 4th dan remaja: 1 semprot per lubang hidung sekali sehari
Mometasone furoate
> 12 th: 2 semprot (100 mcg) per lubang hidung sekali sehari
Triamcinolone acetonide
> 12 th: 2 semprot (110 mcg) per lubang hidung sekali sehari (max 440 mcg/hari)
Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya, nasal steroid memiliki efek samping yang minor, seperti bersin, stinging, sakit kepala dan epitaksis. Ada beberapa informasi mengenai penggunaan nasal steroid yang harus disampaikan kepada pasien. Salah satunya adalah informasi bahwa nasal steroid tidak langsung menunjukkan efek terapi sesaat setelah pemakaian, melainkan harus menunggu sekitar 2-3 minggu hingga respon optimal dapat dilihat. Oleh karena itu, pasien harus diberi pengertian mengenai hal ini dan dianjurkan untuk meneruskan terapi. Setelah respon yang diinginkan tercapai, dosis penggunaan dapat diturunkan. Perlu diperhatikan pula bahwa sebaiknya pasien diberikan dekongestan terlebih dahulu apabila saluran napasnya tersumbat. Hal ini dilakukan untuk memastikan penetrasi obat ini mencukupi. Pasien juga disarankan untuk menghindari bersin atau membuang ingus minimal 10 menit setelah pemberian obat. Informasi penting lain yang harus disampaikan kepada pasien adalah mengenai bagaimana cara menggunakan inhaler dengan baik dan benar untuk memastikan bahwa obat mencapai daerah sasaran yang diharapkan. Adapun beberapa langkah penggunaan inhaler yang tepat adalah sebagai berikut: 1. Buka tutup tromol dan pegang inhaler tegak lurus 2. Kocok inhaler 3. Agak miringkan kepala ke belakang dan hembuskan napas 4. Posisi inhaler dengan salah satu cara berikut ini (posisi gambar 1 optimal, sedangkan posisi gambar 3
dapat diterima jika pasien
mengalami kesulitan dengan posisi yang ditunjukkan dalam gambar 1 atau 2) : a. Buka mulut dengan jarak 1 – 2 inci dari inhaler b. Gunakan spacer (dianjurkan terutama untuk anak-anak) c. Masukkan ke dalam mulut 5. Tekan inhaler ke bawah untuk melepaskan obat bersamaan dengan mulai menarik napas perlahan
6. Tarik napas perlahan (3 – 5 detik) 7. Tahan napas selama 10 detik untuk membiarkan obat mencapai bagian dalam paru 8. Ulangi isapan (puff) seperti di atas. Tunggu selama 1 menit di antara isapan (puff) sehingga isapan (puff) ke dua penetrasi lebih baik ke dalam paru
Gambar 1
f.
Gambar 2
Gambar 3
Suplemen
Diantaranya asam askorbat, jus lemon, teh herbal, bioflavonoid, beta karoten, Echinaceae. Vitamin C dalam dosis tinggi (3-4 dd 1000 mg) berkhasiat meringankan gejala dan mempersingkat lamanya infeksi. Dosis di atas 2,5 g sehari.
Contoh produk obat A NTIZA
GOLONGAN bebas terbatas KANDUNGAN Per tablet Parasetamol 500 mg,, Dekstrometorfan HBr 15 mg, Klorfeniramini maleate 1 mg, Fenilpropanolamin HCl 12,5 mg. INDIKASI Demam dan gejala-gejala batuk & pilek. KONTRA INDIKASI Hipertiroidisme, hipertensi, penyakit koroner, MAOI (penghambat mono a min oksidase), penyakit ginjal. PERHATIAN Penyakit jantung, diabetes, glaukoma, gangguan fungsi ginjal atau hati, kehamilan, dapat mengganggu kemampuan mengendarai kendaraan dan mengoperasikan mesin. Interaksi obat : - antihistamin bisa mempotensiasi depressan susunan saraf pusat lainnya. - aksi diperpanjang oleh MAOI. - penggunaan jangka panjang Parasetamol bisa mempotensiasi antikoagulan oral. EFEK SAMPING Mengantuk, pusing, mulut kering, kejang seperti epilepsi (pada pemakaian dengan dosis besar), kemerahan pada kulit. KEMASAN Tablet salut gula 10 x 10 biji. DOSIS
Dewasa dan anak berusia di atas 12 tahun : 3-4 kali sehari 1-2 tablet.
Anak berusia 6-12 tahun : 3-4 kali sehari ½-1 tablet.
ACTIFED TABLET. GOLONGAN Obat keras KANDUNGAN Per tablet : Triprolidin HCl 2,5 mg, Pseudoefedrin HCl 60 mg. INDIKASI Gejala yang berhubungan dengan masuk angin, sinusitis & kondisi alergi. Untuk mengurangi pembengkakan mukosa pada jalan nafas & m embantu menghentikan pilek. KONTRA INDIKASI MAO inhibitor (penghambat mono amin oksidase), hipertensi berat. PERHATIAN
Diabetes, hipertensi, penyakit jantung, peningkatan tekanan intraokuler,
pembesaran prostat.
Dapat mengganggu kemampuan mengendarai dan mengoperasikan mesin.
Anak berusia di bawah 2 tahun.
Interaksi obat : antihipertensi, antidepresan trisiklik, simpatomimetik lainnya seperti dekongestan, penekan nafsu makan, psikostimulan seperti Amfetamin. Obat penghambat mono amin oksidase. EFEK SAMPING Ngantuk, gangguan tidur, kemerahan pada kulit, keadaan kering pada hidung, mulut & tenggorokan.Kadang-kadang terjadi retensi urin. KEMASAN Tablet 100 biji. DOSIS Dewasa & anak-anak berusia di atas 12 tahun : 3 kali sehari 1 tablet. PENYAJIAN Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
COLD GOLONGAN Bebas terbatas KANDUNGAN Salisilamida 250 mg, Parasetamol 200 mg, Kafein 50 mg, Klorfeniramini maleat 2 mg, Efedrin HCl 8 mg. INDIKASI Demam dan gejala-gejala batuk dan pilek yang terjadi sela ma influenza. KONTRA INDIKASI Pengobatan jangka panjang untuk pasien dengan penyakit hati dan ginjal, ulkus peptikum. PERHATIAN
Jangan mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin selama pengobatan.
Anak berusia kurang dari 2 tahun, wanita hamil dan menyusui.
EFEKSAMPING Mengantuk, takhikardia, insomnia (sulit tidur), retensi urin (kemih tertahan dalam kandung kemih), mulut kering. KEMASAN Kapsul 500 biji. DOSIS Dewasa : 3-4 kali sehari 1 kapsul.
Daftar Pustaka Djuanda Adhi, dkk. 2009. MIMS Indonesia. CMP Medica. Jakarta. Hal A18-A21 http://www.klikdokter.com/illness/detail/3 Hemila, H. and Z.S. Herman. 1995. Vitamin C and The Common Cold: A Retrospective Analysis of Chalmers’ Review. Journal of the American College of Nutrition 14 (2) : 116-123. American College of Nutrition. http://www.psdh.gov.hk/eps/eng/general_doc/Drugs%20for%20Common%20Col d.pdf Anonim.2007. The Common Cold . University of Connecticut Student Health Services. BMJ Group. 2009. The Common Cold . Publishing Group Limited. Compass Pharma Edition. 2008. Batuk & Pilek . PT. Jardine Lloyd Thompson. USCD Student Health Service. 2007. Influenza. Jensen, Susan. 2003. The Common Cold .Health&Safety Notes California Childcare Health Program.
Pertanyaan : Kenapa contoh produk obat antiza bisa dikontraindikasikan tidak untuk hipertiroidisme,hipertensi,penyakit koroner, MAOI (penghambat mono amin oksidase), dan penyakit ginjal? Jawab : Contoh produk obat Antiza merupakan contoh obat pilek bebas terbatas yang ada dipasaran yang mengandung parasetamol 500 mg, dekstrometorfan HBr 15 mg, klorfeniramini maleate 1 mg, fenilpropanolamin HCl 12,5 mg. Produk tersebut di kontra indikasi untuk penyakit-penyakit tersebut karena:
Pada penggunaan parasetamol yang overdosis (>6g) metabolit reaktif N-
asetil-p-benzokinonimin, yang terbentuk pada metabolisme, memiliki cadangan glutation terbatas, sehingga tidak lagi diubah menjadi asam merkapturat lalu dieliminasi, melainkan diikat pada protein intraselular. Di hati terjadi nekrosis sel hati dan di ginjal terjadi nekrosis tubulus. Sehingga dikontra indikasikan pada penyakit ginjal.
Dipembuluh darah kecil (arteriol) rangsangan adrenergik terhadap reseptor
A1dan
A2
akan
menghasilkan
penciutan
pembuluh
darah.
Dekongestan,walaupun berasal dari golongan adrenergik, bekerja langsung pada reseptor A. Pembuluh darah hidung akan menciut dan hidung yang tersumbat menjadi terbuka bila diberi a-agonis. Disetiap penggunaan dekongestan selalu tertulis peringatan untuk tidak menggunakannya bersama
dengan
penghambat
Mono
Amin
Oksidase
(MAO
inhibitor=MAOI).MAOI digunakan dalam pengobatan antidepresi. Ia bekerja dengan menghambat suatu proses enzim sehingga terjadi peningkatan pelepasan kadar norepinefrin di ujung saraf adrenergik, yang menyebabkan tingginya tekanan darah (hipertensi).hal inimenyebabkan pula terjadinya vasokontriksi dipembuluh darah jantung sehingga dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Sehingga fenilpropanolamin HCl dikontra indikasikan untuk penyakit hipertensi, penyakit koroner dan pada penggunaan obat MAOI (Mono Amin Oksidase Inhibitor).
Dekstrometorfan
HBr
dapat
menebabkan
hipertiroidisme
karena
dekstrometorfan HBr ini banyak mengandung iod atau iodium sehingga menstimulasi hipofise untuk mengsekresikan TSH (Tyryreoid Stimulating Hormone) yang selanjutnya menstimulasi tiroid untuk memisahkan T3 dan T4. Sehingga dekstrometorfan HBr dikontra indikasikan untuk penyakit hipertiroidisme.