Sesak Nafas pada Penyakit Paru-Paru (DISPNEA) Definisi Sesak Napas Dispnea (breathless) adalah keluhan yang sering memerlukan penanganan darurat tetapi intensitas dan tingkatannya berbeda-beda.1,2 Ada yang berupa rasa tidak nyaman di dada yang bisa membaik sendiri, atau yang membutuhkan bantuan nafas yang serius, hingga yang dapat berakibat fatal. Sesak nafas juga dapat diartikan sebagai merupakan suatu pengalaman subjektif seseorang akan ketidaknyamanan bernapas yang terdiri dari sensasi yang yang intensitasnya berbeda. Pengalaman itu merupakan interaksi dari fisiological, psikologikal, sosial, da n faktor lingkungan, dan dapat diinduksi secara respon psikologikal dan kelakuan.1 K eluhan dispnea tidak selalu disebabkan karena penyakit; sering pula terjadi pada keadaaan sehat tetapi terdapat stres psikologis.2 Penyebab Sesak Napas dapat berasal dari berbagai tempat di paru Penyakit Saluran Napas -->asma, emfisema Adult respiratory distress syndrome syndrome (ARDS) Penyakit Parenkimal Penyakit Vaskular Paru --> Hipertensi paru primer Penyakit pleura --> Pneumotoraks, Penyakit Dinding Parutrauma, bronkitis kronik, CHF , Kor pulmonal , Efusi pleura , kelainan tulang tertelan benda asing Pneumonia, Emboli paru, hemotoraks, neurologik sumbatan laring, Pulmonary infiltrates with eosinophilia (PIE). Penyakit venooklusi paru, fibrosis. Klasifikasi Dispnea Dyspnea biasanya ditentukan dengan klasifikasi Hugh-Jones yang dapat dibagi menjadi: o Derajat pertama: kerja tampak sama dengan mereka yang memiliki usia sama, berjalan, naik tangga mungkin seperti orang sehat lainnya. lainnya. o Derajat dua: walaupun obstruksi tidak didapatkan, didapatk an, pasien tidak dapat untuk berjalan seperti orang lainnya yang berusia berusia sama. o Derajat tiga: walaupun tidak dapat berjalan seperti orang sehat pada level biasa, pasiennya masih dapat berjalan satu kilometer atau lebih dengan langkahnya sendiri. o Derajat empat: orang berjalan 50 m atau lebih membutuhkan istirahat atau tidak dapat melanjutkannya. o Derajat lima: sesak napas terjadi t erjadi ketika ganti baju atau istirahat; dan orang tersebut biasanya tidak dapat meninggalkan rumah. Mekanisme Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme meka nisme seperti jika ruang
fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang rua ng mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat. Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurunan terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka semakin besar gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama. Sumber penyebab dispnea termasuk: 1. Reseptor-reseptor mekanik pada otot-otot pernapasan, paru, dinding dada dalam teori tegangan panjang, elemen- elemen sensoris, gelendong otot pada khususnya berperan penting dalam membandingkan membandingkan tegangan otot dengan derajat elastisitas nya. Dispnea dapat terjadi jika tegangan yang ada tidak cukup besar untuk satu panjang otot. 2. Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2. 3. Peningkatan kerja pernapasan yang mengakibatkan sangat meningkat nya rasa sesak napas. 4. Ketidak seimbangan antara kerja pernapasan dengan kapasitas ventilasi Patofisiologi Dispnea mungkin disebabkan gangguan fisiologis akut seperti asma bronchial, emboli paru, pneumotoraks, atau infark miokard. Serangan berkepanjangan selama berjam-jam hingga berhari-hari lebih disebabkan akibat eksaserbasi penyakit penyakit paru yang kronik atau prosesif dari efusi pleura atau gagal jantung kongestif.1 Penggambaran Patofisiologi Konstriksi atau sensasi dada terjepit Bronkokonstriksi, edema interstitial (asma, iskemi miokardial) Meningkatnya kerja dan usaha untuk bernapas Obstruksi jalan napas, penyakit neuromuskular (PPOK, asma sedang sampai parah, miopati, kiposkoliosis) Lapar udara, membutuhkan pernapasan, urge to breathe Meningkatnya gerakan untuk bernapas (CHF, embolisme pulmonary, obstruksi aliran udara yang sedang hingga parah) Tidak dapat bernapas dalam, bernapas yang tidak memuaskan Hiperinflasi (asma, PPOK) dan terbatasnya volume tidal (fibrosis pulmonal, restriksi dinding dada) Pernapasan yang berat dan cepat Deconditioning Tabel. Penggambaran Kualitatif dan Mekanisme Patofisiologi Sesak Napas
Penegakan Diagnosis Anamnesis Saat mengevaluasi pasien dengan nafas yang pendek, satu hal yang harus ditentukan pertama kali adalah berapa lama la ma hal tersebut telah termanifestasi. Pasien yang sebelumnya dalam keadaan baik dan kemudian mengalami sesak nafas akut (selama beberapa jam sampai hari) dapat saja memiliki jenis penyakit akut yang mengenai:4 • Saluran pernafasan (serangan akut asma), • Parenkim paru (acute pulmonary edema atau proses infeksi akut seperti bakterial pneumonia), • Rongga pleura (pneumotoraks) • Vaskularisasi paru (emboli paru) Presentasi dari subakut (selama beberapa hari hingga minggu) dapat memberi kesan yakni: • Eksaserbasi penyakit saluran nafas yang ada sebelumnya (asma atau chronic bronchitis) • Infeksi parenkimal yang berjalan lambat (Pneumocystis carinii, pneumonia pada pasien AIDS, mycobacterial or fungal pneumonia) • Proses inflamasi nonnon-infeksi yang berjalan relatif lambat (Wegener’s granulomatosis, eosinophilic pneumonia, bronchiolitis obliterans with organizing pneumonia, dll) • Penyakit neuro muskular (Guillain-Barre´ (Guillain-Barre´ syndrome, myasthenia gravis), • Penyakit pleura (efusi pleura dengan berbagai penyebab atau penyakit jantung kronik) Sebuah presentasi kronik (selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun) sering diindikasikan sebagai penyakit paru obstruksi kronik, penyakit paru interstisial kronik, atau penyakit jantung kronik.4 Pasien seharusnya ditanya penggambaran dari ketidaknyamanannya seperti efek dari posisi mereka, infeksi, dan stimulus lingkungan pada dyspnea, contohnya adalah:2 Orthopnea Dispnea yang terjadi pada posisi berbaring. Pada umumnya merupakan indikator dari CHF, perusakan mekanikal dari diafragma diasosiasikan dengan obesitas, atau asma dipicu reflux esofageal dan paralisis diafragma bilateral. ak an membaik jika Platipneu Dispnea yang terjadi pada posisi tegak dan akan penderita dalam posisi berbaring. Keadaan ini terjadi pada abnormalitas vaskularisasi paru seperti pada COPD berat. Trepopneu Jika dengan posisi bertumpu pada sebuah sisi, penderita dispnea dapat bernafas lebih enak. Hal ini dapat ditemui pada penyakit jantung. Exertional Dispnea dispnea yang disebabkan karena melakukan aktivitas. Intensitas aktivitas dapat dijadikan ukuran beratnya gangguan nafas. Nocturnal dyspnea mengindikasikan CHF atau asma. Intermittent episodes of dyspnea menunjukkan episode dari iskemi miokard, bronkospasme, atau embolisme pulmonary. Keluhan sesak nafas juga dapat disebabkan oleh keadaan k eadaan psikologis. Jika seseorang mengeluh sesak nafas tetapi dalam exercise tidak timbul maka dapat dipastikan
keluhan sesak nafasnya disebabkan oleh keadaan psikologis. Jangan lupa u ntuk menanyakan kebiasaan merokok, minuman keras, penggunaan jarum suntik pada pasien, riwayat penyakit dahulu, dan apakah pasien dalam waktu -waktu dekat ini pergi daerah yang terdapat penyakit endemik paru.2 - Gejala yang menyertai:1 m iokard atau Nyeri dada disertai sesak mungkin karena emboli paru, infark miokard penyakit pleura Batuk sputum purulen dengan sesak disebabkan infeksi atau radang kronikseperti bronkitis atau radang mukosa saluran napas Demam menggigil infeksi Hemoptosis ruptur kapiler misal karena emboli paru, tumor, atau radang saluran napas Terpajan Keadaan lingkungan atau zat tertentu: • Alergen; seperti serbuk, jamur, atau zat kimia yang mengak m engak ibatkan ibatkan sesak. • Debu, asap, bahan kimia iritasi jalan napas bronkospasme. • Obat-obatan/injeksi Obat-obatan/injeksi reaksi hipersensitivitas sesak Pemeriksaan Fisik Tekanan darah, temperatur, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas menentukan tingkat keparahan penyakit. Seornag pasien sesak dnegan tanda-tand avital normal biasanya menderita penyakit kronik kronik atau ringan, sementara pasien yang memperlihatkan perubahan nyata pada tanda-tanda vital biasanya mengalami gangguan akut yang memerlukan evaluasi dan pengobatan segera. 1. Temperatur: <35°C atau >41°C atau sistolik dibawah 90 mmHg GAWAT DARURAT 2. Pulsus Paradoksus: pada fase inspirasi terjadi peningkatan tekanan arteri >10mmHg kemungkinan udara terperangkap (air trapping) pada asma,PPOK eksaserbasi akut. Ketika obstruksi saluran nafas menurun, variasi itu meningkat; dan ketika obstruksi membaik, pulsus paradoksus menurun. 3. Frekuensi Napas: < 5kali/menit hipoventilasi; kemungkinan respiratory arrest. Jika frekuensi napas 35 kali/menit gangguan parah. Frekuensi yang lebih cepat dapat dapat terlihat beberapa jam sebelum otot-otot nafas menjaid l elah dan terjadi gagal nafas. Pemeriksaan Umum1 • Tampilan Umum Pasien mengantuk dengan napas lambat dan pendek. Bisa disebabkan obat-obatan tertentu, retensi CO2, gangguan SSP(stroke, edema serebral,dan lainnya). Pasien gelisah dengan napas cepat dan dalam disebabkan hipoksemia berat karena penyakit paru/saluran napas, jantung, serangan cemas (anxiety attack), attack), histerical attack. • Kontraksi otot bantu napas Otot bantu napas di leher dan otot-otot interkostal akan berkontraksi pada keadaan obstruksi moderat hingga parah. Asimetri gerakan dinding dada/deviasi trakea juga dapat dideteksi. Pada Tension Pneumotorax-suatu keadaan gawat darurat-sisi yang terkena akan membesar pada tiap inspirasi dan trake terdorong ke
sisi sebelahnya. • Tekanan vena jugularis peninggiannya menandakan adanya peningkatan tekanan atrium kanan. Palpasi Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan dan jari, leher, dada, dan abdomen. Jari tabuh bisa didapatkan pada kanker paru, abses paru, emfisema, serta bronkoelaktasis. Pemeriksaan palpasi dada akan memberikan informasi tentang penonjolan di dinding dada, nyeri tekan, gerakan pernafasan yang simetris atau asimetris, derajat ekspansi dada, dan untuk menentuka tactile vocal fremitus. Pemeriksaan tactile vocal fremitus berdasarkan persepsi telapak tangan terhadap vibrasi di dada yang disebabkan oleh adanya transmisi getara suara dari laring ke dinding di nding dada.2 Tertinggalnya hemitoraks pada lateral bawah rib cage paru menunjukan gangguan perkembangan hemitoraks tersebut. Dapat diakibatkan: obstruski bronkus utama, pneumothorax, atau efusi pleura.1 Menurunnya fremitus traktil dengan meminta pasien menyebut tujuh puluh tujuh berulang-ulang palpasi pada area atelektasis menunjukan bronkus tersumbat atau efusi pleura. Meningktanya fremitus disebabkan konsolidasi parenkim pada area yang inflamasi.1 Perkusi1 o Hipersonor pada hiperinflasi pada serangan asma akut, emfisema,pneumotoraks. o Redup(dullness) konsolidasi paru atau efusi pleura. Auskultasi1 o Berkurangnya intensitas napas obstruksi saluran napas efusi pleura atau pneumotoraks. o Memanjangnya fase ekspirasi o Ronki kasar dan nyaring (coarse rales dan wheezing) obstruski parsial atau penyempitan saluran napas. o Ronki basah dan halus (fine, moist rales) parenkim paru berisi cairan. Ronki bilateral (bilateral rales) disertai irama gallop gagal jantung kongestif o Sesak napas dengan sakit dada kemungkinan friction rub. Evaluasi Laboratorium1 Pemeriksaan Dahak sputum gram (gram-stained smear)radang saluran napas bawah - Analisis gas darah arterial: Tekanan darah sistolik <90mmHg frekuensi napas >35x/menit, <10x/menit/sianosis. penggunaan suplemen oksigen/ventilasi mekanis. - Spirometri/Peak Flow Meterinformasi adanya obstruksi pada asma atau PPOK; harus diulangi tiap 30menit. Nilai normal ditentukan jenis kelamin, usia, tinggi badan. Nila < 50% obstruski parah Pemeriksaan Penunjang1 Foto Toraks bila dicurigai adanya kelainan pleura, parenkim paru atau jantung. CT evaluasi dari parenkim paru (penyakit paru interstitial) dan kemungkinan embolisme paru. Perbedaan Dyspnea pada Sistem Kardiovaskular dan Respirasi: Respirasi Kardiovaskular 1. Jika pada latihan berat, pasien menerima ventilasi maksimal, menunjukkan peningkatan pada dead space atau hipoksemia (saturasi <90%) 2. Bronkospasme 1. HR > 85% maksimum yang diperkirakan 2. anaerobic threshold terjadi pada awal 3. Tekanan darah meningkat atau turun berlebihan selama latihan 4. Jika tekanan O2 turun atau jika terdapat perubahan iskemi pada EKG 5. Terdapat abnormalitas sistem KV Terapi Oksigen Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Tujuan utama pemberian O2 adalah (1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, (2) untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.
Syarat-syarat pemberian O2 meliputi : o Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat d apat terkontrol o Tidak terjadi penumpukan CO2 o Mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah o Efisien dan ekonomis o Nyaman untuk pasien Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan. Nyeri Dada Nyeri dada dapat disebabkan oleh penyakit jantung, paru atau nyeri alih abdome n. Nyeri dada pada paru dapat disebabkan oleh penyakit sistem pernafasan yang biasanya berasal dari keterlibatan pleura parietalis. Akibatnya, sakitnya sering sering ditekankan saat gerakan pernafasan yang sering disebut pleuritic. Contoh umum yang termasuk gangguan pleura primer, seperti neoplasma neoplasma atau gangguan peradangan melibatkan pleura, atau gangguan parenkim paru yang meluas ke permukaan pleura, seperti pneumonia atau infark paru.2 Ada dua jenis nyeri dada karena nyeri paru: pleuritik dan trakeobronkial.1 Nyeri Pleuritik Nyeri pleuritik adalah salah satu dari dua jenis nyeri dada; nyeri dada yang lain adalah nyeri sentral (central pain, viseral pain). Nyeri pleuritik dapat ditentukan lokasinya dengan mudah, rasa nyeri ini intensitasnya bertambah jika batuk ata u bernafas dalam. Nyeri pleuritik berkaitan dengan penyakit penyakit yang menimbulkan inflamasi pada pleura parietalis, seperti infeksi, tumor. Parenkim paru tidak sensitif terhadap rasa sakit, baik rangsangan langsung maupun tidak langsung. Rasa nyeri pada pneumonia atau peradangan paru biasanya disebabkan karena reaksi pleura. Rasa nyeri pada kanker paru merupakan indikasi adanya invasi pada pleura atau dinding dada.5 Pada beberapa pasien tertentu, rasa nyeri dapat timbul tanpa adanya invasi pleura dan dinding dada. d ada. Iritasi nervus interkostalis (herpes zooster, spinal nerve root disease) juga dapat menimbulkan nyeri dinding dada yang terlokalisasi. Kostokondritis sendi kostosternal ke-2 sampai 4 (sindrom Tietze) sering menyerupai nyeri miokardial iskemik. Iritasi pada diafragma perifer akan dihantarkan ke dinding dada terdekat, sedangkan rasa nyeri yang berasal dari diafragma sentral dihantarkan melalui nervus frenikus, dan dapat dirasakan di daerah trapezius ipsilateral pada basis leher dan bahu.5 Penyebab nyeri pleuritik yakni : Gangguan Mekanis Gangguan Peradangan Neoplasma Paru Penyakit Otoimun Pneumotoraks Infeksi Primer SLE Hemotoraks Infark Paru Metastatis Artritis reumatoid Skleroderma
Diagnosis a. Nyeri pleuritik yang terjadi tiba-tiba terutama setelah batuk atau at au bersin menandakan kemungkinan terjadi pneumotoraks Kejadian ini sering disertai rasa sesak. b. Demam dan batuk produktif yang menyertai nyeri nyeri dada menandai terjadinya infeksi parenkim dan pleura c. Hemoptisis yang terjadi tiba-tiba dicurigai adanya emboli paru, sedangkan nyeri semakin hebat pasca hemoptisis lebih cenderung karena kanker paru d. Penyakit autoimun sering dikaitkan dengan radang pleura non spesifik yang mengarah ke pleuritis Pemeriksaan fisik a. Melemahnya bunyi nafas; pekak/redup pada perkusi dan melemahnya frenitus merupakan tanda efusi pleura. b. Adanya friction rub pada inspirasi dan ekspirasi menandakan menandakan terjadinya perandangan pleura Pencitraan1 Pneumotoraks, efusi pleura dapat identifikasi dnegan foto toraks posteanterior, lateral dan dekubitus lateral. Sedangkan diagnosis etiologi efusi pleura memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Tatalaksana nyeri pleuritik1 Nyeri dapat dikurangi dengan indometasin 25 mg, oral, 3 kali sehari. Sedangkan cara terbaik untuk menghilangkan nyeri adalah mengobati penyakit dasarnya. Nyeri Trakeobronkitis1 Adalah sensasi terbakar di daerah substernal yang makin memburuk dengan batuk. batuk. Hal ini disebabkan oleh radang akut pada cabang trakeobronkial. Diagnosis Rasa Sakit Trakeobronkitis Anamnesis Nyeri berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari. Perburukan nyeri karena batuk dan lokasinya pada daerah substernal yang membedakan dengan nyeri pleuritik. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan apa-apa keculai berupa ronki kasar pada auskultasi. Tatalaksana nyeri trakeobronkial Pengobatan atas penyebabnya adalah terapi utama. Terapi simptomatik dapat diberikan penekan batuk dengan kodein fosfat 15-30 mg, 3-4 kali sehari.
Kesimpulan : Dispnea bersifat subjektif dan memiliki tekanan yang berbeda-beda. Penyebab dari timbulnya sesak nafas ini juga dapat ditimbulkan ditimbulka n dari berbagai bagian dalam sistem respirasi seperti, obstruksi saluran nafas, jaringan parenkim paru, hingga vaskularisasi paru. Dalam mengevaluasi sesak nafas perlu diperhatikan lama onset terjadinya, posisi atau aktifitas yang menyebabkan sesak nafas, tanda vital, serta pemeriksaan fisik lainnya. Ada dua jenis nyeri dada karena nyeri paru: pleuritik dan trakeobronkial. Nyeri pleuritik dapat ditentukan lokasinya dengan mudah, rasa nyeri ini intensitasnya bertambah jika batuk atau bernafas dalam. Nyeri pleuritik berkaitan dengan penyakit yang menimbulkan menimbulkan inflamasi pada pleura parietalis, seperti infeksi, tumor. Nyeri traakeobronkial adalah sensasi terbakar di daerah substernal yang makin memburuk dengan batuk. Hal ini disebabkan oleh radang akut pada cabang trakeobronkial. Keterkaitan dengan pemicu : Berdasarakan landasan teori di atas. Kategori sesak nafas penderita digolongkan ke dalam keadaan akut karena onset baru terjadi dalam waktu beberapa jam hingga beberapa hari. Tata laksana sesak nafas pada pasien ini dapat dibantu dengan terapi oksigen. Setelah kemungkinan diagnosis-diagnosis didirikan, diagnosis tersebut dipersempit dengan melihat pemerikasaan penunjang seperti adanya dahak berwarna hijau yang dapat menunjukan suatu proses proses radang. Dari kedua jenis nyeri dada yang dipaparkan pada teori, nyeri dada yang dialami dialam i pasien merupakan nyeri dada pleuritik. Hal yang dapat menyebabkan nyeri dada ini salah sala h satunya adalah infeksi paru. Maka bila dilihat dari gejala sesak nafas, nyeri dada, warna dahak yang menyertai, serta demam selama 4 hari, diagnosis dapat dipersempit ke arah pneumonia. Selanjutnya, diagnosis dapat diperkuat dengan hasil pemeriksaan fisik lainnya seperti palpasi dan auskultasi. Definisi Sesak Napas (Dyspnea)
Sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah “ Shortness Of Breath”. Deskripsi Sesak napas (Dyspnea)
Kejadian sesak nafas tergantung dari tingkat keparahan dan sebabnya. Perasaan itu sendiri merupakan hasil dari kombinasi impuls (rangsangan) ke otak dari saraf yang berakhir di paru-paru, tulang iga, otot dada, atau diafragma, ditambah dengan persepsi dan interpretasi pasien. Pada beberapa kasus, sesak napas diperhebat karena
kegelisahan memikirkan penyebabnya. Pasien mendeskripsikan dyspnea dengan berbagai cara, sesak napas yang tidak menyenangkan, merasa sulit untuk menggerakkan otot dada, merasa tercekik, atau rasa kejang di otot dada. Macam - Macam Sesak Napas (Dyspnea) Dyspnea akut Dyspnea akut dengan awal yang tiba -tiba merupakan penyebab umum kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada. Dyspnea kronis Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.
Dyspnea Dyspnea : Pernafasan yang disadari akibat adanya rasa tidak nyaman. Ini biasanya merupakan gejala yang muncul pada penyakit jantung dan paru-paru, dan mungkin juga berasal dari efek neurologis, masalah dinding dada, dan anxiety. Diagnosis banding dyspnea Gangguan jantung (mekanisme edema paru). Ini dapat terjadi akibat : -
Gangguan katup jantung (regurgitasi atau stenosis katup mitral atau aortic)
-
Disfungsi sistolik ventrikel kiri (cardiomyopathy ischemic dan non-ischemic)
Disfungsi diastolic ventrikel kiri (hipertropi ventrikel kiri, ischemia myocardial akut. Cardiomyopathy infiltrative) -
Penyakit pericardial (konstriksi pericardial atau tamponade)
Gangguan jantung yang menyebabkan dyspnea merupakan efek dari adanya kelainan pada saluran trakeobronchial, perdarahan paru-paru, atau pleura. Hal ini meliputi : -
Pneumonia
-
COPD
-
Asthma
-
Emboli paru
-
Pneumothorax
-
Fibrosis paru
-
Hipertensi pulmonary
-
Efusi pleura
-
Obstruksi saluran nafas
-
Paralysis diafragma
Dyspnea juga merupakan gambaran klinis dari anemia, hipertiroidism, obesitas, gangguan neuroogis, yang mempengaruhi otot pernafasan, dan anxiety. Manifestasi klinis Anamnesa Onset dyspnea : Tiba-tiba : angina, edema paru, pneumothorax dan emboli paru. Lambat : COPD, efusi peura, anemia, dan gagal jantung kronis. Gambaran klinis lain yang menunjukan penyebab spesifik dyspnea ; -
Chest pain (angina, myocardial infarction (MI), pneumonia, emboli paru, pneumothorax)
-
Batuk (pneumonia, bronchitis, asthma)
-
Demam (pneumonia, bronchitis)
-
Hemoptysis (emboli paru, bronchitis)
-
Riwayat merokok (COPD)
-
Faktor resiko jantung (angina, MI)
-
Trauma dinding dada (pneumothorax)
Pola dyspnea : -
Dyspnea seringkali dipicu oleh aktivitas berat yang tidak bergantung pada penyebabnya.
Dyspnea yang terjadi saat istirahat biasanya mengindikasikan adanya penyakit jantung atau paru-paru yang parah. Paroxysmal nocturnal dyspnea menunjukan adanya gagal jantung kiri. Ini biasanya terjadi 2-4 jam setelah tidur dan membuat pasien harus duduk dan beranjak dari tempat tidur untuk mengurangi rasa sakit. Orthopnea merupakan salah satu gejala gagal jantung yang sering muncul, tapi bisa juga terjadi karena adanya gangguan paru. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada pasien yang mengalami dyspnea biasanya menunjukan adanya tachypnea. Pasien juga biasanya mengalami sianosis, menunjukan kurangnya oksigenasi atau rendahnya cardiac output. Pada pasien dengan penyakit jantung yang menyebabkan dyspnea, pemeriksaan akan menunjukan adanya gangguan katup jantung (murmur, bukaan pada mitral stenosis, lebarnya pulse pressure pada regurgitasi aorta) atau adanya gagal jantung kongestif (S3, rales paru, peningkatan JVP). Pasien dengan pneumonia mengalami demam dan adanya ciri khas yang ditemukan pada paruparu, seperti pada pasien COPD, terdapat penurunan jumlah udara yang masuk dan wheezing. Rendahnya suara nafas mengindikasikan adanya efusi pleura atau pneumothorax, sementara rub pleura mengindikasikan adanya pleuritis yang dikaitkan dengan emboli paru atau pneumonia. Wheezing yang terdengar pada gagal jantung atau bronchospasm menunjukan adanya obstruksi saluran nafas atas. Evaluasi diagnosis Tes awal untuk hampir semua pasien adalah chest X-ray. Hal yang bisa kita temukan adalah :
-
Pneumonia (infiltrasi focal)
-
CHF (Kerley B lines, vascular cephalization, cardiomegaly, edema paru)
-
Efusi pleura (sudut costophrenic tumpul)
-
Pneumothorax (mediastinal shift, hilangnya marking paru)
-
Emboli paru (infiltrasi perifer, hilangnya marking vascular)
-
COPD (hiperinflasi, perubahan bullous)
-
Cardiac tamponade (siluet jantung yang besar, b esar, “water bottle”-shaped)
Jika dyspnea dikaitkan dengan nyeri di bagian dada atau pasien diperkirakan mengalami penyakit jantung koroner, ECG sebaiknya dilakukan untuk mengeksklusi kejadian ischemia sebagai penyebab. Dyspnea akibat gangguan jantung dapat dievaluasi dengan echocardiogram untuk mengevaluasi fungsi systole dan diastole ventrikel, dan untuk mengeksklusi adanya gangguan katup jantung. Pemeriksaan CBC sebaiknya diperoleh untuk mengevaluasi adanya anemia. Analisis gas darah arteri jarang dilakukan untuk mendiagnosis, tapi biasa digunakan untuk menilai fungsi fisiologi dan keparahan penyakit. Peningkatan BNP pada dyspnea akut menunjukan adanya CHF. Dyspnea yang berkaitan dengan gangguan paru dapat dipastikan dengan PFTs. CT scan dapat membantun mengevaluasi pasien dengan kemungkinan penyakit paru interstisial atau emboli paru, yang kemudian dipastikan dengan scan ventilasi dan perfusi paru.
Penyebab dyspnea Penyebab spesifik Jantung CHF/edema paru
Tes diagnosis CXR, echocardiogram, metabolic stress test, BNP
Ischemia ECG, exercise stress test Gangguan katup (AS, AI, MS, MR) Echocardiogram Pericardium (konstriktif, tamponade) Echocardiogram
Paru-paru
Penyakit jantung restriktif (penyakit antung infiltrative atau hipertropik) COPD
Echocardiogram CXR, PFTs
Asthma
PFTs, methacholine challenge
Pneumonia
CXR
Lain-lain
Efusi pleura
CXR
Emboli paru
V/Q scan, spiral CT scan, PA angiogram
Pneumothorax
CXR
Fibrosis paru
CXR, CT scan resolusi tinggi
Hipertensi pulmonary
Echocardiogram, PA cateter
Obstruksi saluran nafas Anemia
CXR, PFTs, bronkoskopi Hematokrit
Hyperthyroidism
TSH
Paralysis diafragma
PFTs, CXR
Palpitasi Palpitasi adalah detak jantung yang disadari secara subjektif dan biasanya terjadi karena adanya perubahan irama dan laju jantung, atau perubahan kekuatan kontraksi jantung. Etiologi Penyebab utamanya adalah aritmia, efek obat, dan gangguan psikiatrik Klasifikasi : Aritmia adalah penyebab utama, bisa berupa takikardia supraventrikel (SVT) atau ventrikel (VT) dan kontraksi premature atrium (PAC) dan ventrikel (PVC). Pola palpitasi juga dapat mengerucutkan penyebabnya. Pasien yang memiliki ritme jantung dengan ritme jantung yang cepat dan teratur disebut sinus takikardia, SVT, atau VT, sementara ritme ritme cepat yang tidak teratur menunjukan adanya fibrilasi atrium (AF) atau detak jantung premature.
Cepat, teratur (Tachycardiac)
Atrium/supraventrikel Tachycardia supraventrikular (SVT)
Ventrikel Tachycardia ventrikel (VT)
- disertai pingsan
Cepat, tidak teratur (fibrilasi/kontraksi premature
- pounding à AV nodal reentrant tachycardia (AVNRT) Kontraksi premature atrium Kontraksi premature ventrikel (PAC) (PVC)
-
“Missed beat” atau “flip-flop”
Manifestasi klinis Anamnesa Sensasi : fluttering, skipping, racing, atau pounding Gejala penyerta : pusing, nyeri kepala, atau dyspnea Laju yang sangat lambat menunjukan sinus bradicardia atau heart block. Palpitasi yang dipicu oleh aktivitas ringan menunjukan adanya gagal jantung, gangguan katup, anemia, thyrotoxicosis, atau jarang berolahraga. Banyak perempuan muda dengan SVT salah didiagnosis dengan panic atau anxiety disorder sebagai penyebab palpitasi. Riwayat konsumsi kafein berlebihan atau kokain bisa menyebabkan SVT atau PAC. Pemeriksaan fisik Melakukan pemeriksaan fisik pasien dengan keluhan palpitasi biasanya membuat kita menemukan gejala lain, seperti : -
Murmur (gangguan katup jantung)
-
Peningkatan JVP, rales (gagal jantung)
-
Pembesaran kelenjar thyroid (thyrotoxicosis)
Cardiac
Tachyaritmia Bradiaritmia Gangguan katup jantung Impantasi pacemaker
Cardiomyopathy (dilatasi atau hypertropi) Gangguan metabolic Thyrotoxicosis
Hypoglycemia Pheochromocytoma
Obat
Ketidakseimbangan elektrolit (hiper-hipokalemia, hipomagnesemia Agen simpatomimetik (theopyline, albuterol) Vasodilator Cocaine Amphetamine Kafein
Psikiatrik
Nikotin Panic attack Gangguan anxiety Depresi
Lain-lain
Tekanan emosional Kehamilan Anemia demam
Evaluasi diagnosis Gambaran EKG : Sindrom pre-eksitasi (PR interval pendek, gelombang delta) Cardiomyopathy (gelombang Q, hipertropi ventrikel) Gangguan katup jantung (hipertropi ventrikel, pembesaran atrium). Echocardiogram sebaiknya dilakukan untuk memastikan jenis gangguan jantungnya. Kadar TSH dalam darah dilakukan untuk mengeksklusi hipertiroidism sebagai penyebab.
1. Patofisiologi dyspnea dan batuk Dyspnea : sensasi subjektif (rasa tidak nyaman) nyaman) karena kekurangan O2. menyebabkan tachypnea (frekuensi pernafasan > 20x/menit) 2. Penyakit-penyakit dengan gejala dyspnea
-
Penyakit COPD Emfisema
: dinding alveolar rusak sehingga kekurangan O2
Asma
: udara yang akan keluar terperangkap di dalam saluran pernafasan
-
Pulmonary edema
-
Penyakit jantung : konsumsi obat hipertensi, dekompensasio cordis
3. Pemeriksaan
-
Anamnesa Riwayat keluarga, riwayat penyakit, life style, konsumsi obat, herediter, pekerjaan.
-
Pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi, per kusi, dan auskultasi
-
Pemeriksaan penunjang : rontgen, spirometer
3. Jenis-jenis Dyspnea: a. orthopnea
: posisi supinasi (terlentang), akibat ventrikel kiri yang rusak maka terjadi
perubahan gaya gravitasi yang me ngakibatkan terkanan vena-kapiler pulmonal meningkat,closing volume meningkat dan Vital Capacity menurun b. trepopnea
: posisi lateral dekubitus, terjadi kerusakan pada salah satu paru
c. platypnea
: posisi tegak
d. PND
: malam hari, sirkulasi balik darah meningkat, hamper mirip orthopnea (ditambah
ventrikel juga tidak bekerja dengan baik)
Etiology 1. Cardiac:termasuk pada gagal jantung, systolic disfunction, cardiomyopathy, dan kelainan katup mitral
2. Pulmo: obstruksi dan retriksi 3. Cardiac + Pulmo : COPD dengan hipertensi pulmonal 4. non Cardiac atau Pulmo : metabolik kondisi (anemia), latihan, ketinggian 5. lain-lain : Myastenia Gravis, Tetanus Pada anak-anak : pneumonia, bronchitis, EBV Pada yang akut : trauma dada (pulmo-thoraks), kehamilan, ISPA Pada yang kronik : kelainan pada pita suara
Patofisiology Cardiac : kesalahan pada ventrikel menyebabkan tekanan hidrostatik meningkat yang mengakibatkan cairan masuk ke jaringan interstitial yang akhirnya mengakibatkan edema Awalnya : aktivitas berlebihan dari jantung Asthma : 1. 2. 3. 4.
Obstuksi jalan nafas Bronkospasme Penyempitan → mucus keluar (secret(secret -sekret kental) → sulit untuk ekspirasi Dapat disebabkan oleh alergi
Diagnosis a. anamnesa b. spirometri (untuk melihat obstruksi atau retriksi) cara bedain cardiac dengan pulmo: a. merokok apa tidak b. dyspnea sudah berapa lama? ( untuk membedakan fase fase akut/subakut/kronik) c. pengukuran saturasi O2 (dengan Treadmill Test) Cardiac: 1. 2. 3. 4.
heart rate > 85% ambang ↓ konsumsi maximal O2 ↓ Aritmia
5. Iskemik 6. Saturasi tidak berbeda, tekanan darah ↓ Respiratory: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
heart rate < 85% ambang ↓ konsumsi maximal O2 ↓ Aritmia Iskemik FEV1 ↓, RR ↑
Tatalaksana: 1. diberi O2 (untuk pertolongan pertama) 2. untuk yang tipe cardiac dapat diberi ACE inhibitor
untuk pencegahan : dijauhkan dari segala macam allergen seprti makanan, rokok,dll BRONKIEKTASIS Definisi (Laenec 1989) : Secara anatomi, dilatasi bronkus, bronkus, disertai destruksi bronlus bronlus bersifat kronik dan menetap (irreversible). Etiologi: 1. belum jelas 2. bnyk factor penyebab sperti : gangguan mekanisme pertahanan paru dan proses inflamasi di paru (baik yang berasal dari factor congenital, mekanik, infeksi, dll)
Patogenesis: infeksi, obstruksi bronkus, gangguan mekanisme pembersihan, kelainan congenital, gangguan imunologis, dan idiopathik BE Factor congenital : a. defesiensi tulang rawan bronkus b. Sindroma Kartagener (bronkiektasis, sinusitis, dan dektorkar dia) c. Skuester paru d. Fibrosis kistik e. Hipogammaglobulinemia f. Kelainan syaraf tepi Factor mekanik:
a. Penekanan/obstruksi lumen bronkus b. Pembesaran KGB → TB c. Tumor d. Aneurisme aorta e. Fibrosis → TB f. Obstruksi oleh secret Factor infeksi : a. infeksi masa kanak-kanak→ kanak-kanak→ kerusakan paru & bronkus →TB →TB paru, batuk rejan, pneumonia karena morbili b. gangguan factor pembersih→ retensi sputum c. batuk tidak efektif d. gangguan enzim elastase→ destruksi bronkus bronkus e. keracunan bahan kimia f. aspirasi asam lambung g. heroin Defek immunologis : a. defesiensi immunoglobulin primer /sekunder b. defesiensi komplemen c. penyakit granulositik kronik d. allergic bronchopulmonary aspergilosis Defek pada pembersihan : a. immobile cillia b. sindroma kartagener c. sindroma Youngs gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktivitas hiperaktivitas (GPHH)
Careful history : Dyspnea of lung disease usually more gradual in onset than that of heart disease; nocturnal exacerbations common with each. Examination:: Usually obvious evidence of cardiac or pulmonary disease. Findings Examination may be absent at rest when symptoms are present only with exe rtion. Brain natriuretic peptide (BNP): (BNP) : Elevated in cardiac but not pulmonary dyspnea. Pulmonary function tests: tests: Pulmonary disease rarely causes dyspnea unless tests of obstructive disease (FEV 1, FEV1 /FVC) or restrictive disease (total lung capacity) are reduced (< 80% predicted). Ventricular performance: performance: LV ejection fraction at rest and/or during exercise usually depressed in cardiac dyspnea.
Pulmonary causes of Dysnoea DISEASE& RESPIRATORY FINDINGS 1.Bronchial asthma - Increased wheeze 2.COPD - Increased wheeze and crepts 3.Pleural effusion - Decreased air entry on the affected side 4.Post TB sequelae like Pneumothorax - absent air entry on the affected region with crepts 5.Traumatic pnemothorax - absent air entry 6.Traumatic hemothorax - Crepts 7.Hydropnuemothorax 7.Hydropnuemothorax - Decreased air entry 8.Interstitial lung disease - Ct thorax will be helpful
9.Type 1 and 2 respiratory failure - Arterial blood gas will differentiate the cause. Cardiac causes DISEASE AND CARDIAC FINDINGS 1.Myocardial Infarction - Hypotension, chest pain, sweating, palpitation 2.Cardiac failure - Pedal edema,bilateral basal crepts 3.Hypertension induced pulmonary edema - Basal crepts Most importantly dysnoea due to respiratory causes will not get aggravated on walking or exertion. whereas dysnoea due to cardiac causes will get aggravated on walking. X - ray Findings Bronchial asthma - increased vascularity COPD - Increased size of l ung shadows Pleural effusion - Ellies curve i.e opacity on the fluid region Pneumothorax - lung parenchymal border will be shrunken Hemothorax - Contusion in the affected region Hydropneumothorax Hydropneumothorax - straight line opacity Cardiac failure - enlarged heart
In Myocardial infarction - Electrocardiogram will differentiate the cause whether it is respiratory or cardiac cause.
Dyspnea (Shortness of Breath) What is dyspnea? Dyspnea is a condition where you are experiencing shortness of breat h, or breathlessness. Dyspnea is also the uncomfortable sensation of breathing. Normally, our bodies will regulate the act of breathing without even having to think about it. You may experience dyspnea at rest, or on exertion (when you perform any activity no matter how small), if you have certain conditions. Common causes of dyspnea include: Heart problems - including: Irregular heart beats Fluid accumulation around the heart due to certain forms of cancer (pericardial effusion) A recent heart attack which may be blocking blood flow Heart failure- when your heart is not working as well as it should Lung problems - including: A blockage by a foreign body in your upper or lower airway passages, by tumor, infection, or eve n may be caused by choking on a piece of food
People with cancer of the lymph nodes in your chest may g et a blockage of blood flow through the blood large vessels. This is called superior vena cava (SVC) syndrome. People with Hodgkin's disease, lung or breast cancer are most susceptible. Constriction of your lung passages caused by secretions are common in acute (happening suddenly), or chronic (occurs for a long time) bronchitis, asthma, and Chronic Obstructive Lung Disease (COLD). Fluid accumulation in your lungs due to a tumor or infection (pleural effusion) Pneumonia - caused by one of many types Upper Respiratory Infection (URI) - either caused by a v irus or bacteria Pulmonary fibrosis - lung damage from radiation, chronic diseases, or chemotherapy Pulmonary toxicity - lung damage from chemotherapy, radiation therapy, or chronic diseases Pneumothorax - a collapsed lung from tumor or trauma (like a car accident, or a gun shot wound) Blood clots in your lungs (pulmonary emboli) Other causes: Anemia - Low blood hemoglobin (Hgb) counts that may occur with blood loss, if you are low in iron stores, or after chemotherapy If you are hyperventilating, or breathing really fast due to fear, anxiety, or unknown causes Things that may also put you at risk (called risk factors) for developing dyspnea may include: Smoking cigarettes Environmental irritants, such as pollution, chemicals and hair spray If you are elderly, or have an altered immune system from chemotherapy, long-term steroid use, or chronic diseases You may be treated with antibiotics if there are bacteria present in a sputum sample, or if your healthcare provider is concerned that bacteria caused your infection. If your bronchitis, pneumonia or other cause of dyspnea are due to a virus, your symptoms may take 2 or more weeks to resolve, but antibiotics won't help. Treatment of a virus includes cough medications, drinking lots of fluids, and avoiding irritants. Your dyspnea may be due to a chronic, or a long-term disease, such as pulmonary fibrosis, or chronic bronchitis. You may go through periods when you feel well, and then go through periods when you feel ill.
With some causes of dyspnea, such as chronic bronchitis, and pulmonary fibrosis, severe outbreaks of cough, shortness of breath and congestion (called exacerbations), may last for a few months at a time, and occur a few times a year. What are some symptoms to look for? You may notice chest tightness, difficulty getting a good breath, fee lings of breathlessness, or that you is hungry for air. You may notice that you are wheezing, when you breathe. You may have fever, chills, or a headache. You may have pain in your muscles, or pain in your lungs when you take a deep breath, especially if you are coughing really hard, for long periods of time. You may be overly tired, or very weak (fatigued). It may be hard for you to do any kind of your normal activities. You may have sudden onset of coughing spellsor a long-term (chronic) (chronic) cough. You may or may not be able to bring up any secretions (sputum), or you may bring up g reenish-yellow, or rusty-colored sputum. You may experience shortness of breath, either at rest or while performing any type of activity. This may include walking to the door, or climbing stairs. You may have trouble lying flat in bed, and you may have to sleep on 2 or more pillows. Your shortness of breath may cause you to wake up in the middle of the night. If your heart may not be working wor king as well, your legs may be swollen, especially in your feet and ankles. You may gain "water" weight easily, or feel bloated. Things you can do: Make sure you tell your doctor, as well as all healthcare providers, about any other medications you are taking (including over-the-counter, vitamins, or herbal remedies). Remind your doctor or healthcare provider if you have a history of diabetes, liver, kidney, or heart disease. If you have a family history of heart disease, stroke, high blood cholesterol, or high blood pressure, in a first or second-degree relative, you may be at risk for certain problems. Notify your healthcare provider if you have any of these diseases in your family. If you are smoking, you should quit. If you do not smoke, avoid smoke-filled rooms. Smoking first or second-hand can damage lung tissue, and make your dyspnea worse. Discuss with your healthcare provider techniques that can help you quit. Avoid people who are sick. Wash your hands often, with soap and water, for at least 15 seconds at a time. Use tissues when you sneeze or cough.
Do not share eating or drinking utensils with anyone. If you are over the age of 65 years, or have an altered immune system due to chemotherapy, chronic disease or steroid use, the Centers C enters for Disease Control (CDC) recommends re commends that you receive a flu vaccine every year, and a pneumonia vaccine every 5 years. Discuss this with your healthcare provider if this is right for you. People with lung problems need to circulate air from the bottom of their lungs and out of your lungs (oxygenation), to prevent infection and pneumonia. Using an incentive spirometer for 15 minutes a day, twice a day, can help promote oxygenation. Controlling secretions through coughing and deep breathing will help you to breathe e asier. Remember, if you are dehydrated, your secretions will be thicker, and harder to bring up. Make sure to drink 2 to 3 liters of fluids (non-alcoholic, non-caffeinated) per day, to remain well hydrated. Taking warm showers or baths, and using a vaporizer, may help to thin out your secretions. Try to exercise, as tolerated, to promote air exchange (oxygenation), and to maintain your optimal level of functioning. Walking, swimming, or light aerobic activity may also help you to lose weight, and fe el better. Make sure to exercise, exe rcise, under the supervision of your healthcare provider, and discuss with your healthcare provider how you can create a specific exercise program to suit your needs. If you are experiencing heart failure, w hich may have caused your breathing problems, you may be told to reduce the amount of salt you are eating in a day. Many times, it may be restricted to about 2 grams of sodium per day. A diet lower in salt may decrease the amount of work that is placed on your heart. You should discuss this with your healthcare provider how you can specifically use your diet to control your symptoms. Try to avoid "environmental allergens" (such as smoke, pollution, and common causes of seasonal allergies), as well as things that may cause allergies in your home (hair sprays, mold, dust mites, and pets). These may trigger an episode of coughing and dyspnea, and make your symptoms worse. Keep a diary of your any abnormal symptoms, such as excessive fatigue, shortness of breath or chest pain, if these are occurring regularly. Write down the foods that you have eaten, the exercise or activity you were undergoing when the symptoms occurred, and how you felt before they occurred. This diary may be valuable in determining the cause of your symptoms, and help you to identify certain "triggers" of your symptoms. Questions to ask yourself, may include: Did my symptoms occur gradually, or did this episode come on all of a sudden? Was I feeling anxious? Did I perform any kind of activity, or was I resting? Did I eat any different kinds of foods? Was I around any pets? Did I travel recently? What did I do differently?
With severe breathing problems, sleeping at night with your head of the bed elevated may make it easier to breathe. You may do this by sleeping on 2 or 3 e xtra pillows. This will help lung expansion (spreading out), as well as promote the drainage of secretions. Use relaxation techniques to decrease the amount of anxiet y you have. If you feel anxious, place yourself in a quiet environment, and close your eyes. Take slow, steady, deep breaths, and try to concentrate on things that have relaxed you in the past. You should restrict the amount of alcohol you take in, or avoid it all together. Alcohol may adversely interact with many medications. Participating in support groups may be helpful to discuss with others what you are go ing through. Ask your healthcare provider if he or she is aware of any support groups that would benefit you. If you are ordered a medication m edication to treat this disorder, do not stop taking any medication unless your healthcare provider tells you to. Take the medication exactly as directed. Do not share your pills with anyone. If you miss a dose of your medication, discuss with your healthcare provider what you should do. If you experience symptoms or side effects, e specially if severe, be sure to discuss them with your health care team. They can prescribe medications medications and/or offer other other suggestions that are effective in managing such problems. Keep all your appointments for your treatments. Drugs that may be prescribed by your doctor: Depending on your lung function, and your overall health status, your doctor may recommend that certain drugs be used to help your lungs function more more effectively, and decrease symptoms. Some of the common drugs that are used to treat lung problems may include: Antianxiety medications: If you are experiencing anxiety with your dyspnea, depending on the cause, your healthcare provider may prescribe an anti-anxiety medication, medication, called an anxiolytic. These medications will help you to relax. These may include lorazepam (Ativan®), or alprazolam (Xanax®). It is important to take these medications only when you are feeling anxious. Do not operate heavy machinery, or drive an automobile while taking these. These medications must be used very cautiously if you have severe dyspnea. Discuss the risks and benefits of t aking this medication with your doctor or healthcare provider. Antibiotics - If your doctor or healthcare provider suspects that you have a lung infection, he or she may order antibiotic pills or intravenous (IV), depending on how severe your illness is, and your over all health status. Commonly prescribed antibiotics for bronchitis, pneumonia and respiratory (breathing) problems include azithromycin (Zithromax®), and levofloxacin (Levaquin®). If you are pr escribed antibiotic pills, take the full prescription. Do not stop taking pills once you fee l better.
Anticoagulants - These medications prevent your blood from clotting, or may be ordered by your healthcare provider if you have a blood clot. Each of them works in a variety of ways. Depending on your overall health status, the kind of chemotherapy you are receiving, and the location of the blood clot, your healthcare provider may suggest warfarin sodium (Coumadin®), or enaxoparin (Lovenox®). Anticholinergic agents - these drugs are given to persons with chronic bronchitis, emphysema, and chronic obstructive lung disease (COLD). Anticholinergic agents work in a complex manner by relaxing the lung muscles, which will help you to breathe easier. A commonly prescribed drug is ipatropium bromide (Atrovent®). Bronchodilators - These drugs work by opening (or dilating) the lung passages, and offering relief of symptoms, including shortness of breath. These drugs, typically given by inhalation (aerosol), but are also available in pill form. Beta-adrenergic receptor agonists (beta-agonists) - Beta-agonists can be considered bronchodilators, as these drugs relax airway smooth muscle, and block the re lease of substances that cause bronchoconstriction, or narrowing of your lungs, if you are having a lung "spasm." Drugs such as albuterol (Proventil®), or terbutaline (Brethine®), are commonly used. Corticosteroids: Steroids work by decreasing inflammation and swelling, which may be present with certain lung disorders. People may benefit from steroids, either inhaled, by pill form, or in the vein (IV). Beclomethasone (Beclovent®), an inhaled steroid, is useful in the treatment o f chronic asthma and bronchitis. Inhaled steroids act directly directly on the lung tissue, so there are fewer long-term side effects, compared with a pill or IV form. People who have an outbreak of severe shortness of breath and airway inflammation may be ordered a steroid pill, such as prednisone, for a short period of t ime. This is usually given with inhaled steroids. Patients with severe asthma may require IV administration of another steroid, methylprednisolone (Solumedrol®). Cough medications/Decongestants - may help you to be more comfortable if you are coughing a lot. Guaifenesin is an active ingredient in many cough medications, may be given alone, but is often combined with other drugs, such as codeine, codeine, to help your cough. Guaifenesin may also be combined with pseudoephedrine (Sudafed®) as a decongestant, or any one of many me dications, depending on your symptoms. Another common medication you may may receive is Hydrocodone Bitartrate-Homatropine Methylbromide (Hycodan®). This is a narcotic antitussive (anti-cough medication), which will help relieve your cough. Diuretics - may be known as "water pills" as t hey work to prevent or treat lung congestion by making you urinate out extra fluid. Some examples of this medication may include furosemide (Lasix®), and Hydrochlorthiazide. You may receive this medication alone or in combination with other medications.
Oxygen therapy - If you are experiencing shortness of breath at rest, o r on exertion, your healthcare provider may see if oxygen therapy is right for you. You may take oxygen when your symptoms are at their worst. For example, some people are only on oxygen at nighttime, and not during the day. Some take oxygen when they are performing activities, but not all the time. Your healthcare provider will discuss with you which treatments are helpful to you. Do not stop any medications abruptly, as serious side effects may occur. When to call your doctor or health care provider: Fever of 100.5º F (38º C), chills, sore throat (possible signs of infection if you are receiving chemotherapy). If you cough up blood Shortness of breath, chest pain or discomfort; swelling of your lips or throat should be evaluated immediately Feeling your heart beat rapidly, r apidly, or have palpitations Any new rashes on your skin Any unusual swelling in your feet and legs Weight gain of greater than 3 to 5 pounds in 1 week. Any symptoms that worsen and do not improve Note: We strongly encourage you to talk with your health care professional about about your specific medical condition and treatments. The information contained in this website is meant to be helpful and educational, but is not a substitute for medical advice.
What is Dyspnea and Definition Dyspnea - Difficulty BREATHING or shortness of breath. There are numerous causes of dyspnea, most of which relate to cardiovascular or pulmonary disorders. Dyspnea occurs when the body does not receive enough oxygen. As oxygen is the fuel for cellular activity, lack of oxygen means cells cannot function properly. When oxygen insufficiency (HYPOXIA HYPOXIA)) is systemic (involves all the body) the body begins to conserve oxygen for vital uses. This concurrently slows activity of nonessential cells such as skeletal MUSCLE cells and sends signals to the LUNGS and HEART to increase their productivity. Dyspnea may occur as a result of intense physical activity, such as exercise, in which case it generally diminishes with improved AEROBIC FITNESS. Dyspnea associated with cardiovascular or pulmonary disease may lessen slightly with pulmonary rehabilitation and improved physical conditioning but typically does not improve substantially unless the underlying disease condition improves. CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD) and HEART FAILURE are the two most common causes of dyspnea. Doctors assess clinical dyspnea according to the degree to which it interferes with normal activities. GRADES OF DYSPNEA Grade grade 1 grade 2 grade 3 grade 4 grade 5
Severity minimal
mild
moderate
significant
Level of Impairment shortness of breath with exertion such as climbing multiple flights of stairs, short running such as to catch a bus, or walking uphill shortness of breath with moderate exertion such as climbing a single flight of stairs or walking several blocks on the flat shortness of breath with mild exertion su ch as walking one block on the f lat; must pause when climbing a single flight of stairs shortness of breath with everyday physical activity; must pause when walking on the flat; must pause every few steps when climbing a flight of stairs shortness of breath with any physical effort including dressing, undressing,
incapacitating showering or bathing; cannot walk more than a f ew steps without pausing; cannot climb steps