Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR DENGAN GUIDE IMAGERY LANSIA DI POSBINDU MUTIARA 5 DESA UNDAAN LOR KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS “
”
Anita Dyah Listyarini 1, Noor Faidah 2 Program Studi S1 Keperawatan Stikes Cendekia Utama Kudus Email:
[email protected] ABSTRAK Lansia lebih sering terbangun di tengah malam akibat perubahan fisik karena usia dan penyakit yang dideritanya, kualitas tidur secara nyata menurun istirahat tidur sangat tergantung dari kemampuan klien mendapatkan kenyamanan, relaksasi dan psikisnya, sehingga relaksasi seperti guide imagery dapat diberikan sebagai salah satu alternative tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur klien. Tu juan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh guide imagery terhadap pemenuhan kebutuhan kebutuhan istirahat tidur pada lansia di Posbindu Mutiara 5 Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Metode: penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan pre test and post test with control group. Sampel penelitian ini 32 responden dengan total sampling. Uji statistik yang digunakan adalah wilcoxon test dan man withney test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh guide imagery terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat tidur lansia di psyandu lansia mutiara 5 desa undaan lor dengan nilai p value 0,000(<0,05). Ada perbedaan pe rbedaan hasil penelitian antara kelompok intervensi dan non intervensi dengan nilai p value 0,000 (p<0,05).Simpulan penelitian ini adalah ada pengaruh guide imagery terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat tidur lansia di posbindu mutiara 5 Desa Undaan Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Kudus.
K ata ata kunci :Lansia, Istirahat Tidur, Guide Imagery
AB A B STR ST R AC T Elderly more often awakened in the middle of the night due to physical changes due to age and the disease, quality of sleep significantly decreased restful sleep is highly dependent on the ability of the client to get comfort, relaxation and psychological, so your relaxation such imagery can be given as one of the alternative nursing actions to meet the needs of the clients sleep break. The purpose of this study was to determine the effect on the fulfillment of your imagery needs bed rest in the elderly in elderly Posbindu Mutiara 5 Undaan Lor village Undaan District of Kudus. This research was quasi-experiment with pre-test and post-test with control group. The study sample of 3 2 respondents to the total sampling. The statistical test us ed was Wilcoxon test and Man Whitney test. Results showed no effect of your imagery to meet the needs of the elderly bed rest in the elderly posbindu mutiara 5 Undaan lor village with p value of 0.000 (<0.05). There was a difference in the results between intervention and non-intervention group non-intervention group got the p value of 0.000 (p <0.05). The conclusion of this research was influence of your imag ery to meet the needs of the elderly bed rest in the elderly Posbindu mutiara 5 Undaan lor village districts Undaan district Kudus. K eywo eyworr ds: Elderly, Rest Sleep, Guide Imagery. merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Masa
PENDAHULUAN
lansia mengalami kemunduran fisik, mental, dan
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh
sosial secara bertahap (Lilik & Azizah, 2011). Lansia
kembang dari individu. Manusia tidak secara tiba-
merupakan individu, orang tua yang berusia
tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-
35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan tidak
anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Lansia
muda lagi. Individu sehat aktif berusia 65 tahun
merupakan proses alami. Semua orang akan
mungkin menganggap usia 75 sebagai permulaan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua
15
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
lanjut usia (Brunner dan Suddart, 2001, dikutip
terkontrol lagi. Selain itu akan menimbulkan
dalam Azizah, 2011).
masalah sosial terhadap lingkunganya, terutama dari
terhadap keluarganya. Dapat terjadi akibat seorang
keseluruhan jumlah penduduk. Jumlah lansia laki-
kakek atau nenek tidak dapat tidur, seluruh
laki mencapai 6,9 % dan perempuan 8,2%. Jumlah
keluargapun tidak dapat tidur karena ulah atau
lansia terbanyak di Indonesia adalah DI Yogyakarta
perilaku sang kakek atau nenek membangunkan
menduduki peringkat pertama dengan jumlah lansia
seluruh
mencapai 13,04%, kedua jawa timur dengan
berlangsung terus-menerus, setiap anggota keluarga
10,40%, sedangkan urutan ketiga jawa tengah
menganggap sang kakek atau nenek pengganggu
sejumlah 10,34% dari total penduduk di masing-
tidur yang harus segera disingkirkan. Kalau karena
masing wilayah. Sedangkan wilayah yang memiliki
rasa
posyandu lansia terbanyak adalah DI Yogyakarta
menghargai dan membalas jasa kakek atau nenek,
dengan 100%, jawa tengah 97,1%, jawa timur
mereka jadi membenci atau marah, atau memilih
95,2%.
tidak tinggal disana lagi (terutama cucu yang
Indonesia,
jumlah
Buletin
lansia
Jendela
mencapai
Data
7%
dan
Informasi
anggota
hormat
keluarga.
atau
Bila
budaya
timur
kejadian
yang
ini
harus
Kesehatan Lansia. (2014)
remaja), dan ini menimbulkan masalah sosial baru
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa
bagi keluarga (Martono & Kris P, 2010).
Tengah menunjukkan jumlah lansia di jawa tengah
Soseorang usia lanjut akan membutuhkan waktu
tahun 2013 usia >60 tahun berjumlah 369.350 lansia.
lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di
Di kudus sendiri jumlah lansia mencapai
tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih
51.395 di tahun 2013 (Data Dinas Kesehatan
sedikit/lebih pendek waktu tidurnya. Dari penelitian
Kabupaten Kudus, 2013). Jumlah lansia di desa
“
The
Gallup
Organitation
”
didapatkan
50%
Undaan Lor mencapai 964 lansia, di desa ini
penduduk Amerika pernah mengalami sulit tidur dan
terdapat
12% mengatakan sering sulit tidur. Dari hasil
progam
kesehatan
rutin
untuk
mensejahterakan kesehatan lansia di posbindu.
penelitian di masyarakat, prevelensi sulit tidur
Kebutuhan istirahat tidur setiap individu berbeda-
(insomnia) pada usia lanjut di Amerika adalah 36%
beda. Sepertiga dari umur kita dihabiskan untuk
untuk laki-laki dan 54% untuk wanita. Hanya 26%
tidur. Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan
laki-laki
menjadi
mengatakan
kebutuhan
manusia
yang
penting,
dan
21% tidak
wanita ada
usia
lanjut
yang
kesulitan
tidur.
Pada
samapentingnya dengan kebutuhan makan, minum,
penelitian di laboratorium tidur, seorang usia lanjut
tempat tinggal dan lain-lain. Gangguan terhadap
mempunyai waktu pendek pada tidur yang dalam
tidur
akan
(delta sleep), dan lebih panjang waktunya di dalam
menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya.
tidur stadium 1 dan 2. Dari hasil test dengan alat
Mengantuk
untuk
Polysomnographic ditemukan mereka mempunyai
terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan
penurunan signifikan dalam slow wave sleep dan
secara
produktivitas
rapid eye movement (REM). Mereka juga lebih
seseorang. Hal lain yang dapat terjadi adalah
sering terbangun di tengah malam akibat perubahan
ketidakbahagiaan, dicekam kesepian, dan yang
fisik karena usia dan penyakit yang dideritanya,
terpenting
mengakibatkan
kualitas tidur secara nyata menurun ((Martono &
degeneratif
yang
pada
malam
hari
merupakan
ekonomi
(insomnia)
faktor
resiko
mengurangi
sudah
penyakit-penyakit diderita
mengalami
Kris P, 2010).
eksaserbasi akut, pemburukan dan menjadi tidak
16
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Penelitian yang dilakukan oleh saifudin (2011)
kecemasan. Metode relaksasi terdiri dari berbagai
tentang hubungan pola istirahat tidur dengan
macam,
peningkatan tekanan darah di rsud dr. soetrasno
mengemukakan ada lima macam relaksasi yaitu :
rembang. uji statistic menggunakan paerson product
(1) relaksasi otot (progeressive muscle relaxation),
moment menunjukkan terdapat hubungan yang
(2) pernafasan diafragma, (3) imagery training/
signifikan antara pola istirahat tidur dengan
guide
peningkatan tekanan darah dengan nilai p : 0,041.
biofeedback, (5) hypnosis (Davis dalam Ari, 2010).
simpulan penelitian ini seseorang yang mengalami
Guide imagery (imajinasi terbimbing) Imagery atau
gangguan pola istirahat tidur mengalami perasaan
pikiran
capek, kurang konsentrasi, daya ingat kurang,
menggunakan sensori persepsi. Guide imagery
kurang mampu mengambil keputusan, mudah
adalah teknik terapeutik yang digunakan untuk
tersinggung, tidak rileks, mual dan pusing.
relaksasi atau untuk tujuan proses penyembuhan
Penelitian terkait yang dilakukan Nursiswati (2012),
(Susana & Sri, 2014). Imagery merupakan sebuah
dengan metode deskriptif. peneliti melakukan
bentuk simulasi
penelitian terhadap gangguan tidur pada pasien
berbagai pengalaman itu nyata melalui pancaindra
sistemik lupus eritematosus di salah satu Rumah
(melihat, merasakan, dan mendengarkan), tetapi
Sakit di Kota Bandung, hasil yang didapat adalah
secara keseluruhan pengalaman itu terjadi di dalam
jenis gangguan tidur, 26,67% apneu tidur, 30,67%
otak (Komarudin, 2013).
insomnia, 42,67% narkolepsi dan 20% restless legs
Terapi imagery dapat membantu klien untuk
syndrome. intensitas gejala gangguan tidur, 61,33%
mencapai berbagai tujuan masalah kesehatan, antara
tidak pernah mengalami gejala apne tidur, 56%
lain
mengalami gejala insomnia, 54,67% tidak penah
menghilangkan
mengalami gejala narkolepsi, dan 70,67% tidak
mengurangi rokok atau makan, penyembuhan
pernah mengalami gejala restless legs syndrome.
penyakit fisik dan gejalanya (sakit kepala, tekanan
Kelompok lanjut usia (empat puluh tahun) dij umpai
darah, insomnia, nyeri kronis, dsb) (Susana& Sri,
7% kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur
2014).
(hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal
Karakteristik
yang sama dijumpai 22% kelompok usia 75 tahun.
1)
Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyak
Karakteristik ini menggambarkan sebuah peristiwa
mengeluh terbangun lebih awal, selain itu terdapat
dengan jelas, realistik, melibatkan pancaindra, dan
30% kelompok usia 70 tahun yang banyak
dilakukan secara detail.
terbangun di waktu malam hari. Angka ini ternyata
2)
tujuh
Latihan
kali
lebih
besar
dibandingkan
dengan
diantaranya
imagery
:
atau
Miltenberger
(imajinasi
mental
terbimbing),
respresentative
yang aktual,
menurunkan
depresi
fobia ,
(2004)
dalam
dan
(4)
dengan
imagery
kecemasan ,
mengurangi
trauma ,
Vividness
Multisensory ini
memungkinkan
dapat
melibatkan
kelompok usia 20 tahun (Bandi yah, 2009).
pancaindra, misalnya melihat gerak, merasakan
Berkenaan dengan hal diatas penanganan pada
gerakan sendiri, mendengarkan suara, dan mencium
insomnia sangat diperlukan, relaksasi merupakan
bau. Selain itu,
salah satu teknik dalam terapi perilaku yang pertama
kembali rasa gerak yang sebenarnya. Gambaran
kali dikenalkan oleh Edmund Jacobsond, seorang
tersebut lebih dekat dan nyata dalam pikiran, emosi,
psikolog dari
perasaan gerak, dan tra nsfer yang lebih baik kepada
metode
Chicago yang mengembangkan
fisiologis
melawan
ketegangan
berusaha untuk menciptakan
performa yang sebenarnya.
dan
17
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati 3)
Controllability
ISSN : 2088 - 8872 dapat
dimunculkan
rangsang-rangsang
auditori
Membuat gambaran mengenai apa yang di inginkan
(musik) yang bersifat eksternal. Harus melibatkan
untuk ditampilkan. Masalah yang biasa dilakukan
diri pada kondisi disini dan saat ini ( here and now),
terkait dengan bagaimana megendalikan gambaran
bukan pada sesuatu yang telah berlalu atau belum
gerak,
berlangsung. Harus
biasanya
dengan
cara
berulang-ulang
memusatkan perasaan dan
kesalahan atau kegagalan, dan mengingat gambaran
penginderaanya sampai ia berhasil memperlihatkan
gerak yang sebenarnya. Dengan demikian, Latihan
keterampilan yang sama.
keterampilan mental membutuhkan latihan supaya
Harus
berkembang lebih sempurna.
menyeluruh, untuk melihat segala kemungkinan
4)
yang lebih detail dan memusatkan pada bagian-
Internal atau eksternal persfektif
Perspektif
internal
memvisualisasikan
mengacu
peristiwa
tertentu
melakukan
imajeri
secara
cermat
dan
kepada
bagian yang berbeda pada imajeri.
melalui
Dapat menguasai atau mengendalikan imaji yang
pandangan mata pelaku. Sedangkan perspektif
dibentuk.
eksternal mengacu kepada melihat atau menonton
perubahan-perubahan atau aksi-aksi yang terjadi
penampilan diri pada sebuah video.
selama dilakukaknnya imajeri.
5)
Dapat melaporkan secara verbal mengenai apa yang
Mastery rehearsal
Individu
melihat
penampilan
dirinya
secara
Upayakan
agar
dapat
dilakukan
terjadi selama melakukan imajeri.
sempurna dengan penuh percaya diri dan penuh
Lakukan
perhatian.
(reinforcement ) terhadap respons-respons verbal
Perhatiannya
tertuju
untuk
memperhatikan
performa
terbaiknya.
Individu
mendengarkan
suara,
merasakan
energy,
pengulangan
atau
penguatan
yang diinginkan. 1)
Lakukan
Latihan
berkali-kali
dan
adrenaline, intensitas, dan merasakan informasi
doronglah agar melakukan Latihan secara mandiri
positif yang ada dalam tubuhnya dan dibayangkan
(Gunarsa, 2004).
dalam benaknya.
Studi pendahluan yang dilakukan di pos yandu lansia
6)
mutiara 5 didapatkan 32 jumlah lansia. Setelah
Coping rehearsal
Individu melihat keberhasilan dalam mengatasi
dilakukan wawancara pada tanggal 17 Februari 2015
kesalahan dan kemundurannya dengan penuh
di posyandu lansia mutiara 5 desa undaan lor 5 dari
percaya diri. Individu mengidentifikasi situasi yang
semua jumlah lansia yang datang di posyandu lansia
menyebabkan masalah, dan memvisualisasikan
mutiara
respon yang tepat dalam mengatasi masalah dalam
istirahat tidur (kurang tidur, kesulitan mengawali
waktu yang sudah ditetapkan (Komarudin, 2013).
tidur, sering terbangun). Salah satu tanda-tanda fisik
Untuk mendapatkan Latihan imagery yang efektif,
yang didapatkan pada klien yang mengalami
sebelumnya perlu diperhatikan beberapa hal berikut
gangguan istirahat tidur di posyandu lansia mutiara
:
relaks.
5 desa undaan lor adalah wajah tampak pucat,
Mengidentifikasi keterampilan khusus atau strategi
konjungtiva anemis, terlihat warna kehitaman
yang akan dilatih. Perhatian harus bersifat langsung,
disekitar mata, badan lemas, mata terlihat sayu dan
baik internal maupun eksternal. Menentukan cara-
lelah.
cara
dengan
Fenomena diatas memberi gambaran kepada peneliti
keterampilan. Harus menggunakan kemampuan
bahwa lansia di posyandu lansia mutiara 5 desa
untuk berfikir dan mengingat. Jika memungkinkan,
undaan lor ada kecenderungan mengalami gangguan
harus
dalam
gerakan
keadaan
yang
ada
sepenuhnya
kaitannya
18
5
Mengatakan
mengalami
gangguan
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
istirahat tidur, sementara istirahat tidur sangat
kelompok untuk menentukan kemampuan atau nilai
tergantung dari kemampuan klien mendapatkan
awal responden sebelum perlakuan (uji coba),
kenyamanan dan relaksasi otot dan psikisnya,
selanjutnya pada kelompok perlakukan dilakukan
sehingga relaksasi dapat diberikan sebagai salah satu
intervensi sesuai dengan protokol ujicoba yang telah
alternative tindakan keperawatan untuk memenuhi
direncanakan,
kebutuhan istirahat tidur klien. Berdasarkan latar
intervensi tidak dilakukan intervensi atau dilakukan
belakang
membuktikan
intervensi selain yang di uji cobakan. Setelah
pengaruh pemberian teknik guide imagery terhadap
perlakukan dilakukan pengukuran akhir (post test)
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada lansia di
pada semua kelompok untuk menentukan efek
Posbindu mutiara 5 desa Undaan Lor.
perlakuan pada responden. Sampel dalam peneitian
METODE
ini di ambil dari keseluruhan anggota populasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober
berjumlah 32 lansia. Untuk menganalisa data
sampai dengan bulan desember 2015. Penelitian
penelitian menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-
menggunakan analisa quasy eksperiment dengan
Whitney.
diatas
peneliti
ingin
sedangkan
pada
kelompok
non
disain pre test and post test with control group yaitu dilakukan pengkuran awal (pre test) pada semua
HASIL Hasil penelitian pada 64 lansia dari kelompok intervensi dan kelompok non intervensi. a. Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia pretest kelompok intervensi Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia di Posbindu Mutiara 5 Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus (n=32)
Kelompok
Intervensi
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia 7-17 (Buruk) 18-28 (Baik)
F 30
% 93.8
f 2
% 6.2
Total
F 32
% 100
b. Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia postest kelompok intervensi Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia di Posbindu Mutiara 5 Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus (n=32) Kelompok
Intervensi
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia 7-17 (Buruk) 18-28 (Baik) Total
F
%
f
%
F
%
4
12,5
28
87,5
32
100
c. Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia Pretest Kelompok Non Intervensi
19
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia di Posbindu Mutiara 1 Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus (n=32) Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia
7-17 (Buruk)
Kelompok
Non Intervensi
18-28 (Baik)
Total
F
%
F
%
F
%
30
93.8
2
6.2
32
100
d. Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia Postest Kelompok Non Intervensi Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia di Posbindu Mutiara 2 Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus (n=32) Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia 7-17 (Buruk) 18-28 (Baik) Total
Kelompok
Non Intervensi
F
%
F
%
F
%
30
93,8
2
6,2
32
100
Hasil uji statistik dengan Uji Wilcoxon yang
Posbindu Mutiara 5 Desa Undaan Lor Kecamatan
menjelaskan
perbedaan
Undaan Kabupaten Kudus (kelompok intervensi)
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sebelum dan
dan Posbindu Mutiara 1 Desa Undaan Lor (non
setelah di lakukan Teknik Guide Imagery di
Intervensi).
tentang
gambaran
Tabel 5 Uji Wilcoxon (n=32) Variabel Kelompok Non Intervensi
Kelompok Intervensi
Gambaran
perbedaan
pemenuhan
Negative ranks Positive ranks
N 1 3
Ties Negative ranks
28 0
Positive ranks
32
Ties kebutuhan
Z
p-value
-1,134
0,257
-4,952
0,000
0 penurunan dari nilai pretest. Nilai Z kelompok
istirahat tidur pada kelompok non intervensi
intervensi yaitu -4,952 dan nilai p-value 0,000. Hal
didapatkan 28 responden dengan hasil posttest yang
ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
mengalami persamaan dari hasil pretest, 3 responden
terdapat
mengalami peningkatan dan 1 responden mengalami
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sebelum dan
penurunan dari hasil pretest. Nilai Z kelompok
seudah dilakukan teknik guide imagery dengan nilai
non intervensi yaitu -1,134 dan nilai p- value 0,257,
p: 0.000 (<0,05).
dapat
Hasil uji statistik dengan Uji Mann Whitney yang
disimpulkan
menunjukkan
tidak
bahwa terdapat
penelitian perubahan
ini yang
perbedaan
menjelaskan
tentang
yang
signifikan
gambaran
antara
perbedaan
signifikan (>0.05). Sedangkan pada kelompok
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sebelum dan
intervensi tidak ada responden yang mengalami
setelah di lakukan terapi.
20
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Tabel 6 Uji Mann Whitney (n=32) Variabel
Mean Ranks
Z
p-value
17,02 47,98
-6,685
0,000
Non Intervensi n ervens
Hasil Uji Mann Whitney pada kelompok non intervensi memiliki rata-rata 17,02 dan kelompok intervensi 47,98. Nilai Z kelompok non intervensi dan intervensi adalah -6,685 dan p-value yaitu 0,000. Hasil Uji Mann Whitney pada kelompok non PEMBAHASAN Perbedaan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur
intervensi memiliki rata-rata 17,02 dan kelompok
Lansia di Posbindu Mutiara 5 Desa Undaan Lor
intervensi 47,98. Nilai Z kelompok non intervensi
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus dari 32
dan intervensi adalah -6,685 dan p-value yaitu 0,000
responden didapatkan peningkatan nilai kebutuhan
<0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan antara
istirahat tidur sebanyak 32 responden dengan nilai
kelompok
rata-rata perbedaan 16.5 dan tidak ada responden
intervensi. Artinya, ada pengaruh guide imagery
dengan nilai yang sama sebelum dan sesudah
terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
dilakukan teknik guide imagery.
lansia.
Pengaruh guide
Hasil penelitian ini menunjukkan lansia yang
imagery
terhadap pemenuhan
non
intervensi
dengan
kelompok
kebutuhan istirahat tidur lansia di posbindu mutiara
melakukan guide imagery selama 4 minggu dengan
5 desa undaan lor kecamatan undaan kabupaten
frekuensi seminggu 3 kali selama 15 menit setiap
kudus dengan analisis Uji Wilcoxon. Hasil uji
latihan
statistik
pemenuhan
menunjukkan
pada
kelompok
non
memiliki
pengaruh
kebutuhan
meningkatkan
istirahat
tidur
yang
28 responden dengan hasil
bermakna. Sedangkan pada lansia yang tidak
posttest yang mengalami persamaan dari hasil
melakukan guide imagery menunjukkan bahwa tidak
pretest, 3 responden mengalami peningkatan dan 1
ada peningkatan pemenuhan kebutuhan istirahat
responden mengalami penurunan dari hasil pretest.
tidur pada lansia.
Nilai Z kelompok non intervensi yaitu -1,134 dan
Keberhasilan
nilai p-value 0,257 > 0,05 jadi tidak terdapat
pelaksanaan
perbedaan kebutuhan istirahat tidur pada kelompok
responden sesuai dengan yang diajarkan peneliti.
non intervensi.
Pelaksanaan pertama sebagai uji coba selama satu
Sedangkan pada kelompok intervensi tidak ada
minggu menunjukkan bahwa pelaksanaan guide
responden yang mengalami penurunan dari nilai
imagery yang dilakukan responden pada hari
pretest. Nilai Z kelompok intervensi yaitu -4,952
pertama belum menunjukkan teknik yang baik dan
dan nilai p-value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
benar namun pada pelaksanaan hari kedua dan
dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang
seterusnya dengan bimbingan peneliti dan dibantu
signifikan antara pemenuhan kebutuhan istirahat
kader di posyandu pelaksanaan guide imagery dapat
tidur sebelum dan sesudah dilakukan teknik guide
berjalan sesuai yang diharapkan.
intervensi didapatkan
penelitian guide
ini
imagery
dipengaruhi yang
oleh
dilakukan
imagery dengan nilai p-value 0,000 <0,05.
KESIMPULAN
Posbindu
1. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sebelum
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus adalah 30 responden
dilaksanakan teknik guide imagery pada lansia di
21
Mutiara
dengan
5
Desa
Undaan
pemenuhan
Lor
kebutuhan
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati istirahat tidur buruk dan 2 responden pemenuhan
ISSN : 2088 - 8872 a. Penyusunan SOP (Standar operasional Prosedur) pelaksanaan guide imagery di Posbindu Mutiara
kebutuhan istirahat tidur baik. 2. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sesudah
5 dan 1 Desa undaan Lor Kecamatan Undaan
dilaksanakan teknik guide imageri pada lansia di
Kabupaten Kudus. Penyusunan SOP ini dengan
Posbindu
Lor
fasilitasi adanya pertemuan petugas kesehatan
32
dan kader posbindu. SOP tersebut akan menjadi
Kecamatan
Mutiara
5
Undaan
Desa
Undaan
Kabupaten
Kudus
acuan pelaksanaan guide imagery pada lansia
responden baik. 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
dengan gangguan kebutuhan istirahat tidur yang
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur lansia
melaksanakan guide imagery di posyandu lansia
sebelum dan seudah dilakukan teknik guide
dengan pemantauan petugas dan kader posbindu. b. Menjadikan guide imagery sebagai strategi
imagery
intervensi di dalam keperawatan komunitas
SARAN
khususnya
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
istirahat tidur melalui promosi kesehatan dan
ada beberapa hal yang perlu direkomendasikan
pemberdayaan dimasyarakat seperti posbindu
untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan
lansia.
topik penelitian ini. Bagi posbindu lansia Bagi penelitian keperawatan Adanya penelitian tentang pengaruh guide imagery di tempat lain untuk melihat efektifitas guide imagery
dengan
karakteristik
responden
yang
berbeda dari penelitian ini. Pengembangan ilmu keperawatan a. Memasukkan guide imagery salah satu bentuk terapi modalitas pada lansia yang mengalami gangguan istirahat tidur pada bebrbagai karya ilmiah keperawatan seperti buku-buku asuhan keperawatan oleh penulis-penulis keperawatan. b. Menjadikan guide imagery sebagai salah satu bahan seminar, diskusi dan pelatihan tindakan keperawatan oleh praktisi dan ahli dalam bidang ilmu keperawatan ehingga guide imagery lebih luas dikenal oleh perawat dan masyarakat.
22
pada
lansia
dengan
gangguan
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872 dan Instrumen Penelitian Keperawatan . Salemba Medika: Surabaya Nursiswati. Kusman Ibrahim. Kurniawati. (2012). Gambaran Gangguan Tidur Pada Pasien Sistemik Lupus Critematocosus di Satu Rs Kota Bandung . Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran : Bandung
REFERENSI Ari, D. (2010)). Pengaruh relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan padapasien skizofrenia di rumah sakit daerah Surakarta. Skripsi Muhammadiyah Surakarta Asmadi. (2009), Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika: Jakarta Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik . Nuha Medika: Yogyakarta Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Lansia. (2014). Gambaran Kesehatan Lansia di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Semester 1 2013 ISSN: 2088-270x
Potter & Perry. (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses. Praktik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta Rahmadona Fitrisyia. Ismayadi. (2012). Relaksasi Otoot Progresif Dengan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia. Fakultas Ilmu Keprawatan Universitas Sumatera Utara: Sumatera Saifudin. (2011). Hubungan Pola Istirahat Tidur dengan Peningkatan tekanan Darah di RSUD dr Soetrasno Rembang. Skripsi, Stikes Cendekia Utama, Kudus (unphuished) Saryono. (2011). Metode Penelitian Kesehatan. Mitra Cendekia Press: Yogyakarta Snyder, Mariah & Ruth Lindquisrt. (2002). Complementary/ Alternative Therapies in Nursing 4th edition. Springer Publishing Company: New York Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung Susana & Sri, H. (2014), Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta Wahyuni Dian, R.M. Suryadi Tjekyan. Sri Damaryanti. (2009). Kuaitas Tidur dan Gangguan Tidur Pada Lansia di Panti Wredha Bakti Dharma km. 7 Palembang.JKK, Th. 41. No. 1 januari 2009 : Palembang
Carter E. (2006). Pre-Packaged Guided Imagery For Stress Reductice Initial Resuls, Counselling, Psychotherapy, and Health, 2(2). Halaman 27-39 Dahlan, Muhammad Sopiyudin. (2013). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika: Jakarta Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan Pandua Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. TIM: Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2014). Buku Saku Kesehatan 2014: Semarang Gunarsa, Singgih D. (2004), Psikologi Olahraga Prestasi. Gunung Muria: Jakarta Hidayat, A. (2007). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Edisi 01. Salemba Medika: Jakarta Juniarti, N & Sari, K. (2012), Buku Ajar Keperawatan Gerontik . EGC: Jakarta Komarudin. (2013), Psikologi Olahraga Latihan Mental dalam Olahraga Kompetitif . PT Remaja Rosdakarya: Bandung Kunto Ari. (2010), Ilmu Dasar Keperawatan . Salemba Medika: Jakarta Kushariyadi. (2010), Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika: Jakarta Lilik & Azizah. (2011), Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu: Yogyakarta Martono, H & Kris, P. (2010), Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Balai Penerbit FKUI: Jakarta Maryam.S.R, Mia F.E, Rosidawati, Ahmad.J, Irwan.B. (2011), Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika: Jakarta Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Rineka Cipta: Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2010. Konsep dan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis
Wartonah & Tarwoto. (2006), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
23