Diskusi Bersama terkait
“
Gizi Anak bagian I (STUNTING)
DI DUSUN CABAKAN, DESA SUMBERADI, KECAMATAN MLATI, SLEMAN, YOGYAKARTA
Disusun oleh:
Putri Darari Ardriati,S.Kep
13/359201/KU/16530
Risma Isnaini,S.Kep
13/359172/KU/16495
Anita Kurniawati,S.Kep
13/359209/KU/16532
Dedi Kurniawan,S.Kep
13/359210/KU/16533
Nurina Jihan Y,S.Kep
13/359218/KU/16541
Martina,S.Kep
13/359212/KU/16535
Malina Luthfiana,S.Kep
12/344123/KU/15584
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UGM 2014
”
STUNTING Pengertian Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Kejadian Berdasarkan data WHO, jumlah balita yang mengalami stunting adalah 33%, jumlah ini telah mengalami penurunan sejak tahun 1980 yaitu sebesar 47%. Masalah stunting lebih sering ditemui dibandingkan dengan masalah wasting (badan kurus). Estimasi WHO pada tahun 2010 jumlah balita yang mengalami stunting mencapai 171 juta jiwa atau 27% dari seluruh balita. Diperkirakan bahwa jumlah balita penderita stunting paling tinggi di Asia yaitu sebesar 100 juta anak balita. Menurut data Riskesdas, Di Indonesia pada tahun 2007 prevalensi anak balita pendek adalah 36,8% dan pada tahun 2010 menurun sedikit menjadi 35,6% padahal target RPJM pada tahun 2014 harus diturunkan menjadi 32%. Hal ini berarti hampir separuh balita di Indonesia memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar tinggi badan balita seumurnya.
Menurut data Puskesmas, Februari 2014, Dusun Cabakan mempunyai angka presentasi stunting sebesar 14,9 % dari total balita, sedangkan rata – rata di puskesmas sebesar 12%. Faktor penyebab Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. ketidaktahuan tentang gizi dan fungsi ASI pada masyarakat berpendidikan rendah, kebiasaan dan adat istiadat seperti membiarkan balita makan sendiri, kebiasaan memberi makan balita setelah orang dewasa makan juga telah diteliti memiliki pengaruh kuat dengan kejadian stunting pada anak – anak. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted.
Dampak dan fakta terkait stunting Menurut laporan UNICEF, beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan . Berdasarkan penelitian sebagian besar anakanak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.
Cara pengukuran Penilaian Stunted secara Antropometri, Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan. Beberapa indeks Antropometri seperti berat badan dibagi tinggi badan (BB)/(TB), tinggi badan dibagi umur (TB)/(U), tinggi badan dibagi berat badan (TB)/(BB). Untuk membandingkan indikator tersebut dengan baku rujukan WHO – NCHS dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. DenganPersenMedian yaitu membandingkan antara antara hasil pengukuran dengan median baku dikalikan 100%. Hasil perbandingan tersebut lalu disesuaikan dengan cut – off points yang meliputi : a. TB/U : < 90% dari median baku digolongkan sebagai stunted/ pendek. b. BB/TB : < 80% dari median baku digolongkan sebagai wasted/ kurus. c. BB/U : < 80% dari median baku digolongkan sebagai underweight. 2. Dengan menghitung nilai skor simpang baku (standart deviation score = Z – Score)yaitu membandingkan dengan rata – rata atau median dan standar deviasi dari suatu angka baku rujukan WHO – NCHS. Dikatakan status gizi normal apabila angka atau nilainya terletak antara -2SD sampai +2SD dari median baku. Status gizi dikatakan kurang apabila nilainya di bawah -2SD, dan menjadi buruk apabila berada di bawah -3SD.Sebaliknya apabila nilai Z-Score berada diatas +2SD disebut gizi lebih (gemuk) dan di atas +3SD gemuk sekali. Strategi Intervensi Stunting Secara global, telah dicanangkan berbagai program untuk mencegah dan menurunkan prevalensi stunting, diantaranya adalah dengan menggunakan pendekatan aksi nutrisi essensial (The Essential Nutrition Actions/ENAs) yang dicanangkan WHO. Program ini mencakup 6 hal yaitu : a. Pemberian nutrisi sehat bagi wanita (1) Mencegah anemia defisiensi besi pada wanita hamil
(2) Pemberian asupan makanan yang adekuat : (3) Persiapan menyusui (4) Mencegah transmisi HIV/AIDS dari ibu ke anak (5) Nutrisi selama menyusui b. Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan (1) Skin to skin contact antara ibu dengan bayi segera setelah melahirkan (2) Pemberian ASI dalam 60 menit pertama (3) Pemberian kolostrum (4) Mengosongkan satu payudara sebelum memindahkan bayi ke payudara lainnya (5) Tidak memberikan makanan tambahan apapun termasuk air putih, air gula atau makanan lainnya. (6) Pemberian ASI secara on-demand, sesuai keinginan bayi siang dan malam (minimal 8 kali perhari). (7) Mencegah defisiensi vitamin A (8) Mencegah defisiensi zat besi (9) Pemantauan tumbuh kembang bayi secara rutin tiap bulan : c. Pemberian makanan tambahan yang sehat pada bayi usia 6 – 35 bulan (1) Pemberian makanan tambahan untuk balita usia 6 bulan – 1 tahun (2) Pemberian makanan tambahan untuk balita usia 1 – 3 tahun (3) Mencegah defisiensi vitamin A (4) Mencegah anemia defisiensi besi (5) Pemantauan tumbuh kembang balita d. Memberikan makanan pada balita yang sakit, dan setelah sakit (1) Periode ASI eksklusif (0 – 6 bulan) Saat bayi sakit, pemberian ASI harus ditingkatkan, demikian pula setelah bayi sakit untuk menghindari penurunan berat badan yang berlebihan karena sakit. Jika ada kesulitan menyusui segera konsultasikan dengan petugas yang kompeten. Balita sakit tidak diberikan minuman apapun kecuali yang diresepkan, berikan oralit dan suplemen Zinc (10 mg) selama 10 – 14 hari jika balita mengalami diare. (2) Periode pemberian makanan tambahan (6 – 35 bulan) Tingkatkan frekuensi menysusui dan berikan makanan tambahan untuk mencegah penurunan berat badan yang berlebihan. Tambah porsi makan dan berikan tambahan makanan yang kaya energy dan nutrient lain setiap hari setelah bayi sakit untuk membantu proses penyembuhan. Berikan oralit dan suplemen zinc (20 mg) selama 10 – 14 hari jika balita mengalami diare
(3) Deteksi dini dan rujukan pada bayi yang mengalami malnutrisi akut e. Mencegah defisiensi yodium f. Mencegah anemia defisiensi besi (1) Mencegah defisiensi besi pada wanita a) Semua wanita hamil harus menerima 30 tablet zat besi dan asam folat setiap bulannya selama 6 bula (total 180 tablet). b) Semua wanita hamil harus mendapatkan konseling mengenai fungsi, efek samping dan komplikasi zat besi dan asam folat c) Semua wanita hamil harus dipastikan menghabiskan semua tablet yang diberikan d) Wanita menyusui harus tetap melanjutkan konsumsi suplemen zat besi selama 3 bulan pertama post partum jika prevalensi anemia mencapai 40% di daerah tersebut. e) Pemberian asupan mikronutrien yang adekuat (2) Mencegah anemia defisiensi besi pada balita a) Segera setelah lahir Penundaan pemotongan tali pusat paling tidak 2 menit Bayi baru lahir yang premature atau lahir dengan berat badan lahir rendah harus mendapatkan follow up secara berkala dan terus menerus b) Pemberian suplemen besi atau multiple mikronutrien Semua balita dengan berat lahir normal mendapatkan suplemen mikronutrien sejak usia 6 bulan hingga 12 bulan. Semua balita yang lahir premature mendapatkan suplemen mikronutrien sejak usia 2 bulan hingga 24 bulan. Semua balita harus diskrining anemia. c) Asupan mikronutrien yang adekuat Semua bayi harus mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan kemudian dilanjutkan hingga balita berusia 2 tahun. Setelah 6 bulan bayi diberikan makanan tambahan dari bahan – bahan yang mengandung mikronutrien sebagai tambahan ASI g. Mencegah defisiensi vitamin A (1) Pemberian suplemen vitamin A post partum Semua wanita post partum harus mendapat suplemen vitamin A 200.000 IU selama 8 minggu. (2) Pemberian suplemen vitamin A pada balita a) Semua balita berusia 6 – 12 bulan mendapaykan 1 dosis vitamin A 100.000 IU b) Balita berusia 1 – 5 tahun mendapatkan suplemen vitamin A dengan dosis 200.000 IU setiap 6 bulan
c) Balita dan orang dewasa yang memiliki masalah dengan sistem imun, anak – anak yang terkena cacar, campak, diare, infeksi saluran pernapasan, malnutrisi berat, dan xerophtalmia harus mendapatkan vitamin A. (3) Pemberian asupan vitamin A melalui buah – buahan dan sayuran sumber vitamin A, pemberian suplemen dan makanan yang telah difortifikasi vitamin A pada anak – anak dari kalangan miskin.