LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“MORFOLOGI DAN ANATOMI BENIH”
Disusun oleh: Nama
: Wahyu alvian R. A
Kelas/Kelompok : D/D2 NIM
: 155040207111124
Asisten
: Faishal abdul rachman
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Teknologi Produksi Benih merupakan suatu ilmu dalam memperbanyak benih dari varietas unggul menjadi benih dengan jumlah yang sesuai kebutuhan dan mutu yang sudah ditentukan. Benih didefinisikan sebagai tanaman atau baiannya yang dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman. Dalam mempelajari benih harus mengetahui morfologi dan anatomi benih yang berupa biji. Biji dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu monokotil dan dikotil. Biji dikotil adalah niji yang memiliki 2 atau lebih keeping biji, sedangkan biji monokotil hanya memiliki 1 keping biji saja. Morfologi dan anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh biji. Biji memiliki tiga bagian yaitu bagian inti biji, tali pusar, dan kulit biji. Pada inti biji terdapat embrio yang memiliki tiga bagian penting yaitu calon akar, kotiledon, plumula. Kulit biji terdari dari lapisan luar atau kesta yang kuat dan lapisan dalamyang berupa selaput tipis sehingga sering disebut kulit ari. Kulit biji berfungsi melindungi bagian dalam biji seperti embrio dan kotiledon. 1.2 Tujuan Tujuan dalam praktikum ini yaitu praktikan dapat mengetahui dan memahami morfologi dan anatomi benih serta dapat membedakannya antara benih monokotil dan dikotil secara makroskopis.
AI. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi benih monokotil Morfologi biji monokotil memiliki satu keeping biji dan ketika berkecambah, bijinya tidak membelah (Furqonita, 2006). Morfologi biji monoktil memiliki lembaga dengan satu daun lembaga, ketika berkecambah biji tidak membelah (Setiowati dan Furqonita, 2007). A monocot has only one seed leaf (monocot is short for 'monocotyledon'. A cotyledon is a seed leaf, and 'mono' means one). This seed leaf is usually the same shape as the adult leaf, long and thin, and the leaf veins nearly always run parallel to the central midrib ((Kelleman, 1999). “Monokotil hanya memiliki satu daun biji (monokot adalah singkatan dari 'monokotilon'. Sebuah kotiledon adalah daun biji, dan 'mono' berarti satu). Daun bibit ini biasanya bentuknya sama dengan daun dewasa, panjang dan tipis, dan pembuluh darah daun hampir selalu berjalan sejajar dengan pelepah tengah”. Monocotyledonous seeds contain one cotyledon or embryonic leaf, which is generally long and thin. This seeds do not separate into two halves (Rao and Kaur, 2006). ”Biji monocotyledonous mengandung satu daun kotiledon atau embrio, yang umumnya panjang dan tipis. Benih ini tidak terpisah menjadi dua bagian” 2.2 Morfologi benih dikotil Morfologi biji dikotil memiliki dua keeping biji dan ketika biji berkecambah, biji akan membelah menjdi dua (Furqonita, 2006). Morfologi biji dikotil memiliki lembaga dengan dua daun lembaga, ketika berkecambah biji akan membelah menjadi dua (Setiowati dan Furqonita, 2007). A dicot has two cotyledons (dicot is short for 'dicotyledon', and 'di' means two). The seed leaves are usually rounded and fat, because they are the two halves
of the seed. The first true leaves can be many different shapes, from long and thin to rounded or palmate (Kelleman, 1999). “Dikot memiliki dua kotiledon (dicot adalah kependekan dari 'dicotyledon', dan 'di' berarti dua). Daun benih biasanya bulat dan gemuk, karena keduanya adalah dua bagian benih. Daun asli pertama bisa bermacam bentuk, dari panjang dan tipis hingga bulat atau palmate”. Dicotyledonous seeds contain two cotyledons, which absorb and store the nutriens from the endosperm beforethe seed germinates. The cotyledons are usually thick with strored nutrients (Rao and Kaur, 2006). “Biji dicotyl mengandung dua kotiledon, yang menyerap dan menyimpan nutrisi dari endosperm sebelum benih berkecambah. Kotiledon biasanya tebal dengan nutrisi yang terstruktur”. 2.3 Perbedaan morfologi benih monokotil dan dikotil Embrio pada biji monokotil mempunyai satu kotiledon, sedangkan pada dikotil mempunyai dua kotiledon (Suyitno dan Sukirman, 2008). Biji monokotil berkeping satu, biji dikotil berkeping dua (Karmana, 2006).
BI. METODOLOGI 3.1 Alat dan bahan a. Alat: Pisau/cutter : untuk mengiris biji Alat Tulis : untuk mencatat/menggambar hasil pengamatan Kamera : untuk mendokumentasikan hasil 2 gelas bekas : untuk tempat merendam biji Tissue secukupnya : untuk menutupi gelas b. Bahan: Benih kacang tanah : sebagai bahan pengamatan Benih jagung : sebagai bahan pengamatan Air : untuk merendam biji 3.2 Cara kerja a. Perendaman dan Pemeraman Siapkan alat dan bahan Rendam benih jagung ke dalam gelas aqua bekas selama 1 jam Tiriskan dan peram jagung dengan memasukkannya ke dalam gelas aqua kosong yang ditutupi oleh tissue yang sudah dibasahi selama 16 jam Biji jagung siap diamati morfologinya b. Pengamatan morfologi Alat dan bahan disiapkan Biji dipotong melintang dan membujur Potongan biji diamati Gambar tangan Dokumentasikan
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil N
Benih
o. 1.
Utuh
Melintang Monokotil (Jagung)
Membujur
2.
Utuh
Dikotil (Kacang tanah)
Melintang
Dokumentasi
Dokumentasi
Gambar
Praktikum
Literatur
Tangan
Membujur
4.2 Pembahasan Benih jagung merupakan benih monokotil atau berkeping satu. Berdasarkan benih jagung yang diamati pada saat praktikum, struktur benihnya yang terlihat epikotil, hipokotil, radikula, endosperma, kotiledon, kulit biji. Secara garis besar, struktur benih jagung terdiri dari 3 lapisan yaitu perikarp, endosperma, dan embrio. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hoffman (2006) , The corn seed is comprised of three basic morphological parts, pericarp, germ,and endosperm. The endosperm represents approximately 75-80 percent of the corn weight and is the morphological structure which contains starch. The endosperm in cereal grains surrounds the germ and serves as the primary nutrient source for the germ which contains living tissue (roots, leaves, etc). Dari hasil pengamatan didapat bahwa struktur benih pada kacang tanah yaitu kulit benih, kotiledon, bakal akar (radikula), embrio daun (plumula), embrio pucuk (epikotil), dan embrio batang (hipokotil). Kacang tanah ( Arachis hypohgea ) mendapatkan hasil berbentuk telur, memiliki warna coklat kemerahan, dengan kilapan kusam, dan tekstur permukaan yang licin. Memiliki bentuk hilum garis, dengan warna putih kekuningan, berada di bagian bawah biji, dan letaknya menjorok kedalam. Pada kacang tanah terdiri dari seed coat, cotyledon, hillum, plumule, radiccle, embryonic axis, embryo dan termasuk biji dikotil. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa struktur benih kacang tanah terdiri dari bagian kulit benih (seed coattesta) sebagai pelindung benih dari pengaruh buruk lingkungan, gangguan mekanis ataupun dari serangan OPT. Kotiledon sebagai jaringan cadangan makanan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan benih, plumulae sebagai pucuk lembaga yang berperan menjadi titik tumbuh, hipokotil sebagai calon batang utama, epikotil yang merupakan
bagian diantara hipokotil dan plumulae, serta radikula calon akar menjadi radix primaria (Ance,1989).
yang akan
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Benih jagung merupakan benih monokotil, sedangkan benih kacang tanah merupakan benih dikotil. Embrio pada biji monokotil mempunyai satu kotiledon, sedangkan pada dikotil mempunyai dua kotiledon Perbedaan dari struktur benih monokotil dan dikotil ini terletak pada cadangan makanan. Cadangan makanan pada benih monokotil berupa endosperm. Sedangkan pada benih dikotil, cadangan makanan berupa kotiledon. jika plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah. Umumnya pad tanaman dikotil. jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah. Makanan untuk pertumbuhan embrio diperoleh dari cadangan makanan karena belum terbentuknya klorofil yang diperlukan dalam fotosintesis. Pada tumbuhan dikotil makana diperoleh dari kotiledon, sedangkan pada tumbuhan monokotil diperoleh dari endosperm. Umumnya pada tanaman monokotil 5.2 Saran Praktikum Sebaiknya tersedia laboratorium lagi untuk praktikum Teknologi Produksi Benih ini, karena kekurangan laboratorium maka jadwal tidak menentu dan bias sewaktu-waktu.
DAFTAR PUSTAKA Furqonita, Deswaty. 2006. Seri IPA Biologi SMP Kelas VII. Quandra: Bogor. Karmana, Oman. 2006. Biologi. Grafindo Media Pratama: Indonesia. Kelleman, Elizabeth. 1999. Seeds and Seedlings. Miliken Publishing. Rao, D K and Kaur, J J. 2006. New Living Science Biology for Class 9. Ratna Sagar: Cheinnai. Setiowati, Tetty dan Furqonita, Deswaty. 2007. Biologi Interaktif untuk SMA/MA. Azka Press: Jakarta Timur Suyitno dan Sukirman. 2008. Biology. Ghalia: Indonesia
LAMPIRAN