TUGAS KARDIOVASKULER “
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post-Op Bedah Jantung
”
Kelompok 14:
Kelompok 5 : Rada Purnama Sari
(153110265)
Raysah Suci Pratiwi
(153110266)
Retna Rahayu
(153110267)
Riva Amenda
(153110268)
Rizka Ardianti
(153110269)
Sari Endi Sari
(153110270)
Shintia Harjunu
(153110271)
Kelas : II.C
Dosen Pembimbing : Ns. Sila Dewi, M.Kep, Sp.KMB
D-III KEPERAWATAN PADANG POLTEKKES KEMENKES PADANG 2016/2017
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.Prosedur yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan penggantian katup jantung yang rusak. Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun silam.Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan diagnostik dimulai lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti.Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat.Mungkin tak ada intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung. Pembedahan jantung pertama yang berhasil, penutupan luka tusuk ventrikel kanan, telah dilakukan di tahun 1895 oleh ahli bedah halls de Vechi.Di Amerika Serikat pembedahan serupa yang sukses, juga penutupan luka tusuk, dilakukan di tahun 1902. Diikuti oleh pembedahan katup di tahun 1923 dan 1925, penutupan duktus paten di tahun 1937 dan 1938, dan reseksi koarktasi aorta pada tahun 1944. Era baru tandur pintasan arteri koroner bermula di tahun 1954. Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan pembedahan jantung adalah teknik pintasan jantung-paru.Pertama kali digunakan dengan berhasil pada manusia di tahun 1951.Di masa kini lebih dari 250.000 prosedur yang dilakukan dengan menggunakan pintasan jantung paru.Terbanyak (lebih dari 200.000) dilakukan di Amerika Utara. Kebanyakan prosedur adalah graft pintasan arteri koroner (CABG = coronary artery bypass graft) dan perbaikan atau penggantian katup. Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia, dan pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis serta program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan penanganan yang aman untuk pasien dengan penyakit jantung.
B. Rumusan Masalah Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi Bedah Jantung
C. Tujuan 1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Operasi Bedah Jantung 2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Post Operasi Bedah Jantung b. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien Post Operasi Bedah Jantung c. Agar mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien Post Operasi Bedah Jantung d. Agar mahasiswa mampu melakukan implementasi pada pasien Post Operasi Bedah Jantung e. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien Post Operasi Bedah Jantung
D. Manfaat Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi Bedah Jantung
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindak
pengobatan yang menggunakan cara infasif dengan cara membuka atau menampilakan bagian tubuh yang akan ditangani misalnya jantung. Umumnya pembukaan bagian tubuh ini dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. (Barbara E,1999).
B. Klasifikasi
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
C. Tujuan Operasi Bedah Jantung Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain : 1.
Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
2.
Umumnya tindakan ini dikerjakan
Transposition Of Great Arteri (TGA).
terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
3.
Operasi paliatif , yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
4.
Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
5.
Replacement katupyaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
6.
Bypass koroneryaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri koroner.
7.
Pemasangan inplantseperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak -anak dengan blok total atrioventrikel.
8.
Transplantasi jantungyaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain.
D. Penatalaksanaan pasca operasi jantung 1. Pintasan jantung paru Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh pada saat “memintas” jantung dan paru. 2. Jantung buatan Tujuan keseluruhan pemasangan ini adalah untuk memberi kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas dan pemasangan jalur perkutaneus. 3. Transplantasi jantung Transplantasi jantung dianggap usaha paling terakhir untuk mengatasi penyakit jantung tahap akhir yang refrakter terhadap pengobatan konvesional dan pembedahan. 4. Eksisi tumor Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau katup. Tindakan bedah yang dikenal dalam kedokteran adalah antara lain : a. Valvulotomi atau kumisurotomi b. Septostomi
E. Rehabilitasi pasca operasi jantung Rehabilitasi pasca operasi jantung harus melalui beberapa tahap/ fase. Fase I : fase perawatan RS (Inpatient), fase II : fase setelah pulang RS (outpatient), fase III : fase pemeliharaan (Maintenance). 1. FASE 1 Hari 1 :
A. Dalam kodisi stabil aktivitas dimulai di atas tempat tidur kemudian dilanjutkan. B. Untuk duduk dikursi samping tempat tidur. C. Latihan lingkup gerak sendi dan pernafasan. Hari 2 : A. Latihan jalan 50 – 100 m di ruangan perawatan. B. Latihan Lingkup gerak sendi anggota gerak.
C. Latihan pernafasan dada / chest physical therapy. Hari 3 :
A. Latihan jalan ditingkatkan jaraknya 100 – 200 m , waktu 5-10 menit di koridor 2 – 3 kali perhari dengan supervisi tim rehabilitasi jantung Hari 4 :
A. Latihan berjalan dikoridor jarak 200 – 300 m. B. Latihan LGS dan pernafasan dada. C. Latihan ADL mandiri . Hari 5 :
A. Latihan jalan ditingkatkan jarak tempuhnya. B. Melakukan uji jalan 6 menit. C. Edukasi terhadap aktivitas dirumah. 2. FASE 2
A. Dimulai sesegera mungkin 1 mg seteleh pulang RS. B. Menentukan stratifikasi resiko. C. Melakukan tes uji jalan 6 menit. D. Latihan erobik 3 – 4 kali seminggu selama 4 – 8 minggu. E. Target latihan pasien mampu jalan 3000 m/30 menit. F. Akhir fase II melakukan treadmill tes. 3. FASE 3
A. Meningkatkan kemampuan endurance B. Menghambat progresivitas atau mengupayakan regresi meningkatkan kualitas hidup Makoto Ayabe dkk, merekomendasikan : A. Aktivitas latihan fisik 3 -4 kali perminggu durasi 30 – 40 menit intensitas sedang 60 -80 % HR Max B. Energi expendiituur ( PAEE ) 1000 – 1500 kcal/minggu C. Latihan jalan 6500 – 8500 langkah sehari Kesimpulan dari pembahasan kali ini adalah bahwa Pelayanan rehabilitasi jantung merupakan pelayanan komprehensive, Setiap fase rehabilitasi akan meningkatkan kemampuan fisik, dan Program Rehabilitasi Jantung akan mempercepat masa rawat dan pasien akan kembali bersama keluarga secara mandiri.
F. Diit jantung Diet penyakit jantung hindari minuman berupa kopi, teh kental, atau minuman yang mengandung soda (soft drink) dan juga alkohol. Hindari juga jenis makanan atau kue yang terlalu manis dan makanan berlemak atau dimasak dengan lemak. Bagi penerita jantung selain melakukan perawatan dietetik, perlu juga dilakukan upaya penyembuhan yang lain, terutama mengurangi berbagai faktor risiko, seperti merokok, tekanan emosional, dan sebagainya. Juga lakukan olahraga fisik untuk menjaga agar tidak terjadi kenaikan berat badan tetapi pilih olahraga sesuai dengan hoby dan kesanggupan. Biasakanlah makan teratur, jangan terlalu kenyang dan jangan terlampau lama membiarkan perut kosong Lakukan olahraga ringan minimal jalan santai selama 30 menit. Selain dengan melakukan beberapa diet penyakit di atas, lakukan juga pengobatan secara alami tanpa efek samping negatif, seperti obat herbal sebagai alternatif pengobatan, salah satunya adalah jus manggis Ace Max’s, beberapa hasil penelitian telah membuktikan keampuhan ekstrak jus manggis dalam menyembuhkan penyakit jantung secara alami tanpa efek samping negatif terhadap tubuh.
G. Indikasi Bedah Jantung 1. Jenis jantung bawaan : a) Ductus arteriosus batolli (Pattren ductus arteriosus) PDA. b) Obstruksi (Stenosis katup paru & aorta) c) Atrium septal defek. d) Ventrikel septal defek e) Tetralogi fallot. f) Tranpormasi pembuluh darah besar. 2. Jenis jantung dapatan : a) Kelainan katup (indokarditis), katup mitralis atau katup aorta. b) Arterioskerosis (a. koronaria). c) Tumor. d) Perikarditisinfeksi e) Aneurisma f) Trauma/kecelakaan
H. Kontra Indikasi Bedah Jantung a) Usia lebih dari 70 tahun.
b) Fungsi jantung yang memburuk, dan gangguan fungsi ginjal. c)
Penyumbatan arteri batang utama kiri, dan penyakit paru kronik.
I. Perawatan pasca bedah Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan baik. Perawatan pasca bedah dibagi atas : 1. Perawatan di ICU. a. Monitoring Hermodinamik. Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat yang mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam. Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah : 1. CVP, RAP, LAP, 2. Denyut jantung. 3. “Wedge presure” dan PAP. 4. Tekanan darah. 5. Curah jantung b. EKG Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang membahayakan. c. Gula darah Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin. d. Laboratorium Setelah sampai di ICU perlu diperiksa : 1. HB, HT, trombosit. 2. ACT. 3. Analisa gas darah.
4. LFT / Albumin. 5. Ureum, kreatinin, gula darah. 6. Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner. e. Drain Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan muingkin memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan. f. Foto thoraks Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah. g. Fisioterapi Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
2. Perawatan setelah di ICU/di Ruangan. Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah. Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB. A. Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain : 1. Elektrolit thrombosis. 2. Ureum 3. Gula darah. 4. Thoraks foto 5. EKG 12 lead. B. Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
C. Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak. D. Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis. h. Obat – obatan Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang. i. Perawatan luka Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.
j. Fisioterapi Setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.
J. Komplikasi A. Komplikasi Ringan
a. Mual dan Muntah b. Perdarahan ringan atau memar c. Infeksi ringan
d. Tidak sembuhnya luka operasi dengan tanda: munculnya warna kemerahan, bengkak, nyeri dan keluar cairan e. Pembentukan parut yang abnormal f. Nyeri pada dinding dada g. Lelah h. Penurunan daya ingat akibat kurangnya suplai darah ke otak i. Gangguan tidur. B . Komplikasi Berat
1. Serangan jantung saat maupun sesudah operasi atau gagal jantung. Komplikasi ini dapat ditangani dengan pemasangan Intra Aortic Ballon Pump (IABP) 2. Gangguan irama jantung 3. Gangguan selaput jantung seperti perikarditis. 4. Endokarditis Bacterial 5. Infeksi serius pada dada,tulang dada,darah 6. Gangguan ginjal sehingga harus menjalani cuci darah 7. Gangguan sel-sel darah, yang terdiri hemolisis trombositopenia dan trombosis terinduksi heparin dan perubahan imunologis 8. Gangguan sistem saraf yang mencakup kejang gangguan saraf tepi, penurunan kesadaran, hingga koma dan stroke 9. Gangguan pengelihatan yang terdiri atas emboli retina, infark retina, dan gangguan lapang pandang. 10. Gangguan di pembuluh balik kaki akibat bekuan darah 11. Gangguan psokologis 12. Kematian
K. WOC Bedah Jantung
Kardiomio ati
Aterosklerosis
Kelainan katup jantung
Hipoksia
Jaringan iskemik
Perubahan metabolisme
Fungsi ventrikel me
Gangguan gerakan jantung
Gangguan Integritas Jaringan
Kontraksi
Penurunan Curah Jantung
Aliran Darah me
miokardium me
Luka insisi
Bedah Jantung
Perubahan hemodinamik
Risiko Infeksi
Kesulitan bernafas
Curah jantung me
Gangguan pertukaran gas
Intoleransi aktivitas
Nyeri
Ansietas
BAB III ASKEP TEORITIS A. Pengkajian B. Identitas
Nama : tidak berpengaruh
Umur : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti pada kelainan jantung bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung) tapi lebih sering pada anak-anak
Jenis kelamin : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada perempuan
C. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan datang dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah merasa sesak dan nyeri pada dada tapi hilang dengan obat warung
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung
D. Riwayat Kesehatan Pasien yang Telah Menjalani Operasi Jantung
Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang telah dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
Riwayat Penyakit Sekarang Sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, nafas cepat, palpitasi Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah menjalani bedah jantung
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung hingga dilakukan pembedahan
E. Pemeriksaan Fisik : Apatis
Kesadaran
Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas
TTV
Nadi
: 55-80 x/menit
TD
: 90/65-120/85 mmHg
RR
: 22-27 x/menit
Suhu
: 37,5-38.5̊ C
Kepala dan Leher Rambut Wajah
: Keriting, ada lesi, distribusi merata. : Normal, konjungtiva agak merah muda
Hidung
: Tidak ada polip
Mulut
: Bersih
Leher
: Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Thorax
Jantung Inspeksi
: terdapat bekas jahitan luka operasi
Palpasi
: adanya nyeri tekan
Perkusi
:-
Auskultasi : terdengar BJ 1 dan 2
Paru Inspeksi
: pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi
: tidak ada otot bantu pernafasan
Perkusi
:-
Auskultasi :
weezing
Abdomen Inspeksi
: Bulat datar
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
:-
Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas Eks. Atas
: Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah
: Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Sistem Integumen : turgor kulit kembali > 1 detik
Genetalia
: bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid, dan
terpasang kateter
Bila pasien telah dipindahkan ke unit perawatan kritis, 4-12 jam sesudahnya, harus
dilakukan pengkajian yang lengkap mengenai semua system untuk menetukan status pascaoperasi pasien dibandingkan dengan garis dasar perioperative dan mengetahui perubahan yang mungkin terjadi selama pembedahan. Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut : 1. Status neurologis :tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan. 2. Status Jantung :frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP = pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru bila ada, drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker. 3. Status respirasi : gerakan dada, suara napas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEP], kecepatan napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri. 4. Status pembuluh darah perifer :denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif. 5. Fungsi ginjal :haluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas. 6. Status cairan dan elektrolit asupan : haluaran dan semua pipa drainase. semua parameter curah jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut: a. Hipokalemia
: intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok,
gelombang T yang datar atau terbalik).
b. Hiperkalemia parestesia
: konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan,
eksremitas,
disrirmia
(tinggi,
gelombang
T
puncak,
meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks QRS; perpanjangan interval QT). c. Hiponatremia : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma. d. Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani. e. Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole. 7. Nyeri :sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri angina), aprehensi, respons terhadap analgetika. Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria interna akan mengalami parestesis nervus ulnaris pada sisi yang sama dengan graft yang diambil. Parestesia tersebut bisa sementara atau permanen. Pasien yang menjalani CABG dengan arteri gastroepiploika juga akan mengalami ileus selama beberapa waktu pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi selain nyeri dada. Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan apakah fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO 2 akhir tidal, monitor SaO 2, kateter arteri paru, monitor saturasi oksigen arteri paru (SavO2), pipa arteri dan vena, alat infus intravena dan selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem drainase urin.
E. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (prosedur bedah). 4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infeksi
F. Intervensi Keperawatan NO
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1.
Penurunan
NOC :
NIC :
Curah jantung Keefektifan
pompa Perawatan Jantung
b.d perubahan jantung kontraktilitas
a) Cek pasien secara ritun baik
Kriteria hasil :
a) Cek
secara fisik maupun psikologis
tekanan
darah
b) Pastikan tingkat aktifitas pasien tidak membahayakan curah
diastole b) Cek tekanan darah sistol c) Denyut jantung apical
e) Denyut Nadi perifer tekanan
vena
memprovokasi
c) Intruksikan
pasien
tentang
pentingnya untuk melaporkan bila merasakan nyeri dada
sentral g) Keseimbangan
intake
d) Evaluasi
nyeri
dada
(intensitas,lokasi,durasi
output h) Disritmia
factor
i) Suara
jantung
abnormal
yang
memicu
dan serta
meringankan nyeri dada e) Monitor EKG
j) Angina
f) Monitor TTV secara rutin
k) Oedema paru
g) Monitor distrimia jantung
l) Oedema perifer
h) Catat
m) Hepatomegali n) Dyspnea
atau
serangan jantung
d) Indeks Jantung
f) Cek
jantung
pada
saat
istirahat o) Dyspnea pada aktivitas ringan
tanda
dan
gejala
penurunan curah jantung i) Monitor
status
pernapasan
terkait dengan adanya gejala gagal jantung j) Monitor keseimbangan cairan k) Sususn
waktu
istirahat
untuk
latihan
dan
mencegah
kelelahan 2.
Gangguan NOC : pertukaran gas Status b.d
pernapsan:Pertukaran
ketidakseimban
gas
NIC : Monitor pernafasan
a) Monitor
kecepatan,irama,kedalam
dan keulitan bernafas
gan ventilasi
b) Monitor
Kriteria hasil :
pola
nafas
(misalnya;
a) Frekuensi pernapasan
bradipneu,takibneu,hiperventilasi,per
b) Irama pernapasan
nafasan kusmaul)
c) Kedalaman Inpirasi d) Kepatenan
Pengaturan posisi
jalan a) Tempatkan pasien diatas tempat tidur terapeutik
napas e) Penggunaan
otot
bantu pernapasan f) Dypsneu
b) Berikan kasur yang lembut c) Posisikan pasien untuk mengurangi
saat
deyespnea (misalnya ; posisi semi fowler)
istirahat g) Dypneu
dengan
memposisikan dan membalikan tubuh
aktifitas ringan h) Gangguan kesadaran i) Demam j) Pernapasan
d) Minimalrisil gesekan dan cidera ketika
pasien
cuping
hidung Respon
ventilasi
mekanik: dewasa Kriteria hasil :
a) Tingkat pernapasan b) Irama pernapasan c) Kedalam Inspirasi d) Pantau PCO2 e) Perfusi
jaringan
perifer f) Keseimbangan Ventilasi perfusi g) Kegelisahan h) Gerakan
didnding
dada yang asimetris
3.
Nyeri akut b.d NOC : agen
cidera Pain Level
Pain management
a) Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
fisik(prosedur
Kriteria hasil:
komprehensif
bedah)
a) Melaporkan nyeri
karakteristik,
b) Durasi nyeri
kualitas dan faktor presipitasi
c) Menunjukkan lokasi
termasuk durasi,
lokasi, frekuensi,
b) Observasi reaksi non verbal dari
nyeri
ketidaknyamanan
d) Meringis
c) Gunakan
e) Ekspresi wajah nyeri
teknik
komunikasi
untuk
mengetahui
terapeutik
kegelisahan
pengalaman nyeri pasien
f) Fokus menyempit
d) Kaji kultur yang
g) Ketegangan otot
mempengaruhi
respon nyeri
h) Kehilangan selera
e) Evaluasi
makan
pengalaman
nyeri
masa
lampau
i) Mual
f) Evaluasi bersama pasien dan tim
j) Intoleransi makanan
kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
Pain Control
lampau g) Bantu pasien dan keluarga untuk
Kriteria hasil :
a) Mengakui
timbulnya
nyeri b) Menjelaskan
mencari dan menemukan dukungan h) Kontrol
faktor
mempengaruhi
penyebab c) Menggunakan
lingkungan nyeri
yang
dapat
seperti
suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan buku i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
harian untuk memantau j)
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
gejala dari waktu ke
(farmakologi,non
waktu
inter personal)
farmakologi
dan
d) Menggunakan tindakan k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk pencegahan menggunakan
menentukan intervensi non l) Ajarkan teknik non farmakologis
analgesik ukuran lega m) Berikan analgetik untuk mengurangi menggunakan
nyeri
analgesik seperti yang n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri dianjurkan e) Laporan
o)
Tingkatkan istirahat
nyeri p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
dikendalikan
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil q) Monitor penerimaan pasien tentang
Comfort Level
manajemen nyeri
Indikator :
a) Reaksi obat b) Otonomi pribadi
Analgesic administration
c) Relokasi adaptasi
a) Tentukan
d) Lingkungan
yang
aman
lokasi,
karakteristik,kualitas,dan derajat nyeri sebelum pemberian obat b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi c) Cek riwayat alergi d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik pemberian lebih dari satu
ketika
e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri f) Tentukan
analgesic
pilihan,
rute
pemberian,dan dosis optimal g) Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur h) Monitor
vital
sign
sebelum
dan
sesudah pemberian anlgesik pertama kali i) Berikan
analgesik
tepat
waktu
terutama saat nyeri hebat j) Evaluasi
efektifitas
analgesic,tanda
dan gejala (efek samping)
4.
Resiko Infeksi NOC: b.d
prosedur
infeksi
NIC:
a) Immune status
I nfection Control (Kontrol I nfeksi)
b) Knowledge:
a) Bersihkan lingkungan setelah dipakai
infection control
pasien lain
b) Batasi pengunjung bila perlu
c) Risk control
c) Instruksikan
Kriteria hasil:
a) Klien tanda
bebas dan
dari gejala
infeksi
penularan
penyakit
untuk
infeksi
berkunjung dan setelah berkunjung
d) Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan
f) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung g) Pertahankan
leukosit
dalam batas normal menunjukkan perilaku hidup sehat
saat
setelah melakukan tindakan
mencegah timbulnya
d) Jumlah
tangan
e) Cuci tangan setiap sebelum dan
c) Menunjukkan kemampuan
mencuci
pengunjung
meninggalkan pasien
b) Mendeskripsikan proses
untuk
kepada
lingkungan
aseptik
selama pemasangan alat h) Ganti letak IV perifer dan line sentral dan dressing sesuai dengan petunjuk umum i) Berikan terapi antibiotik bila perlu j) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal k) Monitor kerentanan terhadap infeksi l) Berikan perawatan kulit pada daerah epidema m) Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase n) Dorong masukan nutrisi yang cukup o) Dorong istirahat p) Ajarkan cara menghindari infeksi q) Laporkan kecurigaan infeksi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Operasi Jantung Dibagi Atas :
Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
Peran perawat pada fase intra operatif ini meliputi yaitu, : 1. Pemeliharaan keselamatan 2. Pematauan fisiologis 3. Dukungan psikologis 4. Penatalaksanaan keperawatan
B. Saran
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Mengurangi nyeri pada pasien Meningkatkan istirahat yang cukup
Mencegah suhu tubuh agar tetap normal
Jaga pola makan dan gaya hidup
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta
M.Bulechek Gloria, howard k.butcher, dkk 2015-2017. NANDA, NOC & NIC Keperawatan. Jakarta: EGC