PENYIMPANAN BUAH DAN SAYURAN Wahyuni1, Nur Fitri Ramadhani2 Abstrak
Sayuran merupakan produk pertanian yang mudah mengalami kerusakan. Sayuran termasuk komoditas yang kadar airnya tinggi, terutama untuk sayuran daun, sehingga mudah mengalami kerusakan yang akhirnya memicu busuknya sayuran. Sayur dan umbi yang ingin uji penyimpanan optimumnya yaitu, mentimun yang tinggi kadar air dan wortel serta kentang yang tinggi karbohidrat. Penyimpanan sendiri merupakan usaha untuk mempertahankan komoditi (panenan) tersebut dari sejak dipanen hingga saatnya digunakan. Penyimpanan memegang peranan penting dalam menjaga kuantitas dan kualitas produk. Penyimpanan menjadi fokus utama pada komoditi pertanian, terutama penyimpanan sayuran dan buah. Komoditi pertanian berupa sayur dan buah mempunyai tingkat kadar air yang tinggi yaitu sekitar 75-95%. Oleh karena itu, modifikasi suhu penyimpanan mesti dilakukan sesuai dengan tingkat aktivitas enzim dari masing-masing sayur dan buah. Berdasarkan dari penjelasan di atas tujuan dari pratikum ini untuk mengetahui dan membandingkan karusakan pada sayuran yang disimpan pada suhu kamar dan suhu refrigerator. Hasil yang diperoleh adalah buah dan sayur memiliki suhu optimum masing-masing yang berbeda-beda. Mentimun memiliki suhu optimum 7-10oC, kentang memiliki suhu optimum 11-20oC dan wortel memiliki suhu optimum 0-1,5oC. Adapun Faktorfaktor yang mempengaruhi kerusakan pada buah dan sayur antara lain yaitu suhu, respirasi, transpirasi, kelembaban nisbi, RH dan sebagainya. Sehingga dengan demikian suhu penyimpanan ketiga bahan tersebut (mentimun, kentang dan wortel) berbeda dan jika ingin menyimpan bahan pangan seperti sayuran dan buah harus menyimpannya pada suhu optimum penyimpananya agar dapat bertahan lama. Kata kunci : Penyimpanan, : Penyimpanan, mentimun, wortel, kentang dan suhu optimum penyimpanan I. PENDAHULUAN
Sayuran merupakan produk pertanian yang mudah mengalami kerusakan. Sayuran termasuk komoditas yang kadar airnya tinggi, terutama untuk sayuran daun, sehingga mudah mengalami kerusakan yang akhirnya memicu busuknya sayuran. Salah satu kegiatan pasca panen sayuran yang berperan dalam meningkatkan umur simpan sayuran adalah kegiatan penyimpanan dan pengemasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan tepat agar sayuran dapat bertahan lama dan sampai di tangan konsumen. Penanganan pasca panen biasanya menerapkan teknologi yang tinggi, salah satu contoh teknologi pra pendinginan yang bertujuan untuk mengurangi suhu lapang
pada buah sesaat setelah panen, sehingga proses metabolisme pada sayuran dan buah dapat diperlambat sebelum dilakukan teknologi penyimpanan lainnya. Penyimpanan sendiri merupakan usaha untuk mempertahankan komoditi (panenan) tersebut dari sejak dipanen hingga saatnya digunakan. Penyimpanan memegang peranan penting dalam menjaga kuantitas dan kualitas produk.. Penyimpanan menjadi fokus utama pada komoditi pertanian, terutama penyimpanan sayuran dan buah. Komoditi pertanian berupa sayur dan buah mempunyai mempun yai tingkat kadar air yang tinggi yaitu sekitar 75-95%. Oleh karena itu, modifikasi suhu penyimpanan mesti dilakukan sesuai dengan tingkat aktivitas enzim dari masing-masing sayur dan buah. Berdasarkan dari penjelasan
di atas maka diperlukan pratikum untuk mengetahui dan membandingkan karusakan pada sayuran yang disimpan pada suhu kamar dan suhu refrigerator. II. METODOLOGI PRAKTIKUM 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: - Timbangan - Refrigerator - Cawan - Oven Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu: - Mentimun - Kentang - Wortel 2.2 Prosedur Praktikum Prosedur praktikum ini yaitu: 2.2.1 Uji kadar air
Prosedur praktikum uji kadar air yaitu: 1. Cawan kosong ditimbang terlebih dahulu, kemudian dioven selama kurang lebih 30 menit. 2. Bahan dipotong-potong kemudian ditimbang masing-masing sebanyak 2 gram. 3. Bahan tersebut dimasukkan kedalam cawan, kemudian dioven selama 3 jam dengan suhu 105oC.
4. Setelah itu, bahan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang kembali 5. Amati dan catat hasilnya. 2.2.2 Penyimpanan Buah dan Sayur
Prosedur praktikum penyimpanan buah dan sayur 1. Masing-masing buah dan sayur ditimbang terlebih dahulu 2. Bahan tersebut kemudian diamati dari segi warna, aroma dan teksturnya. 3. Setelah itu bahan diberi perlakuan, kemudian diamati dan ditimbang kembali beratnya pada hari ketiga dan hari keenam. 2.3 Perlakuan Praktikum
-
Perlakuan praktikum ini yaitu: A1B1 = Bahan dikemas disimpan pada suhu ruang A1B2 = Bahan tidak dikemas disimpan pada suhu ruang A2B1 = Bahan dikemas disimpan pada suhu refrigerator A2B2 = Bahan tidak dikemas disimpan pada suhu refrigerator
2.4 Parameter Praktikum
Parameter yang digunakan praktikum ini yaitu: - Warna - Aroma - Tekstur - Berat
dalam
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari praktikum ini yaitu: Tabel 03. Hasil Pengamatan Hari Pertama Penyimpanan Buah dan Sayur Bahan
Warna
Aroma
Tekstur
Berat (gr)
SK
SR
SK
SR
SK
SR
SK
SR
Mentimun (bungkus)
Hijau muda
Hijau muda
Khas timun
Khas timun
Keras
Keras
600
550
Mentimun (tdk bungkus)
Hijau muda
Hijau muda
Khas timun
Khas timun
Keras
Keras
570
450
Wortel (bungkus)
Orange cerah
Orange cerah
Khas wortel
Khas wortel
Keras
Keras
60
50
Wortel (tdk bungkus)
Orange cerah
Orange cerah
Khas wortel
Khas wortel
Keras
Keras
50
90
Kentang (bungkus)
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Khas kentang
Khas kentang
Keras
Keras
50
50
Kentang (tdk bungkus)
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Khas kentang
Khas kentang
Keras
Keras
50
50
Sumber: Data Primer Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Nabati, 2016
Tabel 04. Hasil Pengamatan Hari Ketiga Penyimpanan Buah dan Sayur Bahan
Warna
Aroma
Tekstur
Berat (gr)
SK
SR
SK
SR
SK
SR
SK
SR
Mentimun (bungkus)
Hijau muda
Hijau muda
Khas timun
Khas timun
Keras
Keras
600
540
Mentimun (tdk bungkus)
Hijau muda
Hijau muda
Khas timun
Agak busuk
Lembek
Mulai lembek
500
410
Wortel (bungkus)
Orange cerah
Orange tua
Khas wortel
Busuk & berlendir
Keras
Keras & hancur
80
53
Wortel (tdk bungkus)
Orange pudar
Orange
Khas wortel
Khas wortel
Agak lembek
keras
50
70
Kentang (bungkus)
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Khas kentang
Khas kentang -
Agak lembek
Agak lembek
60
57
Kentang (tdk bungkus)
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Khas kentang
Khas kentang
Keras
Keras
50
54
Sumber: Data Primer Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Nabati, 2016 Tabel 05. Hasil Pengamatan hari Keenam Penyimpanan Sayur dan Buah Bahan Warna Aroma SK
SR
SK
SR
Tekstur SK
Berat (gr) SR
SK
SR
Mentimun (bungkus)
Hijau muda
Hijau muda
Khas timun
Khas timun -
Keras
Keras
560
540
Mentimun (tdk bungkus)
Hijau muda
Hijau muda
Khas timun
Khas mentimun
Lembek & keriput
Lembek
500
400
Wortel (bungkus)
Orange
Orange tua
Khas wortel
Busuk
Keras
Lembek & berjamur
70
40
Wortel (tdk bungkus)
Orange kecoklatan
Orange-
Khas wortel
Khas wortel
Keras
Keras
39
50
Kentang (bungkus)
Kuning kecoklatan
Coklat kekuningan
Khas kentang
Khas kentang
Keras
Lembek
50
60
Kentang (tdk bungkus)
Kuning kecoklatan
Coklat kekuningan
Khas kentang
Khas kentang
Keras
Keras
49
57
Sumber: Data Primer Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Nabati, 2016
Praktikum suhu optimum penyimpanan buah dan sayur menggunakan 3 bahan disetiap kelompok pada kelompok V menggunakan bahan mentimun, wortel, dan kentang untuk diteliti suhu optimum penyimpanannya. Mentimun merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dalam keadaan mentah (lalap) atau sebagai pelengkap dalam pembuatan makanan seperti acar dan asinan sayur. Mentimun juga ternyata banyak mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C dan mineral yang tiggi. . Manfaat lain dari mentimun salah satunya yaitu mentimun yang dikukus dan di simpan sehari semalam lalu dikonsumsi langsung akan berkhasiat mengurangi sakit tenggorokan dan batuk. Mentimun dapat juga digunakan sebagai bahan baku kosmetik untuk dijadikan cleansing cream (pencuci kulit muka). Suhu optimum pada mentimun yaitu berkisar antara 7,2-10oC. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumpena
(2001), yang menyatakan bahwa dari kandungan mineral yang terdapat didalam buah mentimun maka mentimun banyak di konsumsi ataupun dijadikan bahan baku industri. Buah mentimun disajikan dalam bentuk olahan segar seperti acar, asinan, kimchi, salad dan lalap. Mentimun dapat pula dikonsumsi sebagai minuman segar. Hal ini didukung pula oleh pernyataan Muchtadi (1992), yang menyatakan bahwa mentimun dapat disimpan selama 10-14 hari pada suhu 7,2-10°C dengan kelembaban tinggi. Wortel merupakan salah satu sayuran jenis umbi, yang sangat rentan terhadap kerusakan mekanis saat pemanenan, sehingga mikroba mudah menyerang atau tumbuh pada wortel berawal dari luka mekanis. Suhu optimum wortel yaitu 0 °C1,5°C. Wortel disimpan pada suhu dibawah 0 °C akan menyebabkan kerusakan yang ditandai dengan wortel pecah-pecah. Hal ini sesuai dengan Wills et al (1981) bahwa hal
ini dapat dicegah dengan cara menjaga agar tidak terjadi luka pada wortel, kemudian penyimpanan dilakukan pada suhu 0-1.5oC. Penyimpanan di bawah suhu 0oC akan menyebabkan wortel menjadi pecah-pecah. Kentang merupakan bahan pangan yang memiliki suhu penyimpanan optimum yaitu 4,5°C. Kentang yang disimpan dibawah suhu optimumnya akan mengalami kerusakan seperti berwarna kecoklatan serta menyebabkan terurainya pati sehingga rasa kentang menjadi manis. Kentang dapat disimpan pada suhu 10°C-20 °C tetapi jika disimpan lebih dari suhu tersebut menyebabkan kentang bertunas. Hal ini sesuai dengan Alconero et al (1975), yang menyatakan bahwa Kentang untuk pengolahan biasanya disimpan pada suhu 4,5°C. Kentang biasanya mempertahankan sifat-sifat baiknya untuk pengolahan bila disimpan pada suhu 10°C atau lebih tinggi, tetapi tidak disarankan menyimpan kentang pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar karena pada suhu tersebut kentang cenderung bertunas. Hasil pengamatan hari pertama warna buah dan sayur terlihat cerah dan dalam kondisi segar. Hal ini dikarenakan buah dan sayur belum dilakukan masa penyimpanan, sehingga masih dalam keadaan segar. Namun ketika hari ketiga hingga hari keenam warna buah dan sayur agak memudar. Warnanya masih tetap namun agak pucat, seperti pada wortel waranya menjadi orange pudar, kemudian pada mentimun warnanya menjadi hijau muda agak pucat dan pada kentangpun begitu. Perubahan warna pada buah dan sayur disebabkan oleh lamanya penyimpanan. Laju respirasi yang tinggi menyebabkan buah dan sayur lebih cepat mengalami kerusakan. Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju
respirasi akan semakin cepat. Perubahan warna selama penyimpanan juga disebabkan oleh pigmen tertentu, misalnya pigmen karotenoid dan flavonoid. Pigmen ini terjadi setelah adanya penambahan atau degradasi dari klorofil yang kemudian menyebabkan warna buah berubah dari kehijauan menjadi kekuningan. Pada umumnya semakin lama buah dipanen atau masa penyimpanannya warna buah akan semakin pucat. Perubahan warna ini terjadi setelah mancapai tahap klimakterik, yang diikuti dengan perubahan tekstur. Hal ini disebabkan oleh perubahan pada dinding sel dan substansi pektin yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadiwiyoto dan Soehardi (1981), yang menyatakan bahwa adanya aktivitas respirasi pada hasil-hasil pertanian dapat menyebabkan hasil pertanian menjadi matang dan menjadi tua. Proses matangnya hasil pertanian merupakan perubahan dari warna, aroma, dan tekstur berturut-turut menuju ke arah hasil pertanian yang dapat dimakan/dapat digunakan dan memberikan hasil sebaik-baiknya. Hal ini didukung pula oleh pernyataan Buckle (1985), yang menyatakan bahwa perubahan warna pada buah dapat terjadi karena proses-proses perombakan maupun proses sintetik, atau bahkan keduanya. Tekstur dari kentang, wortel dan mentimun pada hari pertama teksturnya ratarata keras, namun pada hari ketiga hingga keenam untuk wortel yang dikemas pada suhu ruang teksturnya menjadi berair dan rusak. Sedangkan kentang, mentimun dan wortel perlakuan lainnya menjadi lembek. Hal ini dikarenakan lamanya penyimpanan membuat buah dan sayur menjadi layu dan busuk. Laju respirasi yang tinggi membuat buah dan sayur mengalami kemunduran mutu dan akan menyebabkan pembusukan. Hal ini juga dikarenakan buah dan sayur mengandung pektin dan selulosa. Buah dan sayur menjadi lembek karena pada saat itu jumlah protopektin yang tidak larut dalam
buah dan sayur akan berkurang sedangkan jumlah pektin yang larut makin bertambah sehingga buah dan sayur menjadi lembek. Hal ini sesuai dengan pernyataan Palmer (1981), yang menyatakan bahwa tekstur buah ditentukan oleh senyawa-senyawa pektin dan selulosa. Selama pemasakan buah menjadi lunak karena menurunnya jumlah senyawa tersebut. Selama itu jumlah protopektin yang tidak larut berkurang sedang jumlah pektin yang larut menjadi bertambah. Hasil pengamatan berdasarkan aroma pada kentang, mentimun dan wortel yaitu pada hari pertama aromanya masih khas masing-masing bahan. Namun pada hari ketiga hingga keenam, terdapat beberapa bahan yang beraroma busuk seperti pada wortel yang dikemas pada suhu ruang. Aroma busuk ini disebabkan oleh kelembaban yang tinggi dan disebabkan pula oleh mikroorganisme serta suhu yang tidak sesuai. Mikroorganisme muncul karena aktivitas air dalam produk tersebut sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan Ebookpangan (2006), yang menyatakan bahwa kerusakan produk nabati dapat terjadi karena aktivitas bakteri atau jamur, dan akibat serangan mikroorganisme ini timbul kerusakan fisik dan fisiologis. Sebaliknyapun akibat kerusakan fisik karena penanganan yang tidak benar bisa juga memicu pertumbuhan mikroorganisme. Berdasarkan berat bahan, dari hari pertama hingga hari keenam buah dan sayur mengalami penurunan berat. Hal tersebut terjadi disebabkan karena pengeluaran air dalam produk jaringan atau yang biasa disebut dengan transpirasi. Transpirasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain suhu, RH, udara dan atmosfer sehingga dengan adanya hal tersebut kentang, wortel dan mentimun mengalami penyusutan berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ebookpangan (2006), yang menyatakan bahwa laju transpirasi dipengaruhi oleh
faktor internal (morfologi/anatomis, rasio permukaan terhadap volume, kerusakan fisik, umur permanen) dan faktor eksternal (suhu, RH, pergerakan udara dan tekanan atmosfer). Transpirasi yang berlebihan menyebabkan produk mengalami pengurangan berat, daya tarik (karena layu), nilai tekstur dan nilai gizi. Suhu merupakan faktor penting dalam penyimpanan bahan pangan baik pada buah maupun sayuran. Buah dan sayur memiliki suhu penyimpanan yang berbeda-beda. Pengaruh suhu pada buah dan sayur yang tinggi dapat meningkatkan laju respirasi yang dapat menyebabkan proses pembusukan. Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Maka untuk mencegah kerusakan pada buah dan sayur yaitu dengan melakukan penyimpanan sesuai dengan suhu optimumnya. Suhu rendah yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan dingin (chilling injury ) sehingga bahan pangan akan rusak. Hal ini sesuai dengan Winarno (1982) bahwa peningkatan suhu antara 00C – 350C akan meningkatkan laju respirasi buah-buahan dan sayuran, yang memberi petunjuk bahwa baik proses biologi maupun proses kimiawi dipengaruhi oleh suhu. Pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi buah dan sayur selama penyimpanan yaitu antara lain suhu, respirasi, transpirasi, kelembaban nisbi, RH dan sebagainya. Pada saat penyimpanan suhu sangat perlu diperhatikan, karena tidak semua buah dan sayur dapat bertahan dalam suhu rendah, begitupun suhu ruang. Oleh karena itu suhu optimum perlu diketahui untuk melakukan penyimpanan buah dan sayur. Kemudian respirasi, semakin cepat laju respirasi
berlangsung maka semakin cepat pula buah dan sayur tersebut mengalami kerusakan. Begitupun dengan transpirasi, transpirasi yang berlebihan dapat menyebabkan produk mengalami pengurangan berat, daya tarik (karena layu), nilai tekstur dan nilai gizi, oleh karena itu kelembaban nisbi harus diperhatikan agar produk bisa dapat bertahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ebookpangan (2006), yang menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab kerusakan pada buah dan sayur selama penyimpanan antara lain suhu, respirasi, transpirasi,dan kelembaban nisbi. Pengemasan yang dilakukan pada sayur dan buah berfungsi untuk melindung buah dan sayur agar terhindar dari kontaminan fisik dan untuk memperpanjang masa simpan buah dan sayur tersebut. Namun pengemasan pada buah dan sayur harus disesuaikan juga dengan suhu. Pengemasan biasanya dilakukan untuk penyimpanan suhu rendah, karena rata-rata buah dan sayur memiliki suhu optimum pada suhu rendah. Jika dilakukan pengemasan pada suhu ruang dengan bahan yang tidak tahan dengan suhu ruang maka bahan tersebut akan mengalami kerusakan karena suhu yang tidak sesuai dan bahan tersebut kekurangan oksigen sehingga laju respirasi buah tersebut semakin meningkat dan membuat buah dan sayur cepat mengalami kerusakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herudiyanto (2008), yang menyatakan bahwa bila persediaan oksigen terbatas, maka akan terjadi reaksi-reaksi kimia yang akan menghasilkan alkohol dan akan dihasilkan juga perubahan bau dan citarasa serta rusaknya sel tanaman. Perubahan buah dan sayuran yang mengalami dehidrasi akan terlihat layu dan kesat. Namun, dengan pengemasan yang baik dapat memperpanjang kesegaran buah buahan dan sayuran dengan mencegah proses kelayuan tersebut.
IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu: 1. Buah dan sayur memiliki suhu optimum masing-masing yang berbeda-beda. Mentimun memiliki suhu optimum 710oC, kentang memiliki suhu optimum 11-20oC dan wortel memiliki suhu optimum 0-1,5oC. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan pada buah dan sayur antara lain yaitu suhu, respirasi, transpirasi, kelembaban nisbi, RH dan sebagainya. Pada saat penyimpanan suhu sangat perlu diperhatikan, karena tidak semua buah dan sayur dapat bertahan dalam suhu rendah, begitupun suhu ruang. Oleh karena itu suhu optimum perlu diketahui untuk melakukan penyimpanan buah dan sayur. Kemudian respirasi, semakin cepat laju respirasi berlangsung maka semakin cepat pula buah dan sayur tersebut mengalami kerusakan. Begitupun dengan transpirasi, transpirasi yang berlebihan dapat menyebabkan produk mengalami pengurangan berat, daya tarik (karena layu), nilai tekstur dan nilai gizi, oleh karena itu kelembaban nisbi harus diperhatikan agar produk bisa dapat bertahan. 4.2. Saran Saran untuk praktikum kedepannya semoga praktikum bisa lebih tenang lagi, dan semoga kedepannya alat-alat dilaboratorium dapat dilengkapi agar praktikum bisa berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA
Aini, K.H., 2012. Produksi Tepung Kentang . Skripsi. UPI- Jakarta Alconero, R., A. G. Santiago, F. Morales dan F. Rodriguez., 1975. Meristem tip culture and virus indexing of
sweet potatoes. Phytopathology 65: 769- 773. Buckle, K.A., 1985. Ilmu Pangan. UI.Press. Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2009. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Cahyono, B., 2002. Wortel Teknik Budi Daya Analisis Usah Tani. Kanisius, Yogyakarta. Dwijoseputro, D., 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Ebookpangan, 2006. Teknologi Pengawetan Buah dan Sayur . http:// tekpan. Hardenburg, R.E., 1975. Principles of Packaging. In Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Substropical Fruits and Vegetables. Er.B. Pantastico (Eds), 283-302. The Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.8 Harjadi, S., 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. Harjowigeno., 1987. Ilmu Tanah. PT Milton Putra. Jakarta. Herudiyanto, M.S., 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Widya Padjajaran, Bandung. Hidayah., 2009. Manfaat Kentang Bagi Kesehatan. www.litbang.go.id. Diakses pada tanggal 22 Februari 2016, pukul 09.00 WITA. Makassar. Imran, L., 2011. Pengolahan Hasil Kentang . www.epetani.deptan.go.id. Indonesia. Sinar Baru. Bandung. Kerta, Saputra., dan M., Suteja., 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Reneka Cipta. Kumalaningsih., 2006. Memilih dan Mengolah Sayur . Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga, B., 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk . Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga, P., 2001. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
unimus. ac.id/ wpcontent/uploads/2013/07/TEKNOLO GI-PENGAWETAN-BAHANSEGAR. pdf. Diakses pada tanggal 22 Februari 2016, pukul 09.00 WITA. Makassar. Gaman, P.M., dan Sherrington, K.B. 1992. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hadiwiyoto, S., dan Soehardi., 1981. Penanganan Lepas Panen. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Muchtadi, T.R., dan Sugiono., 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Nio, O.K., 1992. Daftar Analisis Bahan Makanan. Fakultas Kedokteran Novary, E.W., 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar . Penebar Swadaya. Jakarta. Novizan., 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif . Agromedia Pustaka. Jakarta. Palmer, F.R., 1981. Semantics, London : Cambredge University Press Pantastico, E. R. B., 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan Komeriyani. UGM Press, Yogyakarta. Rukmana, R., 1994. Budidaya Mentimun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Ryall, A. L. and Lipton, W. J., 1972. Handling, Transportation and Storage of Fruits and Vegetables,
Vol. I: Vegetables and Melons. AVI Pub., Westport, Connecticut Sharma, O.P., 2002. Plant Taxonomy. Mc. Graw Hill Company Limited, New Delhi. Soenaryono, H., 1989. Kunci Bercocok Tanam Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. Soewito, D.S., 1990. Memanfaatkan Lahan Bercocok Tanam Mentimun. CV Jakarta. Sumaryono., 1984. Wortel dan Lobak . Penebar Swadaya. Jakarta. Sumpena, U., 2001. Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 1 dan 19. Titik Terang. Jakarta.
Wills
Rhh, Lee TH, graham D, Mcglasso,WB & HallEG., 1981. Postharvest . Kensington Australia. NewSouth Wales University Press Limited Winarno, F.G., 1982. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta. Zulkarnain., 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Bumi Aksara, Jakarta.
LAMPIRAN
Diagram Alir Uji Kadar Air
Cawan kosong
Diitimbang
Cawan dioven selama 30 menit
Bahan dipotong-potong
Cawan didinginkan dalam desikator
Ditimbang sebanyak 2 gr
Cawan dikeluarkan
Bahan dalam cawan dioven selama 3 jam O dengan suhu 105 C
Bahan didinginkan kembali dalam desikator Bahan+cawan ditimbang kembali
Dihitung dan dicatat kadar airnya
Gambar 1. Diagram Alir Uji Kadar Air Buah dan Sayur
Penyimpanan Buah dan Sayur
Masing masing bahan ditimbang
Bahan diberi perlakuan
A1B1 = Bahan dikemas dan disimpan pada suhu ruang. A1B2 = Bahan tidak dikemas dan disimpan pada suhu ruang A2B1 = Bahan dikemas dan disimpan pada suhu refrigerator A2B2 = Bahan tidak dikemas dan disimpan pada suhu refrigerator
Bahan diamati dan ditimbang kembali hingga hari keenam
Gambar 2. Diagram Alir Penyimpanan Buah dan Sayur