PANDUAN PEMICUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
Disusun Oleh : Siti Hodijah,SKM NIP. 19730607 199702 2 001
DAFTAR ISI BAB I. D E F I N I S I BAB II. RUANG LINGKUP BAB III. TATALAKSANA BAB IV. DOKUMENTASI
BAB. I DEFINISI Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Definisi Operasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM): 1. Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas: a. Tidak buang air besar sembarangan; b. Mencuci tangan pakai sabun; c. Mengelola air minum dan makanan yang aman; d. Mengelola sampah dengan aman; dan e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
2. Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas. 3. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga. 4. Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil
keputusan
dan
penanggungjawab
dalam
rangka
menciptakan/
meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya. 5. ODF (Open Defecation Free) atau SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di fasilitas jamban sehat. 6. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. 7. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan secara benar dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
8. Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah. 9. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yangaman di rumah tangga yang meliputi 5 (lima) kunci keamanan pangan yakni:
a. Menjaga kebersihan, b. Memisahkan pangan matang dan pangan mentah; c. Memasak dengan benar; d. Menjaga pangan pada suhu aman; dan e. Menggunakan air dan bahan baku yang aman. 10. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah proses pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang.Pengelolaan sampah yang aman adalah
pengumpulan,
pengangkutan,
pemrosesan,
pendaurulangan
atau
pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. 11. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah proses pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. 12. Desa/Kelurahan ODF(Open Defecation Free) / SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat , yaitu, mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM
13. Desa/Kelurahan ODF ++,
selain menyandang status ODF, 100% rumah tangga
memiliki dan menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan dan telah terjadi perubahan perilaku untuk pilar lainnya seperti memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun dan 100% rumah tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan dan air minum rumah tangga. 14. Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status ODF++, 100% rumah tangga melaksanakan praktik pembuangan sampah dan limbah cair domestik yang aman, yaitu desa/kelurahan yang telah mencapai perubahan perilaku kolektif terkait seluruh Pilar 1-5 STBM, artinya Kondisi Sanitasi Total.
BAB II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan kebutuhan sanitasi, serta peningkatan penyediaan sanitasi serta pengembangan inovasi sesuai dengan konteks wilayah.
BAB III. TATALAKSANA Proses pemicuan dilakukan satu kali dalam periode tertenti,dengan lamawaktu pemicuan antara 1-3 jam, hal ini untuk menghindari informasi yang terlalu banyak dan dapat membuat bingung masyarakat.pemicuan dilakukan berulang sampai sejumlah orang terpicu,orang yang telah terpicu adalah orang yang tergerak denga spontan dan meyatakan untuk merubah perilaku.biasanya sang pelopor ini disebut dengan natural Leader.
1. Pengantar Pertemuan a.
Memperkenalkan diri serta semua anggota tim dan membangun hubungan dengan masyarakat yang akan dipicu.
b.
Menjelaskan tujuan keberadaan kader dan atau fasilitator.tujuannya adalah untuk belajar tentang kebiasaan masyarakt yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
c.
Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan dengan jujur.
d.
Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau dasilitator bukan untuk memberikan bantuan dalam bentuk apapun(uang,semen,da, lain- lain), melainkan untuk belajar
2. Pencairan Suasana a. Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat akan terbuka untuk menceritakan apa yang aterjadi di kampung tersebut. b. Pencairan suasana bisa dilakukan dengan permainan yang menghibur, mudah dilakukan oleh masyarakat,melibatkan banyak orang.
3. Indentifikasi Istilah Terkait Sanitasi a. Fasilitator dan/atau kader dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya “siapa yang melihat atau mencium kotoran manusia pada hari ini?”, “Siapa saja yang BAB di tempat terbuka pada hari ini?”.
b. Setelah itu sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran manusia Dengan Bahasa Setempat yang kasar, misal “Berak” untuk BAB dan “Tai” untuk kotoran manusia. Gunakan kata- kata ini selama proses analisis
4. Pemetaan Sanitasi a. Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan sederhana yang dilakukan oleh msyarakat untuk menentukan lokasi rumah ,sumber daya yagn tersedia dan permasalahan sanitasi yang terjadi , serta untuk memicu terjadinya diskusi dan dilakukan diruangan terbuka yang cukup lapang. b. Menggunakan bahan – bahan yang tersedia dilokasi (daun,batang kayu, dan linlain) untuk membuat peta. c. Memulai perbuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa, lokasi pemicuan , lokasikebuan, sawah ,kali, lapangan, rumah penduduk (tandai mana yang punya dan yang tidak punya jamban, sarana cuci tangan , tempat pembuangan sampah, saluran limbah cair rumah d. tangga). e. Memberi tanda pada lokasi – lokasi biasanya digunakan untuk membuang tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat garis dari lokasi pembuangan ke rumah tanggan f. Melakukan diskusi tentang peta tersebut denga cara meminta peserta untuk berdiri berkelompok sesai deangan dusnun/RT. Minta mereka mendiskusikan dusun/RT mana yang paling kotor? Mana yang nomor 2 kotor dan seterusnya.catat hasil diskusikan dikertas dan bacakan. g. Memindahkan pemetaan lapangan tersebut kedalam kertas flipchart atau kertas karton, karena peta ini akan dipergunakan untuk memantau perkembangan perubahan perilaku masyarakat.
5. Penelusuran Wilayah (Transect Walk)
a. Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil melakukan pengamatan, bertanya dan mendengar. b. Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tanggan dan kungjungi rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan, tempat pembuangan sampah dan pembuangan limbah cair. c. Penting sekali untuk berhenti dilokasi pembuangan tinja, sampah, limbah cair rumah tangga dan luangkan waktu di tempat itu untuk berdiskusi.
6. Diskusi a. Alur kontaminasi -
Menayangkan gambar gambar yang menunjukan alur kontaminasi penyakit.
-
Tanyakan: apa yang terjadi jika lalat- lalat tersebut hinggap dimakanan anda? Dipiring anda? Diwajah anda dan di bibir anak kita?
-
Kemudian tanyakan : jadi apa yang kita makan bersama makanan kita?
-
Tanyakan : bagaimana perasaan anda yang telah saling memakan korotanya sebagai akibat dari BAB di Sembarangan tempat?
-
Fasilitator tidak boleh memebrikan komentar apapun, biarkan mereka berfikiran ingatan kembali hal ini ketika membuat rangkuman pada akhir proses analisis.
b. Simulasi Air yang Terkontaminasi -
Siapkan`2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang anggota masyarakat untuk minum air tersebut. Lanjutkan ke yang lainnya, sampai mereka yakin bahwa air tersebut memang layak minum.
-
Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja yang ada di sekitar kita, celupkan rambut ke air yang tadi dimunim oleh peserta.
-
Minta peserta yang minun air tadi untuk meminum kembali air yang telah dicelupkan rambut bertinja. Minta juga peserta lain untuk meminumnya, ajukan pertanyaan : Kenapak tidak ada yang berani minum?
-
Tanyakan berapa jumlaah kaki seeokor lalat dan beritahu mereka bahwa lalat mempunyai 6 kaki yang berbulu. Tenyakan : apakah lalat bisa mengangkut tinja lebih banyak dari rambut yng dicelupkan ke air tadi?
7. Menyusun Rencana Program Sanitasi a. Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah, dorong mereka untuk mengadakan pertemuan untuk membuat rencana aksi. b. Pada saat pemicuan, amati apakah ada orang- orang yang akan muncul menjadi natural leader. c. Mendoronga orang- orang tersebut untuk menjadi pimpinan kelompok,pemicu orang lain untuk mengubah perilaku. d. Tindak lanjut setelah pemicuan perupakan hal penting yang harus dilakukan , untuk menjamin keberlangsungan perubahan perilaku serta peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus menerus. e. Mendorong natural leader untuk bertanggung jwabb terhadap terlaksananya rencana aksi dan perubahan perilaku terus berlanjut. f. Setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM (minimal pilar b1), masyarakat di dorongan untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang papan pengumuman. g. Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali ke perilaku semula, masyarakat perlu membuat aturan lokal . contohnya denda bagi anggota masyarakat yang masih BAB di Tempat terbuka.
h. Mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan perilaku higiene dan sanitasi sampai tercapai sanitasi total.
BAB IV. D O K U M E N T A S I Adapun dokumentasi hasil pelaksanaan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dituangkan dalam sistim pendokumentasian sebagai berikut : 1.
Dokumen hasil identifikasi istilah sanitasi.
2.
Dokumen hasil pemetaan sanitasi.
3.
Dokumen hasil penelusuran wilayah (Transect Walk).
4.
Dokumen Hasil Diskusi.
5.
Dokumen Rencana Program Sanitasi.
6.
Dokumen laporan hasil pelaksanaan program sanitasi.
7.
Notulen.