Inkontinensia urin Pendahuluan
Inkontinensia urin merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia. Seperti halnya dengan keluhan pada suatu penyakit, bukan merupakan diagnosis, sehingga perlu dicari penyebabnya. Batasan inkontinensia adalah pengeluaran urin (atau feses) yang bervariasi jumlahnya tanpa disadari, dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga rnengakibat rnengakibatkan kan masalah gangguan kesehatan atau sosial. Inkontinensia Inkontinensia dapat merupakan merupakan faktor tunggal yang menyebabkan seorang lanjut usia dirawat, karena sudah tidak teratasi oleh penderita penderita sendiri sendiri maupun maupun keluargao keluargaorang rang yang merawatnya. !ebanyakan !ebanyakan penderita penderita menganggap inkontinensia urin adalah akibat yang wajar dari proses usia lanjut, dan tidak ada yang dapat dikerjakan dikerjakan kecuali kecuali dengan dengan tindakan tindakan pembedahan pembedahan dan umumnya umumnya orang tidak menyukai tindakan ini. "ada "ada wani wanita ta umum umumny nyaa inko inkont ntin inen ensi siaa meru merupa paka kan n inko inkont ntin inen ensi siaa stres stres,, artiny artinyaa kelu keluar arny nyaa urin urin sema semata ta#m #mata ata karen karenaa batu batuk, k, bers bersin in dan dan segal segalaa gerak gerakan an lain lain dan dan jaran jarang g ditemukan adanya inkontinensia desakan, dimana didapatkan keinginan miksi mendadak. !einginan ini demikian mendesaknya sehingga sebelum mencapai kamar kecil penderita telah telah membas membasahk ahkan an celanan celananya. ya. Sering Sering didapa didapati ti inkont inkontine inensi nsiaa stres stres dan desakan desakan secara secara bersamaan.$ Anamnesis
%namnesa %namnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi informasi yang yang diperol diperoleh eh dokter dokter dengan dengan cara menany menanyakan akan pertany pertanyaan aan tertent tertentu, u, dan pasien pasien dapat dapat memberikan jawaban yang sesuai. &ika tidak bisa mendapatkan anamnesis yang jelas dari pasien (autoanamnesa), kita bisa menanyakannya pada kerabat pasien yang tahu secara persis keadaan pasien (alloanamnesa). 'ari 'ari hasil hasil anamne anamnesa sa yang yang dilaku dilakukan kan,, kita kita bisa bisa mendap mendapatk atkan an beberap beberapaa inform informasi asi penting, yaitu $. "asie "asien n wani wanita ta * * tah tahun un +. !eluha !eluhan n utama utama tidak tidak dapat dapat menahan menahan kenc kencing ing . -iwaya -iwayatt peny penyakit akit sekaran sekarang g (-"S) (-"S)
1
a. aktor pemburuk nyeri sendi lutut sehingga sebelum sampai ke /0 sering ngompol dan batuk tertawa juga ngompol. 1. -iwayat pribadi dan sosial pasien tidak mau keluar rumah (malu). Diagnosis Banding
$. Inkontinensia Urine Tipe Urgensi. "engeluaran urin involunter yang disebabkan oleh dorongan dan keinginan mendadak untuk berkemih. 2al ini berkaitan dengan kontruksi detrusor secara involunter. "enyebabnya adalah gangguan neurologik (misalnya stroke, sklerosis multipel) serta infeksi saluran kemih.+ +. Inkontinensia Urine Tipe Stress. "engeluaran urin involunter selama batuk, bersin, tertawa, atau peningkatan tekanan intraabdomen lainnya. "aling la3im terjadi pada wanita setelah usia setengah baya.+ . Inkontinensia Urine Tipe Overflow. "engeluaran urin involunter akibat distensi kandung kemih yang berlebihan. 'apat disertai dengan kandung kemih yang kurang aktif, obstruksi jalan keluar kandung kemih (seperti tumor, hipertrofi prostat), obat# obatan (seperti diuretik) atau defisiensi vitamin B$+. + 4. Inkontinensia Urine Tipe Fungsional. Imobilitas, defisit kognitif atau daya kembang kandung kemih yang buruk. + Pemeriksaan Fisik
"emeriksaan fisik yang lengkap meliputi pemeriksaan abdomen, vaginal, pelvis, rektal dan penilaian neurologis. "ada pemeriksaan abdomen bisa didapatkan distensi kandung kemih. "emeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan demikian adalah cotton swab test, pad test, paper towel test dan stress testing . Cotton Swab Test biasanya digunakan untuk menilai mobilitas uretral pada wanita. "emeriksaan ini dilakukan dengan memasukan cotton swab lubrikasi steril ke dalam uretra hingga masuk ke kandung kemih. !emudian cotton swab ditarik hingga sekitar leher kandung kemih. /anita dengan keadaan lantai pelvis normal akan menunjukkan cotton swab yang membentuk sudut nol derajat dengan lantai rata. !emudian pasien diminta untuk mengkontraksikan ototnya seperti saat menahan pada saat ingin berkemih dan perubahan sudut yang diharapkan adalah kurang dari * derajat. %pabila lebih dari * derajat maka pemeriksan ini menunjukkan adanya hipermobilitas uretra yang merupakan salah satu penyebab inkontinensia urin. Pad Test biasanya dilakukan sebagai tes objektif untuk melihat apakah cairan yang keluar adalah benar urin biasanya menggunakan agen pewarna seperti phenl saliclate, 2
ben!oic acid, atropine sulfate, "ethlene blue dan agen lainnya dan pasiennya menggunakan bantalan seperti pampers kemudian melakukan aktivitas biasa dan kenaikan satu gram pada bantalan tersebut mengindikasikan adanya satu mililiter urin. 4est ini disebut negatif apabila perubahan beratnya kurang dari satu gram. Pad 4est tidak dilakukan pada wanita yang sedang dalam fase menstruasi. Paper Towel Test merupakan uji dengan hasil yang cepat dan sesuai dengan berapa banyak stress yang didapat hingga adanya urin yang keluar mengindikasikan inkontinensia urin. "asien diminta untuk batuk beberapa kali dengan menadahkan uretra ke arah tissue toilet dan terdapat tetesan pada tissue toilet tersebut. 5uas permukaan yang basah dapat dihitung dan dapat mengindikasikan volume urin yang keluar akibat stress yang didapat. Stress Testing merupakan uji paling sensitif yang merupakan uji pelvis dengan observasi langsung terhadap hilangnya urin dengan uji pemberian stress yakni batuk. 6ji ini dapat mengarah pada kesalahan apabila keadaan kandung kemih pasien sedang dalam keadaan kosong. "rinsipnya, kandung kemih pasien dimasukkan air steril kira#kira +7* hingga 7** m5 dan pasien diinstruksikan untuk batuk pada posisi litotomi. %pabila adanya urin yang keluar berarti pasien tersebut terkena kondisi inkontinensia urin. %pabila tidak maka dapat dilakukan pada posisi lain. %pabila hasil uji negatif pada pemeriksaan penunjang cystometrogram maka pasien tersebut dapat didiagnosa menderita inkontinensia urin. Pemeriksaan Penunjang
Inkontinensia urin bukanlah merupakan suatu kasus gawat darurat. Inkontinensia urin merupakan suatu keadaan abnormal. 4ergantung dari wujud urin yang keluar, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yakni urinalsis, urinar ctological studies, serta cek serum elektrolit, kalsium, blood urea nitrogen dan kadar glukosa urin. Urinalsis dapat berguna untuk menghapuskan diagnosis banding seperti urinar tract infection yang merupakan suatu reaksi inflamasi lokal yang dapat menyebabkan tidak terhambatnya kontraksi kandung kemih akibat endotoksin yang diproduksi oleh bakteri yang memiliki alpha#blocking effect pada sphincter uretra sehingga menurunkan tekanan intrauretra yang kemudian berujung pada inkontinensia urin. Urinar ctological studies merupakan pemeriksaan untuk memeriksa eksistensi dari karsinoma in situ pada kandung kemih yang dapat meningkatkan frekuensi dan urgensi dari rasa ingin berkemih dan pada hasilnya dapat ditemukan mikroskopik hematuria. Sedangkan uji cek serum blood urea nitrogen dan kadar glukosa dapat dilakukan terutama pada pasien
3
dengan diabetes atau poliurea dan polidipsia. Serta penurunan B68 dapat mengindikasikan adanya penurunan masa otot yang dapat mengganggu fungsi renal. "emeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan csto"etr yang biasanya dilakukan untuk mengevaluasi pengisian dan penyimpanan urin pada kandung kemih. Csto"etogra" merupakan suatu hasil dari csto"etr yang merupakan kurva dari tekananvolume intravesikal dengan cara pengisian kandung kemih dengan air steril atau karbon dioksida pada laju infusi konstan sambil memonitor perubahan tekanan intravesikal. "asien harus menahan setiap rasa ingin berkemihnya selama pemeriksaan berlangsung. !ontraksi muskulus detrusor yang melebihi $7 cm2 +9 dianggap kondisi abnormal. 'ata yang didapat pada grafik terdiri dari lima fase yakni sensasi propriosepsi, sensasi merasa kandung kemih penuh, sensasi ingin berkemih, munculnya kontraksi muskulus detrusor volunter dan kemampuan untuk menghentikan kontraksi muskulus detrusor. !ondisi negatif dapat merupakan salah satu indikasi adanya inkontinensia urine. "ada pasien penderita inkontinensia urin terdapat 1 faktor yang dipercaya dapat membantu diagnosis dari inkontinensia urin yakni diketahuinya pernah mengalami gangguan miksi saat mendapatkan stress pada masa lalu, postvoid residual volu"e tidak melebihi 7* m5, hasil positif pada cough stress test dan kapasitas fungsional kandung kemih mencapai 1** m5. $7: pasien dengan inkontinensia urin hidup dengan muskulus detrusor yang tidak stabil. %namnesis merupakan suatu hal yang wajib dilakukan walaupun anamnesis bukanlah suatu hal utama yang adekuat untuk menentukan basis terapi inkontinensia urin, seperti *.;$ untuk nilai sensitifitas dari inkontinensia urin tipe stress, tetapi hanya memiliki *.7$ poin pada spesifitas dari inkontinensia urin tipe stress. Working Diagnosis
'ari hasil anamnesa, pasien wanita * tahun tersebut mengalami miksi involunter sebelum sampai ke /0 karena pasien tidak dapat berjalan dengan cepat akibat nyeri sendi lutut yang dideritanya. "asien juga aka dapat dibuatkan working diagnosis bahwa pasien mengidap Inkontinensia Urin Tipe Mixed et ausa !tress dan Urgensi . "tiologi
"enyebab dari Inkontinensia 6rin seperti pada kasus dapat terjadi akibat beberapa hal. "ada wanita, penyebab umum terjadinya Inkontinensia urin adalah lemahnya sokongan dari pelvis. /anita dapat kehilangan support dari pelvis setelah melahirkan, operasi, ataupun 4
penyakit yang dapat melemahkan kekuatan jaringan atau juga setelah kehilangan esterogen postmenopausal. %tau sebab yang kurang ditemui seperti defisiensi kekuatan sphincter intrinsic utethra yang dapat terjadi karena proses penuaan, trauma pelvis, atau operasi seperti histerektomi, urethrope?y atau pubovaginal sling. 1 "enuaan dapat menyebabkan inkontinensia akibat adanya pelemahan kekuatan jaringan ikat, hipoesterogisme, peningkatan gangguan medis, peningkatan diuresis malam hari. 9besitas, melahirkan, dan merokok dapat menyebabkan inkontinensia, bersama dengan aktivitas musculus detrusor yang berlebihan yang masih belum diketahui sebabnya. 1 "pidemiologi
"erempuan lebih sering mengalami inkontinensia urin daripada laki#laki dengan perbandingan $,7 $. Survei yang dilakukan di "oliklinik @eriatri -S6"8 'r. 0ipto >angunkusumo (+**) terhadap $; pasien geriatri didapatkan angka kejadian inkontinensia urin stres pada laki#laki sebesar +*,7: dan pada perempuan sebesar +,7 :. 7 "enelitian lain yang dilakukan oleh 'iokno dkk, pada perempuan usia lanjut di atas A* tahun mendapatkan dari $$7* subyek yang dipilih secara random, 11 orang diantaranya mengalami inkontinensia urin. 'ari mereka yang mengalami inkontinensia urin 77,7: merupakan inkontinensia urin tipe campuran, +A,: merupakan inkontinensia urin tipe stres saja, ;: dengan inkontinensia urin tipe urgensi saja, dan ,: dengan diagnosis lain. 7 Pato#isiologis
"roses berkemih normal melibatkan mekanisme dikendalikan dan tanpa kendali, sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul berada di bawah kontrol volunter dan disuplai oleh saraf pudendal, sedangkan otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra internal berada di bawah kontrol sistem saraf otonom (tidak sadar), yang mungkin dimodulasi oleh korteks otak.7 Secara garis besar, proses berkemih diatur oleh pusat refleks kemih di daerah sakrum. &aras aferen lewat persarafan somatik dan otonom, membawa informasi ke medula spinalis sesuai pengisian kandung kemih. 4onus simpatik yang dipicu oleh noradrenalin menyebabkan tonus parasimpatik terhambat, kontraksi sfingter (penutupan kandung kemih), dan relaksasi otot detrusor, sehingga tidak terjadi proses miksi. Sebaliknya, ketika berkemih berlangsung, tonus simpatik menurun dan peningkatan rangsang parasimpatik mengakibatkan kontraksi kandung kemih. Semua proses ini berlangsung di bawah koordinasi dari pusat yang lebih 5
tinggi pada batang otak, otak kecil dan korteks serebri. "roses patologik yang mengenai pusat#pusat ini misalnya stroke, sindroma "arkinson, demensia dapat menyebabkan inkontinensia.7 Bila kandung kemih makin terisi dengan urin, sensasi syaraf diteruskan lewat persyarafan pelvis dan medulla spinalis ke pusat#pusat sub#kortikal dan kortikal. "usat sub# kortikal di ganglia basalis pada serebellum memerintahkan kandung kemih untuk relaksasiC dengan demikian proses pengisian berlanjut tanpa orang mengalami sensasi untuk berkemih. Bila proses pengisian berlanjut, perasaan regangan kandung kemih mencapai pusat kesadaran, dan pusat kortikal (pada lobus frontal) bekerja menghambat pengeluaran urin. @angguan pada pusat#pusat di kortikal atau sub#kortikal ini akibat penyakit atau obat#obatan dapat menurunkan kemampuan untuk menunda berkemih. 7 Bila dikehendaki untuk berkemih, rangsang dari kortikal diteruskan lewat medulla spinalis dan persyarafan pelvis ke otot#otot detrusor. !erja kolinergik dari persyarafan pelvis mengakibatkan kontraksi dari otot#otot detrusor. @angguan pada aktivitas kolinergik dari persyarafan pelvis ini berakibat penurunan kontraktilitas otot#otot detrusor. 9tot#otot ini juga mempunyai
reseptor
untuk
prostaglandin,
sehingga
obat#obat
yang
menghambat
prostaglandin dapat mengganggu kerja detrusor. !ontraksi kandung kemih juga tergantung pada kerja ion kalsium, sehingga penghambat kalsium juga dapat mengganggu kontraksi kandung kemih. 7 Inervasi dari sfingter interna dan eksterna juga kompleks. %ktivitas alfa adrenergik menyebabkan sfingter urethra berkontraksi. !arenanya obat#obat yang bersifat alfa adrenergik agonis, misalnya pseudoefedrin, dapat memperkuat kontraksi sfingter. Sedangkan obat#obat penghambat alfa misalnya tera3o3in dapat mengganggu penutupan sfingter. Inervasi beta adrenergik menyebabkan relaksasi sfingter urethra dan mengakibatkan kegagalan aktivitas kontraksi dari obat#obat alfa adrenergik.7 !omponen lain dari mekanisme sfingter adalah hubungan anatomik antara urethra dengan kandung kemih dan rongga perut. >ekanisme sfingter yang terkendali membutuhkan sudut yang tepat antara urethra dan kandung kemih. ungsi sfingter yang normal juga tergantung dari posisi yang tepat dari urethra, sehingga peningkatan tekanan intra#abdominal dapat secara efektif diteruskan ke urethra. Bila urethra dalam posisi yang tepat, urin tidak akan keluar dengan mengejan, batuk, dan lain#lain gerakan yang meningkatkan tekanan dalam perut.7 6
Secara umum, dengan bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih menurun. Sisa urin dalam kandung kemih, setiap selesai berkemih, cenderung meningkat dan kontraksi otot#otot kandung kemih yang tidak teratur makin sering terjadi. !ontraksi#kontraksi involunter ini ditemukan pada 1*#7: orang lanjut usia yang mengalarni inkontinensia. "ada wanita, menjadi lanjut usia juga berakibat menurunnya tahanan pada uretra dan rnuara kandung kemih. Ini berkenaan dengan berkurangnya kadar estrogen dan melemahnya jaringan otot#otot panggul karena proses melahirkan. >enurunnya pengaruh dari estrogen pada lanjut usia, juga dapat menyebabkan vaginitis atropi dan urethritis sehingga terjadi keluhan#keluhan disuri misalnya polakisuri dan dapat mencetuskan inkontinensia. "ada pria, pembesaran kelenjar prostat pada saat lanjut usia, mempunyai potensi untuk menyebabkan inkontinensia. Penatalaksanaan
a. 8on farmakologis 4erapi non farmakologis meliputi terapi suportif non spesifik (edukasi, manipulasi lingkungan, pakaian dan pads tertentu) dan intervensi tingkah laku (latihan otot dasar panggul, latihan kandung kemih, penjadwalan berkemih, latihan kebiasaan.) # $ladder training . 4erapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih hanya A# kali per hari atau #1 jam sekali. "asien diinstruksikan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula#mula setiap jam, selanjutnya interval berkemih diperpanjang secara bertahap sampai pasien ingin berkemih setiap +# jam. 4eknik ini terbukti bermanfaat pada inkontinensia urgensi dan stres, namun untuk itu diperlukan motivasi yang kuat dari pasien untuk berlatih menahan keluarnya urin dan hanya berkemih pada interval #
waktu tertentu saja.7 5atihan otot dasar panggul. 4erapi ini efektif untuk inkontinensia campuran. 5atihan dilakukan #7 kali sehari dengan $7 kontraksi dan menahan hingga $* detik. 5atihan dilakukan dengan melakukan kontraksi berulang#ulang pada otot dasar panggul. 'engan memperkuat otot tersebut, latihan ini diharapkan dapat meningkatkan kekuatan uretra untuk menutup secara sempurna. Sebelum pasien menjalani latihan, harus dilakukan lebih dahulu pemeriksaan vagina atau rektum untuk menetapkan
#
apakah mereka dapat mengkontraksikan otot dasar panggulnya. 7 %abit training memerlukan penjadwalan berkemih sesuai dengan jadwal berkemih pasien sendiri. 4eknik ini sebaiknya digunakan pada inkontinensia urin tipe fungsional dan membutuhkan keterlibatan petugas kesehatan atau pengasuh pasien. 7
#
$iofeedback therap merupakan terapi yang bertujuan agar pasien mampu
mengontrol kontraksi involunter otot detrusor kandung kemihnya. 7 b. armakologis 4erapi farmakologis telah dibuktikan mempunyai efek yang baik terhadap inkontinensia urin tipe urgen dan stres. 9bat#obat yang dipergunakan dapat digolongkan menjadi antikolinergik, antispasmodik, agonis adrenergik D, dan estrogen tropikal. # &nticholinergic &gents. >erupakan obat kelas pertama pada wanita yang menderita inkontinensia urin tipe urgensi. 9bat#obatan golongan ini menghalangi pengikatan asetilkolin kepada reseptor kolinergik sehingga menekan kontraksi kandung kemih involunter.
'icyclomine
2ydrochloride
merupakan
obat
golongan
%gen
%ntikolinergik sebagai relaksan otot polos dan masih diterima untuk pemberian kepada wanita hamil. "emberian obat ini dapat menurunkan kemampuan pasien #
untuk mengemudi dan aktivitas berbahaya lain. 7 &ntispas"odic 'rugs. >erupakan obat#obatan yang bekerja sebagai relaksan otot polos kandung kemih dengan mengerahkan aksi spasmolitik ke otot polos kandung kemih yang mengakibatkan meningkatnya kapasitas kandung kemih dan cukup efektif untuk terapi farmakologis inkontinensia urin tipe urgensi. 9?y#butynin 0hloride merupakan obat yang paling umum digunakan. >erupakan obat golongan antispasmodik
dengan
mekanisme
mengerahkan
efek
antispasmodik
dan
antimuskarinik ke otot polos sehingga menunda keiningan untuk berkemih, meningkatkan kapasitas kandung kemih, dan menurunkan kontraksi involunter #
sehingga menurunkan frekuensi dan keinginan berkemih. &gonists &lpha#&drenergic. 9bat golongan ini meningkatkan resistensi sphincter urethra interna untuk berelaksasi, sehingga sphincter urethra tetap berkontraksi menyebabkan penurunan frekuensi inkontinensia tipe stress. 0ontoh obat golongan ini adalah "seudoephedrine 2ydrochloride. 9bat ini merupakan obat golongan 'ekongestan Sistemik yang merupakan agonis alfa#adrenergik dengan dosis A*mg bertahan selama A hari dan $+*mg bertahan selama $+ hari. "enggunaan pada wanita
hamil belum diketahui efeknya. c. "embedahan 4indakan operasi dilakukan pada wanita dengan inkontinensia tipe stres yang tidak membaik dengan penanganan konservatif harus dilakukan upaya operatif. 4indakan pembedahan yang paling sering dilakukan adalah ileosistoplasti dan miektomi detrusor. "embedahan yang dilakukan untuk inkontinensia tipe stres adalah
in(ectable
intraurethral bulking agents, urethral slings, artificial urinar sphincters dan suspensi
8
leher kandung kemih. Sedangkan untuk tipe urgensi adalah aug"entation cstoplas dan juga stimulasi elektrik.7 d. !ateterisasi 6ntuk beberapa pertimbangan, misalnya memantau produksi urin dan keperluan mengukur balans cairan, hal ini masih dapat diterima. 4etapi sering alasan pemasangan kateter ini tidak jelas, dan mengundang risiko untuk terjadinya komplikasi, umumnya adalah infeksi. %da tiga macam cara kateterisasi pada inkontinensia urin $. $ateterisasi luar 4erutama pada pria dengan memakai sistim kateter#kondom. Efek samping yang terutama adalah iritasi pada kulit, dan sering lepas. 4etapi ada laporan yang menunjukkan insidens infeksi saluran kemih meningkat dengan kateterisasi macam ini. >etode ini hanya dianjurkan pada pria yang tidak menderita retensio urin dan mobilitasnya masih cukup baik. !ateter eksternal semacam ini manfaatnya masih belum memuaskan pada wanita. +. $ateterisasi intermiten !ateterisasi ini terutama pada wanita lanjut usia yang menderita inkontinensia. rekuensi pemasangannya + # 1 ? sehari, dengan sangat memperhatikan sterilitas dan teknik prosedurnya . $ateterisasi seara menetap )chronic indwelling catheter*+ !ateter jenis ini paling sering digunakan. "enggunaannya harus benar#benar dibatasi pada indikasi yang tepat. >isalnya untuk ulkus dekubitus yang terganggu penyembuhannya karena adanya inkontinensia urin ini. !omplikasinya disamping infeksi, juga mungkin menyebabkan batu kandung kemih, abses ginjal dan bahkan proses dari keganasan dari saluran kemih. $omplikasi %
Infeksi saluran kemih& risiko infeksi saluran kemih lebih tinggi pada penderita inkontinensia urin. 'apat juga terjadi pada pemasangan kateter. 7
%
!elainan kulit luka, ruam, atau infeksi kulit mungkin terjadi karena kulit menjadi basah sepanjang waktu. "emasangan pampers juga dapat menimbulkan masalah seperti alergi.
%
"roblem psikososial problem ini dapat terjadi karena inkontinensia urin dapat mengubah aktivitas yang biasa dilakukan (contohnya berhenti olahraga, hanya mau pergi ke tempat yang sudah diketahui lokasi toiletnya), kehidupan sosial dan pekerjaan. 7
%
'ehidrasi %da kecenderungan untuk mengurangi minum dengan harapan mengurangi juga kemungkinan inkontinensianya. 2al ini selain mengganggu keseimbangan cairan
9
yang sudah cenderung negatif pada lanjut usia, juga dapat mengakibatkan menurunnya kapasitas kandung kemih, dan selanjutnya akan memperberat keluhan inkontinensianya. 7 Pre'enti# (. !ombinasi 4eknik "erilaku dan !egel E?ercise (kegel e?ercise bertujuan untuk
memperkuat otot dasar panggul. 'itemukan oleh dr.%rnold !egel, seorang spesialis 9B@F8 untuk menyembuhkan pasien yang menderita inkontinensia urin). A ). "erhatikan jumlah air yang diminum 'ehidrasi dapat menyebabkan konsumsi air yang
berlebih, maka minumlah air secara teratur untuk menghindarinya. Selain itu, hindari minum alkohol dan kafein, selain bersifat diuretik, dapat melemahkan otot pengatur miksi.A *. &aga !esehatan >erokok dapat meningkatkan risiko inkontinensia urin. !onsumsi cukup
serat, karena konstipasi dapat memperburuk inkontinensia urin. !urangi berat badan jika terjadi obesitas, penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan pada otot detrusor kantung kemih. A Prognosis
"rognosis baik. "enderita lanjut usia dengan inkontinensia banyak yang dapat diobati, terutama yang mempunyai mobilitas dan fungsi mental cukup baik. Bila tidak dapat diobati sempurna, inkontinensia selalu dapat diupayakan lebih ringan. A "ada Inkontinensi tipe stress dengan terapi alpha#agonist keadaan dapat membaik sekitar $;#1:, dengan terapi dan operasi dapat membaik sekitar :. Sedangkan pada Inkontinensi tipe urgensi, keadaan dapat membaik sekitar 7: dengan pelatihan kandung kemih dan 11: dengan obat golongan antikolinergik.
$esimpulan
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan kencing. 'engan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik, kita dapat menentukan diagnosis yang tepat terhadap pasien.
10
"ada kasus skenario di atas, didapatkan diagnosa pasien tersebut menderita penyakit inkontinensia urin tipe mi?ed et causa stres dan urgensi. 'engan penatalaksanaan yang sesuai dengan faktor penyebab, maka prognosisnya akan baik. Da#tar Pustaka (. %ndrianto ". 6rologi untuk praktek umum. &akarta E@0. +**. +. @raber, >ark %. Buku saku dokter keluarga. Edisi ke#. &akarta E@0. +**A. . @leadle &. @ejala saluran kemih. 'alam %t a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik.
&akarta "enerbit Erlangga. +**. 1. @eri >. 9bstetri G ginekologi panduan praktik. Edisi ke#+. &akarta E@0. +**;. 7. Setiati S, "ramantara '". Inkontinensia urin dan kandung kemih hiperaktif. 'alam Sudoyo %/, Setiyohadi B, %lwi I, Simandibrata >, Setiadi S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke#7. &akarta Interna "ublishing. +**;. 6.
"ranarka !. Inkontinensia. 'alam >artono 2, "ranarka !. @eriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). &akarta Balai "enerbit !6I. +**;.
11