2.1
Definisi Gagal Nafas
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran antara atmosfer dan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal Pada gagal nafas, terjadi kegegalan sistem pulmoner untuk memenuhi kebutuhan eliminasi CO 2 dan oksigenasi darah. Gagal napas terjadi bila: 1. PO 2 arterial !PaO2 " #$ mm%g, atau 2. PCO 2 arterial !PaCO 2 & '( mm%g , ke)uali ke)uali apabila apabila peningkatan peningkatan PCO2 disebabkan disebabkan oleh kompensasi kompensasi dari alkalosis alkalosis metabolik. metabolik. *e)ara umum gagal nafas dibedakan menjadi gagal nafas tipe hiperkapnia dan gagal nafas tipe hipoksemia. Pasien Pasien dengan dengan gagal gagal nafas nafas hiperk hiperkapn apnia ia mempun mempunyai yai kadar kadar PCO2arterial arterial !PaCO2 yang abnormal abnormal tinggi. tinggi. !PaCO2& '( mm%g. *edangkan pada gagal nafas hipoksemia didapatkan PO 2 arterial !PaO2 yang rendah !PaO 2" #$ mm%g dengan PaCO 2 yang normal atau rendah. 2.2
Etiologi Gagal Nafas Penyebab gagal napas dapat digolongkan sesuai kelainan primernya dan komponen sistem pernapasan. Gagal nafas dapat diakibatkan kelainan pada paru, jantung, dinding dada, otot pernapasan, atau mekanisme pengendalian sentral +entilasi di medula oblongata. Pasien dengan gagal nafas tipe hipoksemia sering disebabkan oleh kelainan yang mempengaruhi parenkim paru meliputi jalan nafas, ruang al+eolar, intersisiel, dan sirkulasi pulmoner. pulmoner. Perubahan hubungan anatomis dan fisiologis antara udara di al+eolus dan darah di kapiler paru dapat menyebabkan gagal nafas tipe hipoksemia. Contoh penyakitnya antara lain : Penumonia bakterial, pneumonia +iral, aspirasi isi lambung, *, emboli paru, asma, dan penyakit paru intersisial. *edangkan pada gagal nafas tipe hiperkapnia sering disebabkan oleh kelainan yang mempengaruhi komponen non-paru dari sistem pernafasan yaitu dinding dada, otot pernafasan, atau batang otak. Penyebabnya antara lain kelemahan otot pernafasan, penyakit **P yang menganggu sistem +entilasi, atau kondisi yang mempengaruhi bentuk atau ukuran dinding dada seperti kifoskloiosis. 2.3 Patofisologi Gagal Nafas Gagal nafas dapat disebabkan oleh kelainan intrapulmoner maupun ekstrapulmoner. /elainan intrapulmoner meli melipu puti ti kela kelain inan an pada pada salu salura ran n nafa nafass ba0a ba0ah, h, sirku sirkula lasi si pulm pulmon oner er,, jari jaring ngan an inte interst rstit itial ial dan dan daer daerah ah kapi kapiler ler al+eolar.*edangkan ekstrapulmoner berupa kelainan pada pusat nafas, neuromuskular, pleura maupun saluran nafas atas. Pema Pemaha haman man meng mengen enai ai pato patofi fisio siolo logi gi gaga gagall nafa nafass meru merupa paka kan n hal hal yang yang sang sangat at pent pentin ing g di dala dalam m hal hal penatalaksanaannya nanti.*e)ara nanti. *e)ara umum terdapat ' dasar mekanisme gangguan pertukaran gas pada sistem respirasi, yaitu : 1. %ipo %ipo+ +enti entila lasi si 2. igh ightt to lef leftt shun shuntin ting g of blo blood od . Gang Ganggu guan an difus ifusii '. entilation3p entilation3perfus erfusion ion mismat)h, mismat)h, 34 mismat)h. mismat)h. ari ari keempa keempatt mekani mekanisme sme di atas, atas, kelain kelainan an e5trap e5trapulm ulmone onerr menyeb menyebabk abkan an hipo+e hipo+enti ntilas lasii sedang sedangkan kan kelain kelainan an intrapulmoner dapat meliputi seluruh mekanisme tersebut. 2.3 2.3.1
Gaga Gagall Naf Nafa as tip tipee hip hipok okse sem mia 6stilah hipoksemia menunjukkan PO 2 yang rendah di dalam darah arteri !PaO 2 dan dapat digunakan untuk menunjukka menunjukkan n PO2 pada kapiler, +ena dan kapiler paru. 6stilah tersebut juga dipakai untuk menekankan rendahnya kadar O2 darah atau berkurangnya saturasi oksigen di dalam hemoglobin. %ipoksemia %ipoksemia berat akan menyebabkan menyebabkan hipoksia.%ip hipoksia.%ipoksia oksia berarti penurunan penurunan penyampaian penyampaian (delivery) O2 ke jaringan atau efek dari penurunan penyampaian O 2 ke jaring jaringan. an.%ip %ipoks oksia ia dapat dapat pula pula terjad terjadii akibat akibat penuru penurunan nan penyampaian O 2 karena faktor rendahnya )urah jantung, anemia, syok septik atau kera)unan karbon monoksida, dimana PaO2 dapat meningkat atau normal.
2.3.1. 2.3.1.1 1
Patof Patofiso isolog logii Gagal Gagal Nafas Nafas Hipokse Hipoksemia mia.. 7ekanisme fisiologi hipoksemia dibagi dalam dua golongan utama, yaitu berkurangnya PO 2 al+eolar dan meningkatnya pengaruh )ampuran darah +ena (venous admixture). 8ika admixture). 8ika darah +ena yang bersaturasi rendah kembali ke paru, dan tidak mendapatkan oksigen selama perjalanan di pembuluh darah paru, maka darah yang keluar di arteri akan memiliki kandungan oksigen dan tekanan parsial oksigen yang sama dengan darah +ena sistemik. PO 2 darah +ena sistemik !PO2 menentukan batas ba0ah PaO 2. 9ila semua darah +ena yang bersaturasi rendah melalui sirkulasi paru dan men)ap men)apai ai keseim keseimban bangan gan dengan dengan gas di rongga rongga al+eol al+eolar ar,, maka maka PO 2 PO PO2. 7aka 7aka PO 2 al+eolar al+eolar !PO !PO2 menentukan batas atas PO 2 arteri.*emua nilai PO 2 berada diantara PO2 dan PO2.
a. Penurunan PO2l+eolar ;ekanan total di ruang al+eolar ialah jumlah dari PO 2, PCO2, P%2O, dan P<2. 9ila P%2O dan P<2 tidak berubah bermakna, setiap peningkatan pada PCO 2 akan menyebabkan penurunan PaO 2. %ipo+entilasi al+eolar menyebabkan penurunan PO 2, yang menimbulkan penurunan PaO 2 bila darah arteri dalam keseimbangan dengan gas di ruang al+eolus. Persamaan gas al+eolar, bila disederhanakan menunjukkan hubungan antara PO 2 dan PCO2 al+eolar: PO2 =iO2 5 P9 - P CO2
=iO2 adalah fraksi oksigen dari udara inspirasi.P9 ialah tekanan barometri), dan ialah rasio pertukaran udara pernapasan, menunjukkan rasio steady-state CO2 memasuki dan O2 meninggalkan ruang al+eolar.alam praktek, PCO2 arteri digunakan sebagai nilai perkiraan PCO 2 al+eolar !PaCO2.PO2 berkurang bila PCO 2 meningkat.8adi, hipo+entilasi al+eolar menyebabkan hipoksemia !berkurangnya PaO2. Persamaan gas al+eolar juga mengindikasikan bah0a hipoksemia akan terjadi jika tekanan barometri) total berkurang, seperti pada ketinggian, atau bila =iO 2 rendah !seperti saat seseorang menghisap )ampuran gas dimana sebagian oksigen digantikan gas lain. %al ini juga akibat penurunan PO 2.Pada hipoksemia, yang terjadi hanya karena penurunan PaO 2.Perbedaan PO2 al+eolar - arteri adalah normal pada hipoksemia karena hipo+entilasi.
b. Pen)ampuran ena (Venous Admixture) 7eningkatnya jumlah darah +ena yang mengalami deoksigenasi, yang men)apai arteri tanpa teroksigenasi lengkap oleh paparan gas al+eolar.Perbedaan PO 2 al+eolar arterial meningkat dalam keadaan hipoksemia karena peningkatan pen)ampuran darah +ena. alam pernapasan udara ruangan, perbedaan PO2 al+eolar arterial normalnya sekitar 1$ dan 2$ mm%g, meningkat dengan usia dan saat subyek berada pada posisi tegak. %ipoksemia terjadi karena salah satu penyebab meningkatnya pen)ampuran +ena, yang dikenal sebagai pirau kanan ke kiri !right-to-left-shunt).*ebagian darah +ena sistemik tidak melalui al+eolus, ber)ampur dengan darah yang berasal dari paru, akibatnya adalah per)ampuran arterial dari darah +ena sistemik dan darah kapiler paru dengan PO 2 diantara PO2 dan PO2. Pirau kanan ke kiri dapat terjadi karena: 1. /olaps lengkap atau atelektasis salah satu paru atau lobus sedangkan aliran darah dipertahankan. 2. Penyakit jantung )ongenital dengan defek septum. . *, dimana dapat terjadi edema paru yang berat, atelektasis lokal, atau kolaps al+eolar sehingga terjadi pirau kanan ke kiri yang berat. Petanda terjadinya pirau kanan ke kiri ialah: 1. %ipoksemia berat dalam pernapasan udara ruangan. 2. %anya sedikit peningkatan PaO 2 jika diberikan tambahan oksigen. . ibutuhkan =iO 2 & $,# untuk men)apai PaO2 yang diinginkan. '. PaO 2 " (($ mm%g saat mendapat O 2 1$$>. 8ika PaO 2 " (($ mm%g saat bernapas dengan O 2 1$$> maka dikatakan terjadi pirau kanan ke kiri.
c. /etidakseimbangan entilasi-Perfusi !ventilation-perfusion mismatching = V/Q mismatching) 7erupakan penyebab hipoksemia tersering, terjadi ketidaksesuaian +entilasi-perfusi./etidaksesuaian ini bukan disebabkan karena darah +ena tidak melintasi daerah paru yang mendapat +entilasi seperti yang terjadi pada pirau kanan ke kiri.*ebaliknya beberapa area di paru mendapat +entilasi yang kurang dibandingkan banyaknya aliran darah yang menuju ke area-area tersebut. isisi lain, beberapa area paru yang lain mendapat +entilasi berlebih dibandingkan aliran darah regional yang relati+e sedikit. 1
arah yang melalui kapiler paru di area yang hipo+entilasi relatif, akan kurang mendapat oksigen dibandingkan keadaan normal. %al tersebut menimbulkan hipoksemia darah arteri.?fek ketidaksesuaian 34 terhadap pertukaran gas antara kapiler-al+eolus seringkali kompleks. Contoh dari penyakit paru yang merubah distribusi +entilasi atau aliran darah sehingga terjadi ketidaksesuaian 34 adalah: sma dan penyakit paru obstruktif kronik lain, dimana +ariasi pada resistensi jalan napas )enderung mendistribusikan +entilasi se)ara tidak rata. Penyakit +as)ular paru seperti tromboemboli paru, dimana distribusi perfusi berubah. Petunjuk akan adanya ketidaksesuaian 34 adalah PaO 2 dapat dinaikkan ke nilai yang dapat ditoleransi se)ara mudah dengan pemberian oksigen tambahan.
d. /eterbatasan ifusi (diffusion limitation) /eterbatasan difusi O2 merupakan penyebab hipoksemia yang jarang.asar mekanisme ini sering tidak dimengerti.alam keadaan normal, terdapat 0aktu yang lebih dari )ukup bagi darah +ena yang melintasi kedua paru untuk mendapatkan keseimbangan gas dengan al+eolus.@alaupun jarang, dapat terjadi darah kapiler paru mengalir terlalu )epat sehingga tidak )ukup 0aktu bagi PO 2 kapiler paru untuk mengalami kesetimbangan dengan PO 2 al+eolus. /eterbatasan difusi akan menyebabkan hipoksemia bila PO 2 sangat rendah sehingga difusi oksigen melalui membrane al+eolar-kapiler melambat atau jika 0aktu transit darah kapiler paru sangat pendek. 9eberapa keadaan dimana keterbatasan difusi untuk transfer oksigen dianggap sebagai penyebab utama hipoksemia ialah: penyakit +askuler paruA pulmonary alveolar proteinosis, keadaan dimana ruang al+eolar diisi )airan mengandung protein dan lipid. 2.3.1.2
Manifestasi Klinis Gagal Nafas Hipoksemia
7anifestasi gagal napas hipoksemik merupakan kombinasi dari gambaran hipoksemia arterial dan hipoksemia jaringan.%ipoksemia arterial meningkatkan +entilasi melalui stimulus kemoreseptor glomus karotikus, diikuti dispnea, takipnea, hiperpnea, dan biasanya hiper+entilasi. erajat respon +entilasi tergantung kemampuan mendeteksi hipoksemia dan kemampuan sistem pernapasan untuk merespon.Pada pasien yang fungsi glomus karotikusnya terganggu maka tidak ada respon +entilasi terhadap hipoksemia.7ungkin didapatkan sianosis, terutama di ekstremitas distal, tetapi juga didapatkan pada daerah sentral di sekitar membrane mukosa dan bibir.erajat sianosis tergantung pada konsentrasi hemoglobin dan keadaan perfusi pasien. 7anifestasi lain dari hipoksemia adalah akibat pasokan oksigen ke jaringan yang tidak men)ukupi atau hipoksia. %ipoksia menyebabkan pergeseran metabolisme ke arah anaerobik disertai pembentukan asam laktat. Peningkatan kadar asam laktat di darah selanjutnya akan merangsang +entilasi. %ipoksia dini yang ringan dapat menyebabkan gangguan mental, terutama untuk pekerjaan kompleks dan berpikir abstrak.%ipoksia yang lebih berat dapat menyebabkan perubahan status mental yang lebih lanjut, seperti somnolen, koma, kejang dan kerusakan otak hipoksik permanen.kti+itas sistem saraf simpatis meningkat.*ehingga menyebabkan terjadinya takikardi, diaphoresis dan +asokonstriksi sistemik, diikuti hipertensi.%ipoksia yang lebih berat lagi, dapat menyebabkan bradikardia, +asodilatasi, dan hipotensi, serta menimbulkan iskemia miokard, infark, aritmia dan gagal jantung. 7anifestasi gagal napas hipoksemik akan lebih buruk jika ada gangguan hantaran oksigen ke jaringan (tissue oxygen delivery). Pasien dengan )urah jantung yang berkurang, anemia, atau kelainan sirkulasi akan mengalami hipoksia jaringan global dan regional pada hipoksemia yang lebih dini. 7isalnya pada pasien syok hipo+olemik yang menunjukkan tanda-tanda asidosis laktat pada hipoksemia arterial ringan.
2.3.1 2.3.1.1
Gagal Nafas Tipe Hiperkapnia Patofisiologi Gagal Nafas Hiperkapnia
Gagal nafas tipe hiperkapnia adalah kegagalan tubuh untuk mengeluarkan CO 2, pada umumnya disebabkan oleh kegagalan +entilasi yang ditandai dengan retensi CO 2 !peningkatan PaCO 2 atau hiperkapnea disertai dengan penurunan p% yang abnormal. /egagalan +entilasi biasanya disebabkan oleh hipo+entilasi karena kelainan ekstrapulmoner. %iperkapnik yang terjadi karena kelainan e5trapulmoner dapat disebabkan karena penekanan dorongan pernapasan sentral atau gangguan pada respon +entilasi. 2
Gagal nafas hiperkapnia terutama disebabkan oleh hipo+entilasi el+eolar. /egagalan +entilasi dapat terjadi bila PaCO2 meninggi dan p% kurang dari B,(. /egagalan +entilasi terjadi bila minut +entilationD berkurang se)ara tidak 0ajar atau bila tidak dapat meningkat dalam usaha memberikan kompensasi bagi peningkatan produksi CO 2 atau pembentukan rongga tidak berfungsi pada pertukaran gas !dead spa)e 2.3.1.2 Manifestasi Klinis Gagal Nafas Hiperkapnia
%iperkapnia akut terutama berpengaruh pada sistem saraf pusat.Peningkatan PaCO 2 merupakan penekanan sistem saraf pusat, mekanismenya terutama melalui turunnya P% )airan )erebrospinal yang terjadi karena peningkatan akut PaCO2./arena CO2 berdifusi se)ara bebas dan )epat ke dalam )airan serebrospinal, P% turun se)ara )epat dan hebat karena hiperkapnia akut. Peningkatan PaCO2 pada penyakit kronik berlangsung lama sehingga bikarbonat serum dan )airan serebrospinal meningkat sebagai kompensasi terhadap asidosis respiratorik kronik. /adar P% yang rendah lebih berkorelasi dengan perubahan status mental .Gejala hiperkapnia dapat tumpang tindih dengan gejala hipoksemia.%iperkapnia menstimulasi +entilasi pada orang normal, pasien dengan hiperkapnia mungkin memiliki +entilasi semenit yang meningkat atau menurun, tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan gagal napas.8adi, dispnea, takipnea, hiperpnea, bradipnea, dan hipopnea dapat berhubungan dengan gagal napas hiperkapnea.
2.4
Diagnosis Klinis Gagal Nafas
iagnosis gagal napas dimulai jika ada gejala klinik yang mun)ul. Gejala klinis pada gagal napas terdiri dari tanda kompensasi pernapasan yaitu takipneu, penggunaan otot pernapasan tambahan, restriksi intrakostal, suprasternal dan suprakla+ikular. Gejala peningkatan tonus simpatis seperti takikardi, hipertensi dan berkeringat. Gejala hipoksia yaitu perubahan status mental misalnya bingung atau koma, bradikardi dan hipotensi. Gejala desaturasi hemoglobin yaitu sianosis. /riteria gejala klinis dan tanda-tanda ga0at nafas ditandai dengan perubahan pola pernafasan dari normal antara lain sebagai berikut a. Penurunan frekuensi pernafasan !9radipneu atau meningkat !;akipneu. b. danya retraksi dinding dada ). *esak nafas 3 dyspneu d. *ianosis !kebiruan, diakibatkan rendahnya kadar oksigen dalam darah. e. Penggunaan otot bantu pernafasan f. Gerakan dinding asimetris g. Pernafsan paradoksal h. etraksi dinding dada i.
*uara nafas menurun atau hilang atau didapatkan suara tambahan seperti stridor, rhonki, atau 0heeEing.
Fntuk membedakan penyebab dari gagal nafas dapat diketahui dari gejala gagal nafas antara lain : %ipoksemia
%iperkapnia
nsietas
*omnolen
;akikardia
etargi
;akipneu
/oma 3
iaforesis
*akit kepala
ritmia
?dema papil
Perubahan *tatus 7ental
steriks
9ingung
gitasi
*ianosis
;remor
/ejang
9i)ara ka)au
sidosis aktat
;abel 1. 7anifestasi /linis %iperkapnia dan %ipoksemia alam mementukan kondisi gagal nafas, indikator penting yang perlu diketahui antara lain 6ndikator gagal nafas adalah frekuensi pernafasan , <1#-2$53mnt. 8ika frekuensi pernafasan & ( kali3 mnt maka akan menimbulkan kelelahan otot pernafasan yang pada akhirnya mengantarkan pada gagal nafas, sehingga membutuhkan bantuan +entilator. 6ndikator yang kedua adalah /apasitas ital menggunakan spirometer, 8ika hasilnya kurang dari 1$-2$ ml3kg maka hal tersebut merupakan tanda gagal nafas. Fntuk menunjang diagnosis pada kasus gagal nafas dapat dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain dengan pengukuran gas darah pada arteri, pengukuran saturasi oksigen menggunakan pulse o5ymeter, dan pengukuran PaO 2 dan PaCO2. *elain itu dapat dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mengetahui apakah ada anemia, yang dapat menyebabkan hipoksia jaringan. Pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis underlying disease !penyakit yang mendasarinya.
2.5 Penatalaksanaan Gagal Nafas
Gagal napas akut merupakan salah satu kega0at daruratan.Fntuk itu, penanganannya tidak bisa dilakukan pada area pera0atan umum ! general care area di rumah sakit.Pera0atan dilakukan di Intensive are !nit (I!) , dimana segala perlengkapan yang diperlukan untuk menangani gagal napas tersedia. ;ujuan penatalaksanaan pasien dengan gagal nafas akut adalah: membuat oksigenasi arteri adekuat, sehingga meningkatkan perfusi jaringan, serta menghilangkan underlying disease" yaitu penyakit yang mendasari gagal nafas tersebut. Prioritas dalam penanganan gagal nafas berbeda-beda tergantung dari etiologinya, tetapi tujuan primer penanganan adalah sama pada semua pasien, yaitu menangani sebab gagal nafas dan bersamaan dengan itu memastikan ada +entilasi yang memadai dan jalan nafas yang bebas a. Perbaiki jalan napas ! Air #ay) ;erutama pada obstruksi jalan napas bagian atas, dengan hipereksistensi kepala men)egah lidah jatuh ke posterior menutupi jalan napas, apabila masih belum menolong maka mulut dibuka dan mandibula didorong ke depan (triple air$ay maneuver) atau dengan menggunakan manu+er head tilt-)hin lift " biasanya berhasil untuk mengatasi obstruksi jalan nafas bagian atas. *ambil menunggu dan mempersiapkan pengobatan spesifik, maka diidentifikasi apakah ada obstruksi oleh benda asing, edema laring atau spasme bronkus, dan lain-lain.7ungkin juga diperlukan alat pembantu seperti pipa orofaring, pipa nasofaring atau pipa trakea.
b. ;erapi oksigen Pada keadaan O 2 turun se)ara akut, perlu tindakan se)epatnya untuk menaikkan PaO 2 sampai normal.Pada terapi oksigen, besarnya oksigen yang diberikan tergantung dari mekanisme hipoksemia, tipe alat pemberi oksigen tergantung pada jumlah oksigen yang diperlukan, potensi efek samping oksigen, dan +entilasi semenit pasien. 4
lat Oksigen rus endah
lat Oksigen rus ;inggi
Cara pemberian oksigen dibagi menjadi dua yaitu sistem arus rendah dan sistem arus tinggi. /ateter
/anula
1-# 3menit /onsentrasi : 2'-''>
*imple 7ask
#-H 3menit /onsentrasi : '$-#$>
7ask I ebreathing
#-H 3menit /onsetrasi : #$-H$>
79F 9G
1$ 3menit /onsentrasi : 1$$>
9ag 7ask I 8a)kson ees
1$ 3menit /onsentrasi : 1$$>
Pemberian terapi oksigen harus memenuhi kriteria ' tepat 1 0aspada yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat )ara pemberian, tepat 0aktu pemberian, dan 0asapada terhadap efek samping. ). entilasi 9antu Pada keadaan darurat dan tidak ada fasilitas lengkap, bantuan napas dapat dilakukan mulut ke mulut !mouth to mouth) atau mulut ke hidung !mouth to nose.pabila kesadaran pasien masih )ukup baik, dapat dilakukan bantuan +entilasi menggunakan +entilator, seperti +entilator bird, dengan +entilasi 6PP9 ! Intermittent %ositive %ressure &reathing)" yaitu pasien bernapas spontan melalui mouth pie)e atau sungkup muka yang dihubungkan dengan +entilator. *etiap kali pasien melakukan inspirasi maka tekanan negati+e yang ditimbulkan akan menggerakkan +entilator dan memberikan bantuan napas sebanyak sesuai yang diatur. d. entilasi /endali Pasien diintubasi, dipasang pipa trakea dan dihubungkan dengan +entilator.entilasi pasien sepenuhnya dikendalikan oleh +entilator.9iasanya diperlukan obat-obatan seperti sedati+e, narkotika, atau pelumpuh otot agar pasien tidak berontak dan parnapasan pasien dapat mengikuti irama +entilator. e. ;erapi farmakologi - 9ronkodilator. 7empengaruhi langsung pada kontraksi otot polos bronkus. 7erupakan terapi utama untuk pnyakit paru obstruktif atau pada penyakit dengan peningkatan resistensi jalan napas seperti edema paru, *, atau pneumonia. - gonis 9 adrenergik 3 simpatomimetik 7emilik efek agonis terhadap reseptor beta drenergik pada otot polos bronkus sehingga menimbulkan efek bronkodilatasi. golongan ini memiliki efek samping antara lain tremor, takikardia, palpitasi, aritmia, dan hipokalemia. ebih efektif digunakan dalam bentuk inhalasi sehinga dosis yang lebih besar dan efek kerjanya lebih lama. - ntikolinergik espon bronkodilator terhadap obat antikolinergik tergantung pada derajat tonus parasimpatis intrisik. Obat-obatan ini kurang berperan pada asma, dimana obstruksi jalan nafas berkaitan dengan inflamasi, dibandingkan dengan bronkitis kronik dimana tonus parasimpatis lebih berperan. Pada gagal nafas, antikolinergik harus diberikan bersamaan dengan agonis beta adrenergik. Contoh dari antikolinergik adalah 6patropium 9romida, tersedia dalam bentuk 76 !metered dose-inhaler atau solusio untuk nebulisasi. ?fek samping jarang terjadi seperti takikardia, palpitasi, dan retensi urine. -
;eofilin 7ekanisme kerja melalui inhibisi kerja fosfodieterase pada 7P siklik, translokasi kalsium, antagonis adenosin, dan stimulasi reseptor beta-adrenergik, dan aktifitas anti-inflamasi. ?fek samping meliputi takikardia, mual, dan muntah. /omplikasi terparah antara lain aritmia jantung, hipokalemia, perubahan status mental, dan kejang. - /ortikosteroid f. Pengobatan *pesifik Pengobatan spesifik ditujukan pada underlying disease, sehingga pengobatan untuk masing-masing penyakit akan berlainan. ;indakan terapi untuk memulihkan kondisi pasien gagal napas: 5
-
Penghisapan paru untuk mengeluarkan sekret agar tidak menghambat saluran napas. Postural drainage, juga untuk mengeluarkan sekret. atihan napas, jika kondisi pasien sudah membaik
2. Komplikasi !an Prognosis Gagal Nafas
Gagal nafas merupakan suatu kondisi kega0atan yang dapat mengan)am ji0a. /omplikasi gagal nafas dapat mempengaruhi organ-organ +ital terutama otak dan jaringan karena tidak adekuatnya oksigenasi. Oleh karena itu penanganan yang )epat dan tepat pada kega0atan nafas sangat diperlukan. Prognosis dari gagal nafas sangat ditentukan oleh faktor penyebab gagal nafas, penyakit primer, berat dan lamanya gagal nafas, ke)epatan penanganan, serta komplikasi yang terjadi. %asil akhir pada pasien gagal napas sangat tergantung dari etiologi3penyakit yang mendasarinya, serta penanganan yang )epat dan adekuat. 8ika penyakit tersebut diterapi dengan benar maka hasilnya akan baik. 8ika gagal napas berkembang dengan perlahan maka dapat timbul hipertensi pulmoner, hal ini akan lebih memperberat keadaan hipoksemi. danya penyakit ginjal dan infeksi paru akan memperburuk prognosis. ;erkadang transplantasi paru diperlukan.
6