JURNAL TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALUR FTTH DI WILAYAH DESA SETURAN KECAMATAN DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN GOOGLE DAN KMLCSV CONVERTER EARTH DAN
Disusun oleh:
FEBRIANI EKA LESTARI D311043
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2014
PERENCANAAN JALUR FTTH DI WILAYAH DESA SETURAN KECAMATAN DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN GOOGLE
EARTH DAN KMLCSV CONVERTER Febriani Eka Lestari, Alfin Hikmaturokhman 2 Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi 1,2 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 1
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Telekomunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi dengan jarak yang jauh. Informasi disampaikan ke tujuan melalui jaringan lokal akses tembaga menggunakan kabel tembaga dan jaringan lokal akses radio menggunakan udara sebagai media transmisinya. PT. Telkom Indonesia merupakan sebuah perusahaan telekomunikasi. PT Telkom Indonesia membuat anak perusahan yang bernama PT Telkom Akses. Perusahaan ini bergerak dalam bisnis penyediaan layanan konstruksi dan pengelolaan infrastruktur jaringan pergantian jaringan lokal akses tembaga menjadi jaringan lokal akses fiber optik, pergantian ini dikarenakan jaringan lokal akses fiber optik lebih unggul dan jaringan lokal akses tembaga. Pergantian ini akan dilaksanakan di seluruh Indonesia, namun masih belum terlaksana sepenuhnya dikarenakan kurangnya sumber daya manusia untuk melakukan kegiatan survey dan perencanaan design Fiber To The Home (FTTH) menggunakan google earth dan KMLCSV converter . Survey berguna untuk mendapatkan sebuah data valid dan informasi tentang area yang akan membantu dalam melakukan perencanaan design FTTH. Dengan melakukan perencanaan design maka kita akan dapat mengetahui Bill Of Quantity (BOQ) dan juga link budget agar mengetahui apakah perencanaan design ini berhasil atau tidak. Hasil perencanaan design dilakukan dengan menggunakan metode two stage 1:4 pada ODC dan 1:8 pada ODP, dengan metode ini hasil perhitungan link budget memiliki nilai redaman 20,27 dB dan nilai ini dikatakan baik karena tidak melibihi batas maksimal redaman yaitu 28 dB. BOQ yang dipakai pada jaringan FTTH di daerah Seturan Yogyakarta sebanyak 1611 buah konektor, 1,8 km kabel feeder, 0,91 km kabel distribusi, 8 buah ODP, 1 buah ODC, 35 buah tiang, 19,5 km kabel drop . Kata Kunci :
FTTH , google earth, KMLCSV converter , fiber optik, PT. Telkom Akses
AB STRAC T Telecommunications is a process of delivering information to the long distances. Information is delivered to the destination through local access network using copper wires and copper local access network radio using air as the transmission medium. PT. Telkom Indonesia is a telecommunication company. PT Telkom Indonesia making subsidiaries named PT Telkom Access. The company is engaged in the business of providing construction services and management of network infrastructure replacement copper local access network into a fiber -optic local network access, the change is due to the local access fiber optic network is superior and the copper local access network. This change will be implemented throughout Indonesia, but is still not fully implemented due to lack of human resources to conduct surveys and planning design Fiber To The Home (FTTH) using google earth and KMLCSV converter. Surveys are useful for getting a valid data and information about the area that will assist in planning the design of FTTH. By doing planning design then we will be able to know Bill Of Quantity (BOQ) and also link budget in order to determine whether the plan design is successful or not. Results of design planning is done by using a two -stage method 1: 4 on ODC and 1: 8 on ODP, with this method the results of the link budget calculation has a value of 20.27 dB attenuation and is said to be a good value because it is not above current maximum limit is 28 dB attenuation BOQ used in FTTH networks in the area of Yogyakarta as many as 1611 Seturan connectors, cable feeder 1.8 km, 0.91 km cable distribution, ODP 8 pieces, 1 piece of ODC, 35 poles, 19.5 km cable drop. Keywords: FTTH, google earth,KMLCSV converter , fiber optic, PT. Telkom Akses
I.
PENDAHULUAN
Pada jaman sekarang tuntutan untuk sesuatu yang cepat, efisien dan praktis merupakan harapan dari semua orang. Maka disetiap bidang ilmu pengetahuan dari tahun ke tahun terdapat perkembangan yang cepat dan pesat, dengan tujuan agar lebih baik lagi dari yang sebelumnya atau yang sudah ada, begitu juga pada bidang telekomunikasi, di negara Indonesia yang terdiri dari berbagai kepulauan dibutuhkan komunikasi yang murah, cepat dan merakyat. Sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang menangani tentang telekomunikasi dan informasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Pada saat ini melakukan pembaharuan besar besaran pada jaringan dan sistem yang sudah ada agar kualitas serta kuantitas pelayananya menjadi lebih baik lagi. Telkom Group adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Telkom Group melayani jutaan pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian lengkap layanan telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan internet dan komunikasi data. Telkom Group juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloud-based and server-based managed services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal lainnya. 1.
melakukan pembuatan label kriteria demand hasil survei yang meliputi rumah dan gedung bertingkat maupun ruko bahkan perkantoran. Dan melakukan dokumentasi beberapa tipe rumah yang di survei. Melakukan input data homepass hasil survei kedalam google earth dan KMLCSV converter sebagai converter dari hasil input data homepass yang akan dikonvert menjadi sebuah data exel . Selanjutnya melakukan perencanaan jaringan FTTH dengan menentukan titik penempatan ODC, ODP.Berdasarkan parameter batasan boundary berupa jalan raya, sungai, rel kereta api. Tahapan selanjutnya adalah melakukan perhitungan BOQ material yang akan dibutuhkan dalam perencanaan yang mencakupi 3500 pelanggan desa Seturan kecamatan Depok daerah Istimewa Yogyakarta, Kemudian melakukan analisa hasil perencanaan dan hasil perhitungan BOQ material. 4. Flowchart rencana kerja
Metodologi Penelitian a. Metode Literatur Metode ini merupakan metode pengumpulan data dan referensi baik dari media cetak maupun media elektronik yang menunjang dalam penyusunan dan pembuatan tugas akhir. b. Metode observasi Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan terhadap hasil survei yang dilakukan di area kerja PT. Telkom Akses.
2.
3.
Instrumen Penelitian Dalam analisa perancangan jaringan FTTx/FTTH di wilayah desa Seturan kecamatan Depok daerah Istimewa Yogyakarta. Ini diperlukan seperangkat Personal Computer (PC), aplikasi google earth, data hasil survei wilayah yang berupa survei Homepass, tagging tiang telepon yang sudah ada, dan tagging rumah kabel. Rencana Kerja Melakukan kegiatan survey demand wilayah desa Seturan kecamatan Depok daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian
Gambar 1.1 flowchart Rencana Kerja II. DASAR TEORI 2.1 FIBER OPTIK Fiber optik atau bisa disebut dengan serat optik merupakan salah satu perangkat keras internet sejenis kabel yang berbahan dasar dari serat kaca yang mempunyai kecepatan transfer data yang sangat tinggi, fiber optik digunakan sebagai penghubung pada sistem telekomunikasi. Pada komunikasi fiber optik, sinyal yang biasanya di gunakan adalah bentuk digital, sedangkan penyaluran sinyal melalui serat optik adalah dalam bentuk pulsa cahaya. Pulsa cahaya akan di peroleh dari proses memodulasi sinyal informasi dalam bentuk digital kedalam suatu komponen sumber optik. Proses ini terjadi pada arah kirim lalu pada arah terima melalui detektor optik, pulsa cahaya diubah kembali dalam bentuk sinyal digital.
2.1.1
Jenis Mode Yang Dirambatkan a. Single Mode Mempunyai inti yang kecil (berdiameter 0.00035 inch atau 8 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer). Single mode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut [1]: a) Optik Single mode Step Index memiliki diameter core yang sangat kecil dibandingkan ukuran claddingnya. b) Ukuran diameter core antara 2 nm-l0 nm. c) Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu fiber optik. d) Memiliki redaman yang sangat kecil. e) Memiliki bandwidth yang lebar. f) Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi. g) Dapat digunakan untuk transmisi jarak dekat, menengah dan jauh.
Gambar 2.2 Fiber Optik Single Mode[1] b. Multi Mode Mempunyai inti yang lebih besar (berdiameter 0.0025 inch atau 62.5 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 850-1300 nanometer). Multi mode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut [1]: a) Indeks bias core konstan. b) Ukuran core besar (50mm) dan dilapisi cladding yang sangat tipis. c) Penyambungan kabel lebih mudah karena memilki core yang besar. d) Sering terjadi dispersi. e) Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah.
Gambar 2.3 Fiber Optik Multi Mode[1] 2.1. KONFIGURASI FTTX Jaringan kabel lokal fiber Optik ( Fiber to The X) paling sedikitnya terdapat 2 perangkat aktif (Opto Elektrik) yang dipasang di Central Office dan yang satu lagi dipasang di dekat dan atau di lokasi pelanggan. Berdasarkan lokasi penempatan perangkat aktif yang dipasang didekat dan atau dilokasi pelanggan FTTX dibagi menjadi 4 jenis [3]: a. Fiber To The Zone (FTTZ) Pada modus aplikasi FTTZ, TKO terletak diluar bangunan didalam kabinet maupun mainhole. Apabila dianalogikan dengan konfigurasi jaringan tembaga, maka keberadaan TKO pada modus ini berada pada posisi RK. Dari RK, pengguna dihubungkan dengan kabel tembaga sekunder sampai ke KP dan disambung dengan kabel tembaga lagi sampai ke pengguna-pengguna. Pada umumnya, jarak sambung tembaga pengguna ke TKO adalah sebesar 3-5 Km.
Gambar 2.5 Modus Aplikasi FTTZ [1] b. Fiber To The Cube (FTTC) Konsep FTTC adalah membawa akses fiber optik sampai ke suatu perumahan yang ruang lingkupnya lebih kecil dibandingkan FTTZ. Peletakan TKO pada FTTC dapat dianalogikan seperti fungsi KP pada jaringan akses tembaga. TKO diletakan pada suatu titik di area tersebut dan setiap terminal pengguna pada area tersebut terhubung dengan TKO menggunakan kabel tembaga sepanjang 200 sampai dengan 500 meter.
Gambar 2.6 Modus Aplikasi FTTC [1]
Gambar 2.8 Modus Aplikasi FTTH
[1]
c. Fiber To The Build (FTTB) 2.2. KONSEP JARINGAN FTTH FTTB merupakan suatu alternatif Jaringan dapat membentuk Active Optical modus aplikasi yang disediakan Network (AON) maupun Passive Optical Network jaringan lokal akses fiber optik (PON)[8]. kepada gedung-gedung yang a. Active optical network menginginkan koneksi ke Implementasi dari AON lebih dikenal jaringan akses menggunakan fiber sebagai Active Node, penggunaan teknologi ini optik. Pada modus FTTB, TKO terbatas karena biayanya sangat tinggi. diletakkan didalam bangunan atau Peralatan-peralatan aktif yang digunakan dalam dengan kata lain perangkat fiber jaringan AON termasuk optical switch, optic seperti ONU terletak memerlukan tenaga listrik. Keuntungan yang didalam bangunan tersebut. Pada didapatkan dengan sistem AON adalah sebagai umumnya FTTB digunakan pada berikut: kondisi dimana suatu bangunan a) Biaya infrastruktur yang besar dan tinggi dengan jumlah relatif murah untuk jangka Satuan Sambungan Telepon panjang. (SST) yang cukup banyak b) Cakupan daerah pelayanan tersambung didalamnya. yang relatif lebih luas Peletakkan TKO atau ONU dibandingkan dengan sistem tersebut biasanya didalam tembaga. ruangan gedung. Banyaknya titik c) Daerah cakupan yang luas, merupakan TKO pada gedung bisa dilayani dengan tersebut dapat bervariasi distribusi yang merata. Bagi tergantung dengan jumlah pelanggan yang terletak jauh pengguna, dan kebutuhan dari node, active splitter pengguna yang berada pada memberikan daya optik yang gedung tersebut. lebih besar, sehingga layanan
Gambar 2.7 Modus Aplikasi FTTB [1] d. Fiber To The Home (FTTH) Pada dasarnya modus aplikasi FTTH memiliki prinsip yang sama dengan modus aplikasi FTTB. Perbedaannya hanya pada TKO terletak didalam rumah pengguna dimana didalamnya terdapat satu atau lebih satuan sambungan telepon. Setiap terminal yang terhubung dengan saluran fiber optik akan terhubung dengan TKO tersebut menggunakan kabel tembaga.
yang diberikan untuk semua pelanggan relatif sama. d) Dapat menempuh jarak yang lebih jauh dari PON. b. Passive Optical Network (PON) Passive Optical Network mendasarkan pada bentuk arsitektur point-to-multipoint. PON merupakan sistem akses fiber optik yang memiliki biaya efektif dan menyediakan layanan broadband , suara, video, data, dan servis lainya yang biasanya disebut dengan Next Generation Play Network (NGPN). PON menggunakan fiber optik dan spliter untuk menghubungakn OLT di Central Office dengan ONU yang terletak pada sisi pelanggan. Splitter pasif diletakan untuk keperluan downstream dari CO dan dapat membagi sinyal fiber sampai 64 dengan maksimum jarak 20 km. Arsitektur ini disebut pasif karena semua splitter dan perlatan yang berada diantara CO dan ONU merupakan perangkat pasif, sehingga tidak ada komponen elektronik aktif, tidak membutuhkan power, dan mengurangi biaya pemeliharaan peralatan. Perangkat optik pasif yang dipakai adalah konektor, pasif splitter dan fiber optik itu sendiri. Sistem OLT berfungsi untuk
pengumpulan dan men- switch fungsi antara jaringan kabel dengan interface PON serta untuk fungsi manajemen. Sedangkan ONU berfungsi sebagai akses kepada pengguna. Perbedaan panjang gelombang digunakan dalam proses upstream dan downstream. PON memudahakan dalam hal operasional dan perawatannya serta biaya yang lebih rendah dibandingakan AON. 2.3. TOPOLOGI JARINGAN FTTH
[6]
Gambar 2.12 Topologi Jaringan FTTH Terdapat 4 macam segmen pada struktur jaringan FTTH dimana ke empat segmen tersebut terdiri dari beberapa bagian catuan kabel beserta perangkat aktif didalamanya. Diantaranya adalah: a. Segmen A : Catuan kabel Feeder b. Segmen B : Catuan kabel Distribusi c. Segmen C : Catuan kabel Penanggal / Drop d. Segmen D : Catuan kabel Rumah/ Gedung Ke empat segmen tersebut memiliki fungsi dan peranan tersendiri dalam membentuk suatu topologi jaringan FTTH.Dimana tiap segmen akan berhubungan erat satu dengan lainnya jika salah satu komponen pada tiap segmen tidak sesuai maka akan terjadi gangguan. Berikut penjelasan serta ulasan untuk tiap [6] segmennya : a. Segmen A (Catuan Kabel Feeder) Pada Segmen A terdapat beberapa perangkat aktif yang terdiri dari ODF+FMS,Feeder FO+ODC+Spliter . Pada segmen A berpusat pada pencatuan kabel feeder yang berasal dari ODF menuju ODP. Menggunakan kapasitas yang berbeda untuk setiap kabel FO yang digunakan sebagai feeder seperti untuk kabel tanah digunakan kapasitas 48 hingga 264 core, lalu pada kabel udara menggunakan kapasitas 48 hingga 96 core.
Gambar 2.13 ODF dan FTM Pada [6] Segmen A
b.
Segmen B (Catuan Kabel Distribusi) Pada Segmen B terdapat beberapa perangkat aktif seperti FO+ODP+Spliter.Di segmen ini lebih menekan pada distribusi kabel FO dimana memiliki fungsi yang sama dengan kabel fiber optic feeder dimana akan meneruskan informasi berupa sinyal optik mulai dari ODC hingga ODP, dengan menggunakan kabel fiber optic Single Mode tipe G652D.Kapasitas yang dimiliki kabel fiber optic untuk distribusi hanyalah berkisar 6 core hingga 48 core menyesuaikan dengan jenis kabel apa yang digunakan.
Gambar 2.14 Instrumen OSP (Outside [6] Plant ) Pada Segmen B c. Segmen C (Catuan Kabel Penanggal /. Drop) Pada Segmen C terdapat perangkat aktif berupa OTP serta drop cable FO sebelum masuk ke rumah-rumah.Kabel drop memilki fungsi untuk meneruskan sinyal optik dari ODP ke rumah-rumah pelanggan, tibe kabel drop yang digunakan adalah G657 dengan maksud untuk menanggulangi lokasi instalasi yang berlikuk likuk sehingga digunakan optik yang memiliki sifat bending insensitive, kabel ini umumnya memiliki kapasitas sebesar 1,2 dan 4 ore.Untuk OTP (Optical Terminal Premises) adalah perangkat pasif yang dipasang dirumah-rumah pelanggan yang memiliki fungsi sebagai titik terminasi terakhir dari kabel drop dan tempat sambungan core optik ataupu peralihan daripada kabel outdoor dengan indoor .
Gambar 2.15 Perangkat Indoor Pada Segmen C[6] d. Segmen D (Catuan Kabel Rumah) Untuk Segmen D terdapat perangkat aktif berupa Indoor FO dan Roset . Di segmen terakhir ini adalah titik terminasi terakhir pada jaringan FTTH menuju perangkat elektronik yang terhubung dengan jaringan fiber optik seperti telepon rumah,tv kabel, dan lain lain.
Gambar 2.16 Perangkat Outdoor Pada Segmen D [6]
2.4. DESAIN FTTH Desain berasal dari kata Desaino dalam bahasa Itali yang artinya adalah suatu gambar yang mengandung arti atau bermakna, jadi dalam bahasan disini desain merupakan suatu seni yang dituangkan dalam bentuk gambar dan mengandung arti, tentu didalamnya terdapat Keterangan - keterangan seperti dimensi, symbol-symbol yang digunakan, penamaan, spesifikasi, ukuran dan lain-lain tergantung desain apa yang ditampilkan. [7] 2.4.1.
Survey [13]
Survey adalah proses kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data informasi dengan tujuan untuk perencanaan jaringan.Survei dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan lokasinya, On Desk Survey dan On Site Survey. On Desk Survey memiliki fungsi dalam mempelajari peta lokasi yang akan diaplikasikan FTTH,mempelajari skema kabel feeder eksisting ,mempelajari skema kabel distribusi eksisting, Menginput data hasil survey pada google earth ataupun autocad . Lalu pada On Site melakukan survey lapangan untuk melihat kondisi area yang akan di gunakan,membuat dokumentasi foto, melakukan pengukuran dan pencatatan. Ketika akan merancang suatu design jaringan FTTH terdapat micro demand survey dimana pada micro demand survey meliputi survei untuk Feeder Network lalu survey untuk Distribution Network . Survey micro demand dilakukan untuk mengetahui kebutuhan kebutuhan apa saja yang harus dipersiapkan untuk merancang suatu jaringan FTTH.Pada survey untuk feeder network dilakukan untuk menentukkan boundary area ODC, sedangkan pada survei untuk distribution network dilakukan untuk menentukkan boundary area ODP.Berikut adalah pembahasannya : A. Survey untuk Micro Demand. a. Kawasan Perumahan b. Ruko/Rukan c. High Rise Building/Gedung bertingkat meliputi apartement,hotel,office dan mall. d. Demand potensial untuk pemasangan akses point.
B. Survey untuk Design Feeder Network . a. Menentukkan Boundary Area ODC b. Penempatan ODC c. Rute dan Panjang Kabel Feeder d. Jumlah Rumah atau Bangunan dalam 1 boundary ODC e. Menentukkan titik koordinat untuk ODC, MH/HH, Tiang. C. Survey untuk Design Distribution Network. a. Hitung jumlah rumah atau bangunan b. Tentukkan Boundary dan ploting posisi ODP c. Hitung jmlah tiang eksisting serta kebutuhan untuk tiang baru d. Melakukan survey untuk rute dan panjang kabel distribusi e. Menentukan titik koordinat ODP dengan memperhatinkan kapasitas ODP harus mampu mengcover seluruh jumlah rumah atau bangunan yang ada dan mengatisipasi jika demand tumbuh dalam area ODP tersebut. 2.5. KMLCSV CONVERTER KMLCSV Converter adalah perangkat lunak bebas open source yang memungkinkan Anda untuk mengkonversi KML file ke file CSV diformat, dan sebaliknya. File CSV ini kemudian dapat di-upload ke dalam Garmin GPS dengan menggunakan Garmin POI Loader , yang dapat didownload secara gratis. Hal ini memungkinkan dengan mudah merencanakan semua titik kebiasaan kepentingan (POI) melalui Google Earth atau Google Maps terlebih dahulu sebelum mentransfer ke dalam GPS Garmin. 2.6. GOOGLE E ARTH Google Earth merupakan suatu perangkat lunak yang dikembangkan untuk representasi permukaan bumi menggunakan data citra digital satelit yang dibuat oleh keyhole, Inc. Salah satu aplikasi dari google earth adalah identifikasi kenampakan land use dan land cover di permukaan bumi. Google earth menampilkan kenampakan permukaan bumi menggunakan beberapa sumber hasil pengambilan gambar citra dari berbagai satelit. [5] Spesifikasi google earth (Rina, 2010) : a. Sistem dan Proyeksi Koordinat Sistem koordinat internal google earth merupakan koordinat geografis dalam system world geodetic system 1984 (WGS 84). Google earth menampilkan dunia dalam tampilan orthogonal.
b.
Resolusi Dasar Amerika Serikat: 1,5 m (beberapa Negara bagian 1 m atau lebih baik). Andorra, Belanda, Britania Raya, Denmark, Jerman, Liechtenstein, Luksemburg, San Marino, Swiss, Vatikan : 1 m atau lebih baik. Seluruh dunia : umumnya 15 m (beberapa area, sperti Antartika resolusinya sangat rendah), tetapi ini bergantung pada kualitas satelit/fotografi udara yang diunggah. Indonesia umumnya 15 m c. Resolusi Tinggi Amerika Serikat : 1 m, 0.6 m, 0.3 m, 0.15 m (sangat jarang). Eropa : 0.3 m, 0.15 m (contohnya Berlin, Hamburg, Zurich). d. Resolusi Ketinggian Resolusi ketinggian permukaan berfariasi menurut Negara, sedangkan resolusi kedalaman laut tidak tersedia. e. Tahun Pengambilan Data Google Earth merupakan software yang menggabungkan beberapa citra yang diunggah untuk menampilkan kenampakan bumi. Kenampakan bumi suatu wilayah pada software bergantung pada tahun pengambilan foto atau citra pada wilayah tersebut. Google Earth memberikan informasi tahun pengambilan citra pada setiap citraanya.
Gambar 2.28 Contoh Tampilan Google Earth
Tabel 2.2 Parameter Besar Redaman No Network Element 1 Kabel FO 2 Splicing 3 Connector Loss 4 Splitter 1:2 5 Splitter 1:4 6 Splitter 1:8 7 Splitter 1:16 8 Splitter 1:32 9 Sambungan pada Kabe l Fe ede r 10 Sambungan pada Kabel Distribu 11 Sambungan pada Drop Kabel
Batasan MAX MAX MAX MAX MAX MAX MAX MAX MAX MAX MAX
[7]
Ukuran 0,35 dB/km 0,1 dB 0,25 dB 3.70 dB 7.25 dB 10.38 dB 14.10 dB 17.45 db 0.10 dB 0.10 dB 0.10 dB
Pada tabel 2.2 dapat disimpulakan bahwa untuk maksimum penggunaan tidak terbatas, dengan catatan total redaman atau loss toleransi yang di dapat tidak lebih daripada 28 dB. Untuk contohnya dapat dilihat di tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Contoh Tabel Link Budget [7]
Apabila hasil perhitungan didapat nilai redaman lebih besar dari nilai toleransi yang sudah diberikan seperti diatas, maka desain tersbut dapat dinyatakan tidak ideal, dikarenakan nilai redaman yang lebih besar akan menimbulkan noise yang dapat mengurangi kualitas daripada jaringan tersebut, namun apabila nilai redaman masih dibawah batas toleransi maka design jaringan tersebut layak untuk digunakan sebagai planningdesign jaringan.
2.7. LI NK BUDGET Perhitungan link budget dibutuhkan setiap kali merancang suatu jaringan baru, salah satunya adalah menghitung link budget pada hasil 2.8. BI LL OF QUALITY (BOQ) MATE RI AL rancangan design jaringan FTTH, guna mengetahui Bill of Quantity (BOQ) adalah dokumen performansi Jaringan Lokal Akses Fiber, mulai dari kontrak yang biasanya disiapkan oleh quantity perangkat OLT (titik pengirim) hingga perangkat surveyor yang merupakan daftar rancangan ONU (titik penerima), maka dari itu perlu diketahui pekerjaan yang terdiri dari perhitungan volume parameter performansi pada Desain Jaringan Lokal pekerjaan dan dapat memperinci biaya, baik Akses Fiber yang akan digunakan seperti panjang dari segi material, peralatan, maupun tenaga kabel FO yang dibutuhkan dalam satuan KM, kerja. BOQ digunakan ketika akan Jumlah splitter untuk masing masing konfigurasi, mengajukan penawaran harga kontrak kerja Jumlah konektor, Jumlah Sambungan pada kabel pada industri konstrusi, selain itu juga feeder, distribusi serta pada drop. Berikut adalah digunakan sebagai pengontrol dari volume daftar parameter beserta besar redaman yang yang diajukan oleh kontraktor dan memberikan digunakan ketika akan menghitung suatu link evaluasi atas kemajuan pekerjaan yang telah budget pada salah satu jaringan FTTH. Ditunjukan dilakukan. Setelah selesai pembuatan design pada tabel 2.2 langkah selanjutnya adalah pembuatan Bill of
Quantuty / Rencana Anggaran dan Biaya. Hitung seluruh volume material dan jasa yang dibutuhkan yang terdiri dari [7] : 1. Jaringan Feeder 2. Jaringan Distribusi 3. Jaringan Drop Cable Untuk memudahkan dalam penghitungan, gunakan alat bantu seperti : Diagram batang kabel Tabel jumlah demand, jenis layanan dan volume material yang disusun per lantai (untuk HRB)
Ketika akan merancang suatu design jaringan FTTH, terlebih dahulu mengetahui jumlah kebutuhan perangkat sehingga perangkat yang sudah dihitung mampu mengcover keseluruhan homepass pada satu boundary. a.
Menghitung kebutuhan perangkat ODP Untuk menghitung jumlah kebutuhan perangkat ODP pada satu boundary dapat menggunakan rumus dibawah ini : ℎ ℎ = .….(2.1)
b.
Menghitung kebutuhan core optik pada kabel distribusi . Untuk menghitung jumlah kebutuhan core optik pada kabel distribusi, mengikuti dengan jumlah ODP. Dikarenakan 1 core optik untuk satu ODP c. Menghitung kebutuhan core optik untuk feeder. . Untuk menghitung jumlah core optik untuk feeder digunakan rumus dibawah ini : ℎ = ℎ
III. PEMODELAN SISTEM 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN DATA Kegiatan survei dilakukan pada area kerja PT Telkom Akses Yogyakarta daerah Seturan, daerah Seturan merupakan salah satu daerah yang padat penduduk serta banyak terdapat beberapa universitas. Survei dilakukan mulai dari 3 Februari 2014 sampai 3 Mei 2014 untuk mendapatkan hasil total homepass sebanyak 3.500. Hasil akhir data yang homepass yang didapat sebanyak 3.505 homepass. Kegiatan survey ini dilakukan pada jam kerja yaitu pukul 08.00 pagi sampai dengan 16.00 sore. 3.2 TAHAPAN PENGAMBILAN DATA Dalam penulisan tugas akhir ini, proses kegiatan pengambilan data dilakukan untuk mendapatkan sebuah data valid dan informasi tentang area kerja yang akan dilakukan pergantian dan pemasangan jaringan lokal akses tembaga menjadi jaringan lokal akses fiber optik. Kegiatan survei terbagi dalam dua team yaitu team on site dan team on desk. Untuk melakukan survey micro demand, tidak sembarang area untuk dijadikan bahan surei. Pemilihan area dilakukan oleh team on site dengan melihat demand pada area tersebut. Jika sudah dipertimbangkan maka team on site akan turun untuk melakukan survey micro demand .
……………….. (2.2)
d.
Menghitung jumlah passive splitter di ODC Untuk jumlah passive splitter di ODC sama dengan jumlah core optik pada feeder. Karena satu core feeder untuk satu ODC e. Menghitung jumlah jalur distribusi Untuk menghitung jumlah jalur distribusi digunakan rumus dibawah ini.
ℎ = ℎ ℎ (8,12,24)
……………… (2.3)
Gambar 3.1 Contoh Tampilan Polygon Sebelum survey berlangsung, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh surveyor. Diantaranya adalah memperhatikan point point penting seperti alamat rumah, tipe rumah, pelanggan telpon kabel atau bukan, menggunakan tv kabel atau tidak dan yang terakhir apakah dihuni atau tidak. Point point tersebut diperhatikan ketika sedang melakukan survey. Dibawah ini adalah tabel yang digunakan selama survey berlangsung.
Tabel 3.1 Tabel Survey Homepass N O
ALAMAT
TIPE RUMAH
R 1
R 2
R 3
TELKOM
HUNI
TV KABEL TELKOM
TV KABEL LAIN
Dalam tabel tersebut terdapat 6 macam element mewakili kebutuhan untuk pengambilan data homepass, diantaranya 1. Alamat Tabel alamat diisikan dengan alamat jalan ataupun nama area yang sedang dilakukan survey. 2. Tipe Rumah Tabel pada Tipe Rumah dibagi menjadi 3 golongan, yaitu R1, R2, dan R3. Untuk mengetahui rumah yang sedang disurvey termasuk golongan yang mana, dilakukan identifikasi terhadap rumah yang akan disurvey. Sebagai contoh untuk golongan R1 dilihat apakah rumah tersebut memiliki ukuran rumah besar dan tanah yang luas atau tidak, lalu melihat apakah pada rumah tersebut memiliki kendaraan pribadi atau tidak. 3. Telkom Tabel Telkom diisi apakah rumah yang sedang disurvey menggunakan layanan Telkom atau tidak. Untuk mengetahui apakah rumah yang sedang disurvey menggunakan layanan telpon atau tidak, dengan cara melihat apakah terdapat kabel Telkom masuk kedalam rumah atau tidak. Jika terdapat maka rumah tersebut menggunakan jasa layanan Telkom, namun apabila tidak maka rumah tersebut tidak menggunakan jasa layanan Telkom. 4.Huni Pada tabel huni berisikan, apakah rumah yang sedang di survey ditempati atau tidak. Rumah yang tidak dihuni nampak jelas dari luar, seperti kondisi rumah yang kotor, atau rusak. Sedangkan rumah yang dihuni terlihat sebaliknya. 5.TV Kabel Telkom Untuk mengetahui apakah rumah yang sedang di survey menggunakan layanan tvkabel Telkom yaitu denganmelihat apakah terdapat perangkat parabola yang bertuliskan Telkom jika tidak maka rumah tersebut tidak menggunakan layanan tersebut. 6.Kabel Lain Pada tabel TV Kabel lain untuk mengidentifikasinya hampir sama dengan identifikasi TV kabel telkom hanya saja untuk tabel ini yang dilihat adalah bukan pengguna layanan TV Kabel Telkom.
3.3 PERHITUNGAN LINK BUDGET Langkah pertama adalah membuka hasil survey microdemand yang sudah di olah datanya kedalam bentuk google earth. Sebagai contoh disini data yang digunakan adalah boundary BBS-FAJ dengan kapasitas homepass sebanyak 195 homepass. Pada boundary tersebut terdapat letak perangkat ODC yang akan digunakan untuk mencatu homepass sebanyak 195 pelanggan. Namun sebelum melakukan design jaringan FTTH, dihitung terlebih dahulu kebutuhan core distribusi yang digunakan untuk mendesign jaringan pada Boundary ODC BBS-FAJ. Perhitungan sebelum melakukan design jaringan FTTH sangat penting agar perancang tahu jumlah perangkat dan kebutuhan yang diperlukan untuk mengcover wilayah yang akan di design, sehingga tidak terdapat kekurangan ataupun kelebihan perangkat. Berikut adalah perhitungan untuk menentukkan jumlah kebutuhan perangkat, pada boundary ODC BBS-FAJ: Dengan jumlah homepass sebanyak 195 pelanggan, pertama perhitungan menggunakan konfigurasi one stage yaitu menggunakan passive splitter 1:32 di ODC. Untuk mengetahui jumlah passive splitter di ODC hanya satu buah dan keluaranya sebanyak 32 jadi satu pelanggan menggunakan satu kabel feeder. Sedangkan pada ODP bisa menggunakan satu ODP, 2 ODP dengan masing-masing ODP sebanyak 16 core, 4 ODP dengan masing-masing ODP sebanyak 8 core. Kedua perhitungan dilakukan dengan menggunakan two stage yaitu menggunakan passive splitter 1:4 di ODC dan 1:8 di ODP. Untuk mengetahui jumlah passive splitter di ODP digunakan perhitungan sebagai berikut:
ℎ =
195 8
= 25
Sehingga dapat disimpulkan dari perhitungan diatas jumlah ODP yang dibutuhkan adalah sebanyak 25 buah. Selanjutnya adalah menghitung jumlah core optik feeder , perhitungan kebutuhan untuk core optik untuk feeder didapat dengan cara sebagai berikut : 25 =7 ℎ = 4 Dengan melihat perhitungan diatas, maka didapat jumlah passive splitter yang dibutuhkan pada ODC yaitu sebanyak 7. Setelah itu dilanjutkan untuk menghitung kebutuhan akan kabel distribusi. Untuk
perhitungan kabel distribusi nilai pembagai bervariasi melihat dengan kapasitas yang digunakan yaitu 8 core, 12 core, ataupun 24 core. Untuk Boundary BBS-FAJ digunakan kabel distribusi dengan kapasistas 12 core. Maka perhitungannya sebagai berikut: ℎ ℎ 25 = =3 12
Gambar 4.7 Keseluruhan Boundary. Sebanyak 3505 rumah tersebut terbagi menjadi 5 area boundary, dengan masing masing boundary memiliki jumlah homepass bervariasi sehingga kebutuhan akan perangkat menyesuaikan dengan jumlah homepass untuk masing masing boundary. Diantarnya adalah sebagai berikut 1. Boundary BBS-FAJ (3 Konfigurasi) a. Splitter yang digunakan adalah 1:4 di ODC dan 1:8 di ODP (Two Stage) Jumlah Homepass sebanyak 195 unit. Passive Splitter di ODP = 195/8 = 25 Jumlah Core Optik untuk kabel distribusi adalah = 25 core Jumlah Core Optik untuk feeder adalah = 25/4 = 7 core Jumlah Passive Splitter pada ODC adalah sebanyak 7 Kapasitas ODC yang dibutuhkan adalah tipe 144 Jumlah kebutuhan ditribusi sebanyak = 25/12 = 3 kabel distribusi
Dengan demikian didapat jumlah kebutuhan akan kabel distribusi untuk boundary ODC BBS-FAJ adalah sebanyak 3 buah. IV. HASIL DAN ANALISA 4.1.
HASIL KMLCSV CONVERTER Hasil dari converter keseluruhan boundary pada area seturan daerah istimewa Yogyakarta. Dimana didalamnya terdapat lima boundary. Hasil keseluruhan
adalah sebanyak 3505 homepass ditunjukan pada lingkaran hitam dan tanda panah pada gambar 4.1 Hasil Converter keseluruhan boundary. 4.3.
LI NK BUDGET Boundary BBS-FAJ (Konfigurasi 1:4 ->
1:8)
Konfigurasi pertama yang dilakukan uji coba adalah menggunakan konfigurasi 2 stage dengan Passive Splitter pada ODC 1:4 dan di ODP 1:8. Jumlah homepass pada boundary yang digunakan adalah sebanyak 195. Pada konfigurasi ini didapat jumlah ODP sebanyak 25. Untuk menetukkan ODP mana yang mendekati, menengah serta menjauhi Gambar 4.1 Hasil Converter keseluruhan boundary ODC dilakukan perhitungan dengan melihat jumlah ODP, apabila jumlah genap maka dibagi dengan 2, jika bernilai ganjil maka dicari nilai tengahnya. 4.2. KEBUTUHAN PERANGKAT Dalam menganalisis kebutuhan perangkat Pada boundary ini dipilih 3 ODP yang memenuhi diatas. Berikut adalah perhitungan digunakan satu boundary dari 5 boundary yang syarat sudah ada, dengan 3 macam jenis konfigurasi menggunakan sistem Two stage 1:4 -> 1:8. yang digunakan diantaranya adalah one stage Tabel 4.2 Tabel Link budget Konfigurasi 1:4 -> 1:8 dengan Passive Splitter 1:32, Dan Two Stage 1:2 -> 1:16 serta 1:4 -> 1:8, dengan kebutuhan 3505 homepass untuk keseluruhan boundary. Penulis memilih boundary BBS-FAJ untuk wilayah Seturan Yogyakarta, dengan jumlah homepass yang didapat sebanyak 3505 homepass.
Penjabaran Perhitungan Boundary BBS-FAJ (Konfigurasi 1:4 -> 1:8) a. Kondisi Terjauh, Distribusi jalur ke 2, ODP ke 21 Pelanggan 1 :ODF Ke ONT = 2,77 km Passive Splitter 1:4 = 7,25 dB 1:8 = 10,38 dB Loss Connector = 0.25*11 = 2,75 dB Kabel FO = 0,35*2,77 = 0,96 dB Total keseluruhan redaman = 21.34 Db V.
DAFTAR PUSTAKA
1. PT.TELEKOMUNIKASI
INDONESIA, Tbk (2004). PL 1.1- Dasar Sistem Komunikasi Optik. Bandung: TELKOMRISTI (R & D Center)
2. Auzaiy, (2008), Analsisi Power Budget Jaringan Komunikasi Serat Optik PT.TELKOM di STO Jatinegara, Dokumen PDF
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN
1.
Semakin jauh jarak homepass ke sentral maka akan semakin besar redamanya dibuktikan pada hasil perhitungan link budget pada boundary BBS-FAJ yaitu terjauh sebesar 20,61 dB ,menengah sebesar 20,27 dB dan yang terdekat sebesar 19.95 dB. . 2. Dalam design perencanaan FTTH melakukan pada perhitungan link budget memenuhi syarat. Hal ini dibuktikan bahwa nilai redaman total pada semua perhitungan tidak lebih dari 28 dB. 3. Hasil perhitungan BOQ menunjukan bahwa desain menggunakan one stage lebih banyak membutuhkan material pada kabel distribusi yaitu sebanyak 2645.55 meter dibandingkan dengan yang lainya. 5.1. SARAN
1.
Dalam mendesain penulis mengharapkan agar lebih teliti pada saat perhitungan. 2. Untuk melakukan perencanaan yang lebih baik maka penulis menyarankan untuk memilih metode two stage dikarenakan dalam proses design perencanaan lebih mudah dilakukan. 3. Untuk pemilihan passive splitter disarankan menggunakan passive splitter 1:4 pada ODC dan 1:8 pada ODP, dikarenakan dengan menggunakan passive splitter ini lebih meminimalisir penggunaan material dan redaman yang tidak begitu besar.
3. Maulana,
Angga Julian, (2012), Perencanaan Desain Jaringan Metro FTTH di Universitas Indonesia, Dokumen PDF 4. Praja, Fajar Guntara, (2013), Analisis Perhitungan dan Pengukuran Transmisi Jaringan Serat Optik Telkomsel Regional Jawa tengah, Dokumen PDF 5. Putra, Egi Kharisma, (2012), Pemanfaatan SIG untuk Analisis Karakteristik Pola Perubahan Landuse dan Landcover di Jawa barat , Dokumen PDF 6. PT. Telkom Akses Indonesia, “Overview FTTx,” Overv. FTTx, pp. 1 – 38, 2013, Dokumen PDF 7. PT. Telkom Akses Indonesia, “MODUL -3 DESIGN FTTx,” pp. 1– 99, 2013. Dokumen PDF 8. Anonymous, “Perancangan Dan Desain Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf) Dengan Teknologi Pon Konfigurasi Jaringan Fiber To The Home (Ftth).” pp. 1 – 45. 9. “Optical Distribution Box (GPXX C48) China Electronic and Digital Products Wholesale Center.” [Online]. Available: http://www.o-digital.com/wholesale products/2244/2247-2/OpticalDistribution-Box-GPXX-C48141719.html. [Accessed: 14-Juli-2014]. 10. D. Akses, “Panduan Desain FTTH,” Pandu. Desain FTTH , pp. 1 – 58, Dokumen PDF 11. Panditamoyo, “Instalasi Per angkat FTTH Pada Area Public,” Instal. Perangkat FTTH Pada Area Public, pp. 1 – 13, 2011. 12. P. Rigby, “FTTH Handbook,” FTTH Handb., pp. 1 – 100, 2011. 13. P. T. A. Indonesia, “Survey micro demand,” Surv. MICRO DEMAND, pp. 1 – 54, 2011.