BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Lata Latarr bela elakan kang
Kanker berkaitan dengan benjolan patologis pada tubuh yang secara umum sinonim dengan tumor. Tumor berarti benjolan atau pembengkakan, terdiri dari tumor ganas ganas dan tumor jinak. jinak. Tumor ganas ganas inilah yang dikenal sebagai kanker (neoplasma = karsinoma = keganasan). Namun tumor biasanya dipakai pula untuk pengganti nama kanker jinak, sementara istilah kanker dimaksudkan sebagai suatu ‘tumor’ ganas. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa semua benjolan adalah tumor, tapi tidak semua tumor adalah kanker. Kanker Kanker dan tumor tumor merupakan merupakan penyebab penyebab kematian kematian utama utama kedua kedua yang yang memberikan kontribusi 13 % kematian dari 22 % kematian akibat penyakit tidak menular menular utama di dunia. (Shibuya (Shibuya K, Mathers Mathers CD, Boschi-Pinto C, Lopez Lopez AD, Murray CJL). Dampak Dampak Penyakit Penyakit Tidak Menular Menular khususnya khususnya penyakit penyakit tumor terhadap terhadap ketahana ketahanan n sumbe sumberr daya daya manusia manusia sangat sangat besar besar karena
selain
merupakan
penyebab
kematian
dan
kesakitan
juga
menurunkan produktivitas. Angka kesakitan dan kematian tersebut sebagian besar terjadi pada penduduk dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Di Indonesia penyakit penyakit kanker/tumor kanker/tumor merupakan urutan urutan ke 6 dari pola pola penyakit nasional. Setiap tahunnya 100 kasus baru terjadi diantara 100.000 penduduk.
(D (Departem temen
Ke Kesehatan
Republik
In Indonesia, ia,
2002)
Meningkatnya pengguna rokok (57 juta orang), konsumsi alkohol, kegemukan atau 0 besitas dan kurangnya aktifitas fisik/olahraga juga berperan dalam peningkatan angka kejadian kanker di Indonesia. (Depkes RI. RI. 2005 2005)) Lima besar besar provinsi provinsi di Indonesia Indonesia mempunya mempunyaii prevalensi prevalensi di atas atas angka angka nasional nasional (> 5,03 %), %), yang pertam pertamaa Daerah Daerah Istimewa Istimewa Yogyakart Yogyakartaa menduduk mendudukii urutan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 9,66 %, disusul Jateng 8,06 %, DKI Jakarta 7,44 %, %, Banten 6,35 6,35 %, selanjutnya selanjutnya Sulut (5,76%0) (Oemiati Ratih , Ekowati Rahajeng , Antonius Yudi Kristanto) . Orga rganisas isasii
1
kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar penyakit kanker di dunia adalah kanker paruparu, kanker payudara, kanker usus besar kanker lambung dan kanker hati. hati. (WHO, 2005) 2005) Tumor/kanker saluran cerna menempati urutan ke-6 ke-6 terbanyak dari seluruh jenis tumor/kanker tumor/kanker yang ada. ada. Perempuan mempunyai mempunyai risiko 2,2 kali kali lebih besar dibandingkan laki-laki. Risiko tumor/kanker tumor/kanker saluran saluran cerna akan akan bertambah seiring dengan bertambahnya bertambahnya umur dan dan semakin tinggi tingkat pendidika pendidikan. n. Berat badan badan obes mempunya mempunyaii risiko 1,7 kali dibanding dibandingkan kan dengan responden responden yang mempunyai mempunyai berat badan kurus. kurus. Kebiasaan merokok berhubung berhubungan an bermakna bermakna dengan dengan tumor/kanke tumor/kankerr saluran saluran cerna. cerna. Kebiasaan Kebiasaan minum alkohol, konsumsi konsumsi buah sayur, sayur, maupun maupun konsumsi konsumsi makanan makanan berlemak tidak berhubungan berhubungan bermakna dengan dengan tumor/kanker saluran cerna. Kanker/tumor merupakan penyakit dengan penyebab multifactor yang terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium yang berbeda-beda. berbeda-beda. (Bonita R, de Courten, Dwyer Dwyer T, and Leowski, J. 2001) Faktor Faktor nutrisi merupakan merupakan salah satu satu aspek yang yang sangat sangat penting, yang kompleks dan sangat dikaitkan dengan proses patologis kanker. Secara umum total asupan berbagai lemak (yaitu tipe yang berbeda-beda dari makanan yang berlemak) bisa dihubung-kan dengan peningkatan insiden beberapa kanker utama misalnya kanker payudara, colon, pro stat, ovarium, endometrium dan pancreas. (Weisburger JH. 2002) Disamping itu obesitas juga meningkatkan meningkatkan risiko untuk kanker dan aktivitas fisik merupakan determinan utama dari pengeluaran energi akan mengurangi risiko (Kritchevs (Kritchevsky, ky, D. Key TJ. 2003). 2003). Faktor Faktor gaya gaya hidup antara antara lain merokok merokok,, diet, konsum konsumsi si alcohol, alcohol, reproduksi (hamil, menyusui, umur pertama menstruasi, menopause), obesitas dan kurangnya aktivitas fisik diduga sebagai kontributor utama per tumbuhan kanker. (Eichholzer-M. 1997) Beberapa faktor risiko penyakit kanker antara lain; merokok merokok dan faktor gaya hidup (khususnya (khususnya konsumsi konsumsi sayur sayur dan buah serta serta aktivitas aktivitas fisik) fisik) merupakan merupakan faktor faktor risiko kanker kanker.. (Alberty, G. 2001). 2001). Hal ini diperjelas dengan per-nyataan Ray (2005) yang mengatakan bahwa asupan buah dan sayur yang tinggi akan menurunkan
2
kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar penyakit kanker di dunia adalah kanker paruparu, kanker payudara, kanker usus besar kanker lambung dan kanker hati. hati. (WHO, 2005) 2005) Tumor/kanker saluran cerna menempati urutan ke-6 ke-6 terbanyak dari seluruh jenis tumor/kanker tumor/kanker yang ada. ada. Perempuan mempunyai mempunyai risiko 2,2 kali kali lebih besar dibandingkan laki-laki. Risiko tumor/kanker tumor/kanker saluran saluran cerna akan akan bertambah seiring dengan bertambahnya bertambahnya umur dan dan semakin tinggi tingkat pendidika pendidikan. n. Berat badan badan obes mempunya mempunyaii risiko 1,7 kali dibanding dibandingkan kan dengan responden responden yang mempunyai mempunyai berat badan kurus. kurus. Kebiasaan merokok berhubung berhubungan an bermakna bermakna dengan dengan tumor/kanke tumor/kankerr saluran saluran cerna. cerna. Kebiasaan Kebiasaan minum alkohol, konsumsi konsumsi buah sayur, sayur, maupun maupun konsumsi konsumsi makanan makanan berlemak tidak berhubungan berhubungan bermakna dengan dengan tumor/kanker saluran cerna. Kanker/tumor merupakan penyakit dengan penyebab multifactor yang terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium yang berbeda-beda. berbeda-beda. (Bonita R, de Courten, Dwyer Dwyer T, and Leowski, J. 2001) Faktor Faktor nutrisi merupakan merupakan salah satu satu aspek yang yang sangat sangat penting, yang kompleks dan sangat dikaitkan dengan proses patologis kanker. Secara umum total asupan berbagai lemak (yaitu tipe yang berbeda-beda dari makanan yang berlemak) bisa dihubung-kan dengan peningkatan insiden beberapa kanker utama misalnya kanker payudara, colon, pro stat, ovarium, endometrium dan pancreas. (Weisburger JH. 2002) Disamping itu obesitas juga meningkatkan meningkatkan risiko untuk kanker dan aktivitas fisik merupakan determinan utama dari pengeluaran energi akan mengurangi risiko (Kritchevs (Kritchevsky, ky, D. Key TJ. 2003). 2003). Faktor Faktor gaya gaya hidup antara antara lain merokok merokok,, diet, konsum konsumsi si alcohol, alcohol, reproduksi (hamil, menyusui, umur pertama menstruasi, menopause), obesitas dan kurangnya aktivitas fisik diduga sebagai kontributor utama per tumbuhan kanker. (Eichholzer-M. 1997) Beberapa faktor risiko penyakit kanker antara lain; merokok merokok dan faktor gaya hidup (khususnya (khususnya konsumsi konsumsi sayur sayur dan buah serta serta aktivitas aktivitas fisik) fisik) merupakan merupakan faktor faktor risiko kanker kanker.. (Alberty, G. 2001). 2001). Hal ini diperjelas dengan per-nyataan Ray (2005) yang mengatakan bahwa asupan buah dan sayur yang tinggi akan menurunkan
2
risiko kanker/tumor. (Ray, A. 2005). Alkohol adalah faktor risiko untuk tumor dan saluran pencemaan atas, kanker hati dan kanker co lonrectal, jumlah sedikit (small amount) akan meningkatkan risiko kanker payudara. (Sinagra D, et.al, 2002) 2002) Disamping itu total asupan asupan lemak berkait berkait an dengan peningkatan penyakit kanker/tumor seperti payudara, colon dan prostat. (Adebamowo CA, Ajayi, Adebamowo CA, and Ajayi. 2000) 2000) Faktor lain yang berpengaruh adalah kesehatan mental. Orang dengan mental disorder (khususnya yang berkaitan dengan masalah mood seperti depresi klinis dan bipolar) akan meningkatkan risiko kejadian kanker pada usia muda. Pada wanita 43 % dengan mental disorder akan menjadi sakit kanker kurang 2 tahun setelah didiagnosa menderita masalah dengan mood. (Davis, JL. 2005).
1.2
Metode pe penulisa isan
Dalam Dalam menyelesa menyelesaikan ikan penulisan penulisan lapora laporan n profesi profesi penulis penulis mengguna menggunakan kan metode metode deskrip deskriptif. tif. Metode Metode ini ini melakuka melakukan n pengumpula pengumpulan n data data berdasa berdasarkan rkan masalah-masalah yang sedang terjadi pada saat waktu melaksakan perawatan dan teknik pengumpulan datanya dengan beberapa cara yaitu : 1. Waw Wawancara Pengumpulan data dengan bertanya secara langsung pada pasien, keluarga pasien, perawat, dokter atau tim kesehatan lain yang ikut merawat pasien selama melakukan asuhan keperawatan. 2. Observasi Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap pasien serta ikut dalam membina asuhan keperawatan. 3. Stud Studii doku dokume ment ntas asii Yaitu dengan cara menggunakan atau melihat catatan medis dan laporan keperawatan. 4. Stud Studii kepus kepusta taka kaan an Dengan mempelajari buku – buku atau literatur ynag berkaitan dengan kasus pembuatan laporan komprehensif
3
1.3 1.3
Sist Sistem emat atik ika a penu penuli lisa san n
BAB I
: Pendahulua luan ya yang berisi isi lat latar belak lakang, metode penulisa isan, sistematika penulisan, tujuan dan manfaat penulisan.
BAB II
: Tin Tinjau jauan teor teorii ya yang meli melipu puti ti,, De Defin finisi, isi, Eti Etio olog logi, Kla Klasi sifi fika kassi, Kriteria
Klinis,
Patway,
Diagnosa,
dan
Intervensi
keperawatan. BAB III III
: Tin Tinjua juan ka kasus sus yan yang g me melip liputi uti pe pengkaji kajiaan da data pa pasien, ien, data laboratorium, keperawatan,
diagnosa
keperawatan,
implementasi,
evaluasi
intervensi dan
catatan
perkembangan. BAB IV
: Pembahasan
BAB V
: Pe Penutup
1.4 Tujuan 1. Tujuan um umum
Mahasiswi dapat mengetahui mengetahui asuhan keperawatan keperawatan pada pasien pasien dengan kanker abdomen 2. Tu Tuju jua an khu khusu suss
a. Mahasiswi Mahasiswi dapat dapat mengeta mengetahui hui anatomi anatomi dan fisiologi fisiologi sistem pencernaan. pencernaan. b. Mahasiswi Mahasiswi dapat dapat mengetah mengetahui ui pengert pengertian, ian, klasifikas klasifikasi, i, etiologi, manisfestasi, tanda dan gejala, phatway, penatalak penatalaksana sanaan an dari dari tumor abdomen. abdomen. c. Mahasiswi Mahasiswi dapat dapat menyusun menyusun analisa analisa data pada pasien pasien tumor tumor abdome abdomen. n. d. Mahasiswi Mahasiswi dapat dapat menyu menyusun sun diagno diagnosa sa kepera keperawata watan n pada pada pasien pasien tumor tumor abdom abdomen en.. e. Mahasiswi Mahasiswi dapat dapat melakuka melakukan n impleme implementasi ntasi keperawa keperawatan tan pada pada pasien pasien tumor tumor abdome abdomen. n.
4
f. Mahasiswi Mahasiswi dapat dapat melakuk melakukan an evaluasi evaluasi keperawta keperawtan n pada pada pasien pasien tumor tumor abdom abdomen en.. g. Mahasiswi Mahasiswi
dapat dapat
melak melakukan ukan
pendokum pendokumenta entasian sian
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pada pasien pasien tumor tumor abdome abdomen. n. 1.5 Manfaat 1.5.1 bagi ilmu pengetahua pengetahuan n
Laporan Laporan ini diharapka diharapkan n dapat memberika memberikan n informasi informasi dan sebagai bahan bacaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan khususnya dalam melakukan asuhan asuhan keperawa keperawatan tan pasien pasien tumor abdomen. abdomen. 1.5.2 1.5.2 bagi bagi perawa perawatt
Bagi perawat atau sebagai tenaga kesehatan (keperawatan) diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien tumor abdomen. abdomen. sehingga sehingga dapat dapat mengur mengurangi angi atau meminimalis meminimalisir ir masalah keperawatan keperawatan yang yang mungkin mungkin terjadi. 1.5.3 bagi institu institusi si pendidika pendidikan n
Kepada institusi pendidikan pendidikan diharapkan laporan ini dapat dapat memberi manfaat di bidang kepustakaan agar dapat dijadikan refe refere rens nsii bagi bagi maha mahasi sisw swaa / maha mahasi sisw swii sehi sehing ngga ga maha mahasi sisw swaa / mahasi mahasiswi swi
memper memperole oleh h
gambara gambaran n
tentang tentang
aplik aplikasi asi
asuha asuhan n
keperawa keperawatan tan pada pasien pasien dengan dengan tumor abdomen. abdomen... 1.5.4 bagi lahan lahan praktek praktek atau rumah rumah sakit
Laporan ini dapat dijadikan pedoman bagi pemberi pelayanan kususnya rumah sakit. Demi kelancaran proses asuhan keperawatan pada klien khususnya perawatan pada pada pasien dengan tumor tumor abdome abdomen. n.
5
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Berikut adalah susunan anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia. 1. Mulut Mulut atau orsis adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian luar yang senpit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Bagian rongga mulut bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oeh tulang malsilaris, platum dan mandibularis, di belakang bersambung dengan faring. a) Gigi Gigi dewasa berjumlah 32 yang terdiri dai gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk menguyah makanan yang sudah dipotong-potong. b) Lidah Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah. Fungsi lidah itu sendiri yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap, dan menelan, serta merasakan makanan. c) Kelenjar ludah Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ada dua yaitu kelenjar submaksilaris dan subblingualis. 2. Faring Merupakan
organ
berhubungan
rongga
mulut
dengan
kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tekak terdiri dari bagian superior ( bagian yang sama tinggi dengan hidung ) bagian media ( bagian yang sama tinggi dengan laring ). Bagian superior di
6
sebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang memghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. 3. Esofagus Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di baeah lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar: melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanang longituginal. Esofgus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung. 4. Lambung Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pirolok, terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri funtus uteri. Bagian lambung terdiri dari : a)
Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b)
Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.
c)
Antrum pilorius, bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pilorius.
d)
Kurvantura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum kardiak sampai ke pilorus.
e)
Kurvantura mayor, terdapat lebih panjang dari kurvantura minor, terbentang dari sisi kiri osteum melalui fundus vebtrikuli menuju ke kanan sampai bagian atas kurvanturi mayor sampai ke limpa.
f)
Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke lambung, pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
7
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang di sebut getah lambung. Getah lambung di halangi oleh sitem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti, arah dan rasa takut. 5. Usus halus Usus halus atau intestium minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada piloris dan berakhir pada sekum panjangnya 6m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus ( lapisan mukosa [sebelah dalam], lapisan pencernaan terdiri dari lapisan otot melingkar [m. Sirkuler], lapisan otot memanjang [m. Longi tudinal] dan lapisan serosa [sebelah luar] ). a)
Duedenum Duedenum di sebut juga usus 12 jari, panjangnya
25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan deudenum terdapat selaput lendir, yang membukit di sebut papila vateri yang bermuara di saluran empedu. Dinding deudenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut Brunnern berfungsi untuk memproduksi getah intestinum. b)
Jejenum dan ileum Jejenum dan ileum memiliki panjang sektar 6 meter. Dua perlima sebagian atas adalah (jejenum) dengan panjang 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan jejenum dam ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
6. Usus besar Usus besar atau intestum mayor panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot
8
melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dan makanan. Tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. a)
Sekum Dibaeah sekum terdapat apendiks, vermiformis yang berbentuk seperti cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum
mudah
bergerak
walaupun
tidak
mempunyai
mesintrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup. b)
Kolon asendens Pajangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebalah kanan. Membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawa hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.
c)
Apendiks ( usus halus) Bagian dari usus halus yang muncul seperti corong dari ujung sekum,
mempunyai
pintu
keluar
yang
sempit
tetapi
memungkinkan dapat di lewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang apendiks beraksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan peforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen. d)
Kolon trasversum Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sanapai desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura linealis.
e)
Kolon desendens Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
f)
Kolon sigmoid
9
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum. 7. Rektum Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinium mayor dam anus, terletak di dasar pelvis, dindingnnya di perkuat oleh 3 sfingter : a)
Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b)
Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c)
Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak. (Syaifuddin. 2003)
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh bentuknya lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis di bawah. Anatomi rongga abdomen Rongga abdomen di batasi oleh : 1) Atas
: Diafragma
2) Bawah
: Pelvis
3) Depan
: Dinding depan abdomen
4) Leteral
: Dinding lateral abddomen
5) Belakang : Dinding belakang abdomen serta tulang belakang. Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak. Terletak di epigastrik, dan sebagian sebelah kiri hipokhodriak dan umbilical. Lambung terletak di bawah diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus. Hati menempati bagian kanan atas terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung bagian pertama usus halus, kandung empedu terletak di dekat ujung pankreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dnding posterior abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena cava interior, reseptakulum khili dan sebagian dari saluran torasika terletak di dalam
10
abdomen. Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak juga di jumpai di dalam rongga ini. ( Evelyn Pearce, 2002) Diafragma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam ronga toraks. Diafragma ini di turut dalam pernafasan. Pada insfirasi akan turun ke bawah pada ekspirasi akan naik ke atas. Pada saat ekspirasi maksimal akan berada setinggi kira-kira 4 garis pada midklavikularis, yang kurang lebih sama dengan palpila mammae pada laki-laki. Dengan demikian pada trauma toraks, baik tumpul maupun tajam, bila di temukan sampai setinggi palpila mammae (pada laki-laki) harus diwaspadai adanya trauma abdomen juga. Organ yang terlindungi dalam pelvis adalah rektum, buli-buli dan uterus, dengan demikian organ yang tidak terlindungi adalah usus halus dan sebagian besar kolon. Ke-2 ginjal karen aletaknya yang di daerah belakang (dorsal) relatif terlindungi. Hepar dan lien tidak mempunyai lumen atau solid, dan terutama pada ke-2 organ ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam rongga peritoneum. Keadaan ini di kenal dengan hemopertorium. Robekan juga dapat menimbulkan perdarahan intra-peritonial. Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan demikian bila terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritonium dan menimbulkan peritonitis. Bila yang masuk rongga peritonium adalah asam lambung maka rangsangan kimia akan segera menimbulkan gejala peritonitis, sedangkan bila yang masuk rongga peritonium adalah isi usus halus atau kolon. Gejala yang timbul akan lambat. ( Syaifuddin, 2003).
2.2
PENGERTIAN TUMOR ABDOMEN
Tumor merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh selsel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan di sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma Budi 2001 ). Tumor adalah : benjolan di sebabkan oleh pertumbuhan sel dengan pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)
11
Tumor Abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang di sebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara uotonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dengan sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena cava interior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bentuknya tetapi tidak menginvasinya. ( Elizabet. j. Corwin. 2000) 2.3
KLASIFIKASI
Klasifikasi tumor abdomen pada orang dewasa yaitu : - Tumor hepar - Tumor limpa / lien - Tumor lambung / usus halus - Tumor colon - Tumor ginjal (hipernefroma) - Tumor pankreas Klasifikasi tumor abdomen pada anak-anak : - Tumor wilms (ginjal)
2.4
ETIOLOGI
Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan kimiawi, fisik, virus, parasit, inflamasi kronik, genetik, hormon, gaya hidup, serta penurunan imunitaws. Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain: 1. Karsinogen a. Kimiawi 12
Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau memerlukan
aktivasi
terlebih
dahulu
(ko-karsinogen)
untuk
menimbulkan neoplasi. Bahan kimia ini dapat merupakan bahan alami atau bahan sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter) dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia. Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin, vinilklorida. Salah satu jenis benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang banyak ditemukan di dalam makanana
yang
dibakar
menggunakan
arang
menimbulkan
kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus, payudara atau prostat. b. Fisik Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan. Sumber radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya neoplasia. c. Viral Dapat
dibagi
menjadi
dua
berdasarkan
ribonukleatnya; virus DNA serta RNA. Virus DNA
jenis
asam
yang sering
dihubungkan dengan kanker antara human papiloma virus (HPV), Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik adalah human T-cell leukemia virus I (HTLV-I) .
2. Hormon Hormon dapat merupakan promoter kegananasan. 3. Faktor gaya hidup Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan yang kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal
13
dari lemak binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat meningkatkan risiko berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon. 4. Parasit Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat. 5. Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia atau pelengketan. Adapun penyebab tumor abdomen akut :
1. Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendicitis, infeksi usus halus dan usus besar, hernia strangulate, perforasi ulkus peptic, perforasi usus, diverticulitis meckel, sindrom boerhaeve, kelainan inflamasi usus, indrom Mallory weiss, gatroienteritis, gastritis akut, adenitis mesenterika. 2. Kelainan pancreas : pancreatitis akut. 3. Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis akut, sistisis akut, infark renal. 4. Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolestitisis akut kolangitis akut, abses hati, ruptur tumor hepar ruptur spontan limpa, kolik bilier, hepatitis akut. 5. Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium, salpingitis akut, dismenorea, endometriosis. 6. Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan visceral, iskemia kilitis akut, trombosis mesenterika. 7. Kelainan
peritoneal
:
abses
intraabdomen,
peritonitis
primer,
peritonitis TBC. 8. Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal. ( Ibnu Zainal Ar-rosyad, 2010 )
2.5
MANISFESTASI KLINIS
Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau menunjukan tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa sehat, tidak nyeri dan tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari14
hari. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak menunjukkan kelainan. Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan tentang tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “ 7-danfer warning signals CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan akronim WASPADA sebagai tanda bahaya keganasan yang perlu dicuraigai.
C = Change in bowel or bladder habit A = a sore that does not heal U = unusual bleding or discharge T = thickening in breast or elsewhere I = indigestion or difficult
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat dilakukan sedini mungkin. Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen.
15
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti pemeriksaan darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak. Kemudian mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti pendarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya. 2.6
TANDA DAN GEJALA
1. Hiperplasia. 2. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras. 3. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal atau lunak. 4. Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor. 5. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi. 6. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa. 7. Konstipasi. 8. Nyeri. 9. Anoreksia, mual, lesu. 10. Penurunan berat badan. 11. Pendarahan.
16
2.7 PATHWAY
Karsinogen, Hormon, Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang berserat, Parasit, Genetic, Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan. Meta lasia sel Neoplasia sel Displasia sel Diferensiasi sel-sel epitel Perubahan struktur sel dan fungsi sel-sel normal Aktivitas regenerasi sel meningkat Menekan gaster TUMOR ABDOMEN
Peningkatan produksi HCL
Masa feses keras Obstruksi lumen
Mual, muntah
Penum ukan massa Menekan gaster dan didndin ernafasan Ketidakefektifan pola nafas Kurang terpapar informasi Kurang pengetahuan
Ketidakseimbangan nutrisi
Pembesaran pada daerah abdomen Distensi abdomen Tindakan pembedahan, biopsy Luka insisi
Port de entry
Resiko infeksi
Pelepasan mediator nyeri (histamine, prostaglandin, bradikinin, serotonin, dll) Ditangkap reseptor nyeri perifer Implus ke otak Presepsi nyeri Nyeri akut Deficit perawatan diri
17
2.8
KOMLIKASI
Komplikais yang dapat timbul akibat tumor yaitu a.
Metastase
b. Prognosis buruk
2.9
PENATALAKSANAAN
a) Pembedahan Pembedahan
adalah
modalitas
penanganan
utama,
biasanya
gastereksoni subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif atau faliatif. Konflikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah injeksi, pendarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C.2001). b) Radioterapi Penggunaan partikel energi tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik. c) Kemoterapi Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi. d) Bioterapi. Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker dengan menstimulasi system imun (biologic response modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin. (Danielle Gale. 2000). 2.10
TES DIAGNOSTIK
18
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi: 1) Marer tumor Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor. 2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI) Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi radio untuk menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh. 3) CT Scan Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk meminai susunan lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang. 4) Flouroskopi Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan ketebalan antar jaringan, dapat mencakup penggunaan bahan kontras. 5) Ultrasound Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima, digunakan untuk mengkaji jaringan yang dalam didalam tubuh. 6) Endoskopi Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukkan suatu kedalam rongga tubuh atau ostium tubuh, memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil. 7) Pencitraan kedokteran nuklir 8) Menggunakan suntikn intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti dengan pencitraan yang menkaji tempat berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).
19
2.11
PEMERIKSAAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR ABDOMEN
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan. Pemeriksaan darah tepi dan laju endap darah masih tetap diperlukan untuk menentukan apakah tumor tersebut memang ganas dan apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti perdarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan lain-lain. Kemudian dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen dan khusus untuk tumor retroperitoneal diperlukan pemeriksaan pielografi intravena. Pemeriksaan ultrasonografi dan atau CT-scan dilakukan sesuai sarana dan prasarana. Adakalanya pemeriksaan ini juga dapat membantu menentukan tumor itu ganas, yaitu bila ditemukan tidak adanya batas antara tumor dan jaringan sekitarnya yang berarti tumor telah melakukan penyusupan atau mengadakan destruksi jaringan sekitarnya atau adanya pembesaran kelenjar getah bening dan metastasis di tempat lain. Untuk tumor yang diketahui menghasilkan produk metabolit tertentu atau marker,
perlu
diperiksa
kadarnya,
sebaiknya
sebelum
dilakukan
pengobatan untuk menunjang diagnosis. Pemeriksaaan ini diulang secara berkala untuk menilai keberhasilan pengobatan dan kemungkinan residif. Selanjutnya penderita dipersiapkan sebaik-baiknya untuk menjalani laparatomi eksplorasi. Saat itu ditentukan apakah tumor dapat diangkat seluruhnya atau sebagian atau hanya dapat dilakukan biopsi. Keterangan ini diperlukan untuk tindakan selanjutnya. Bila tumor dapat diangkat seluruhnya maka stadium tetap, tetapi bila tumor hanya dapat diangkat sebagian (debulking) atau tumor pecah selama operasi (spill), maka stadium dinaikkan setingkat. Untuk tumor yang hanya dapat dibiopsi, biasanya dilanjutkan dengan kemoterapi atau radiasi dahulu dan setelah tumor mengecil dilakukan relaparatomi. Salah satu pemeriksaanyan adalah: 1) Anamnesis Pada anamnesis penderita dengan gawat abdomen ditanya terlebih dahulu permulaan nyerinya (kapan mulai, mendadak atau berangsur), letaknya (menetap, pindah atau beralih), keparahannya
20
dan sifatnya (seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik), perubahannya (bandingkan dengan permulaan), lamanya, apakah berkala, dan faktor apakah yang mempengaruhinya (adakah yang memperingan atau memberatkan seperti sikap tubuh, makanan, minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, miksi). Harus ditanyakan apakah pasien pernah nyeri seperti ini. Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstruksi usus tinggi muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah hebat. Sembelit (konstipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum. Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritonium. Jika ada peradangan
peritonium
setempat
ditemukan
tanda
rangsang
peritonium yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi, daur menstruasi dan gejala lain seperti keadaan sebelum diserang tanda gawat perut, harus dimasukkan dalam anamnesis. 2) Pemeriksaan Fisik Langkah pemeriksaan fisik penderita gawat perut : a) Umum: •
inspeksi umum
•
tanda sistemik
•
suhu badan (rektal dan aksiler)
b) Abdomen: •
Inspeksi: o
Perut
yang
distensi
dengan
bekas
operasi
dapat
memberikan petunjuk adanya perlengketan usus. o
Abdomen yang berkontraksi di daerah skafoid terjadi pada pasien perforasi ulkus.
o
Peristaltik usus yang terlihat pada pasien yang kurus menunjukkan
adanya
obstruksi
usus.
21
c) Auskultasi: •
Bising usus yang meningkat dengan kolik terdengar pada pasien obstruksi usus halus bagian tengah dan awal pankreatitis akut. Suara tersebut berbeda dengan bising hiperperistaltik bernada tinggi yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan pada gastroenteritis, disentri, dan kolitis ulseratif fulminan.
•
Bising usus yang menurun, kecuali suara yang tidak teratur atau lemah, menandakan terjadinya obstruksi atau peritonitis difus.
•
Nyeri batuk: Pasien diminta untuk batuk dan menunjukkan daerah yang paling nyeri. Iritasi peritonel dapat diyakinkan dengan pemeriksaan ini tanpa harus menimbulkan nyeri pada pasien untuk mencari nyeri lepas. Tidak seperti nyeri parietal pada peritonitis, kolik adalah nyeri viseral dan jarang diperberat dengan inspirasi dalam atau batuk.
d) Perkusi:
Terdapatnya nyeri pada perkusi yang berlokasi sama dengan nyeri lepas, menunjukkan iritasi peritoneal dan nyeri parietal.
Pada perforasi, udara bebas akan berkumpul di bawah diafragma dan menghilangkan pekak hati.
Timpani di sekitar garis tengah pada abdomen yang distensi menunjukkan adanya udara yang terperangkap pada usus yang berdistensi.
Cairan bebas dalam peritoneal dapat ditemukan dengan shifting dullness positif.
e) Palpasi: Nyeri yang menunjukkan adanya inflamasi peritoneal mungkin adalah hal terpenting yang ditemukan pada pasien dengan abdomen akut.
Nyeri
berbatas
tegas
ditemui
pada
kolesistitis
akut,
apendisitis, divertikulitis dan salpingitis akut.
22
Bila ada nyeri difus tanpa penekanan harus dicurigai adanya gastroenteritis atau proses inflamasi usus tanpa peritonitis lainnya.
Massa intraabdomen kadang-kadang ditemukan dengan melakukan palpasi dalam. Lesi superfisial, seperti kantung empedu yang membengkak atau abses apendiks sering menimbulkan nyeri dengan batas tegas. Dengan tanda Murphy (palpasi pada daerah subkostal kanan pada saat pasien melakukan inspirasi dalam) dapat ditemukan adanya radang akut kantung empedu.
Tanda illiopsoas : paha diekstensikan secara pasif atau secara aktif melawan tahanan. Uji ini positif pada abses di daerah psoas yang berasal dari abses perinefrik atau perforasi penyakit Crohn.
Tanda obturator : nyeri pada tungkai fleksi saat dilakukan rotasi internal atau eksternal.
Nyeri ketok di bawah iga menunjukkan adanya inflamasi pada diafragma, hepar, limpa, atau jaringan penunjangnya.
Nyeri
pada
sudut
kostovertebral
sering
terjadi
pada
pielonefritis akut. -
Pemeriksaan cincin inguinal dan femoral.
-
Pemeriksaan colok dubur.
Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat perut : Keadaan Tanda klinik penting awal perforasi saluran cerna atau saluran lain perut tampak cekung, tegang; bunyi usus kurang aktif,
pekak
hati
hilang,
nyeri
tekan,
defans
muskuler
Peritonitis Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang, nyeri batuk, nyeri gerak, nyeri lepas, defans muskuler, tanda infeksi umum, keadaan umum merosot. Massa infeksi atau abses Massa nyeri (abdomen, pelvik, rektal), nyeri tinju, uji lokal (psoas), tanda umum radang.
23
Obstruksi usus Distensi perut; peristalsis hebat (kolik usus) yang tampak dinding perut terdengar (borborigmi), dan terasa (oleh penderita yang bergerak); tidak ada rangsangan peritoneum Ileus paralitik Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang, tidak ada nyeri tekan lokal. Iskemia/strangulasi Distensi tidak jelas (lama), bunyi usus mungkin ada, nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas, jika kena usus mungkin keluar darah dari rektum, tanda toksis Perdarahan Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika aneurisma aorta, nyeri tekan lokal pada kehamilan ektopik, cairan bebas (pekak geser), anemia
2.12.
DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
Pre operasi a)
Ansietas b/d perubahan status kesehatan
b)
Nyeri (akut) b/d adanya benjolan pada abdomen
c)
Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat
d)
Kurang pengetahuan tentang pengobata b/d kurangnya informasi.
Post operasi a)
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan pembedahan
b)
Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi
c)
Resiko infeksi b/d adanya luka opersai
d)
Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidk adekuat
e)
Kerusakan integritas kuit/jaringan b/d insisi bedah
24
BAB 3 LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.H KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. PENGKAJIAN
1. Tanggal pengkajian
: 25 November 2014
2. Jam
: 08.10 WIB
3. Oleh
: Sella Mentari
A. IDENTITAS
a. Pasien 1. Nama
: Nn. H.
2. TT lahir/usia
: 15 tahun
3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Status perkawinan
:Belum menikah
6. Pendidikan
: SMA
7. Pekerjaan
: Pelajar
8. Suku/bangsa
: Jawa /Indonesia
9. Alamat
: Taman Buah 1 kutabumi Blok D2 no 14 Rt 005/013 Pasar Kemis-Tangerang
10. Tgl masuk RS
: 04 November 2014
11. Nomor RM/CM
: 14323901
12. Ruangan
: Mawar
13. Diagnosa medis
: Tumor abdomen
b. Keluarga / penaggung jawab 1. Nama 2. Umur 3. Pendidikan
: Tn. S : 50 tahun : SMA
25
4. Pekerjaan
: Pegawai swasta
5. Hub.dengan pasien : Ayah 6. Alamat
: Taman Buah 1 kutabumi Blok D2 no 14 Rt 005/013 Pasar Kemis-Tangerang
B. RIWAYAT KESEHATAN a. Kesehatan pasien 1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada daerah perut b. Riwayat penyakit sekarang Saat klien dirawat klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen, klien terlihat selalu mengelus daerah perut klien dan terlihat meringis. Tampak ada luka post operasi pada daerah abdomen, dengan panjang luka insisi ±5-6 cm. klien mengatakan sesak, klien mengatakan perutnya terasa penuh. Tampak perut membesar lingkar perut ± 47 cm.. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- tusuk nyeri yang dirasakan diberikan nilai 5 jika dalam skala 1-10 apabila sakitnya timbul. Lamanya nyeri saat timbul ± 10 menit. Klien terlihat meringis. klien mengatakan terasa nyeri secara tibatiba. Saat nyeri datang klien mengatakan hanya dapat menahan nyerinya saja, dengan mengaduh atau merintih. terlihat klien tampak meringis saat nyeri terasa dan melindungi darah yang nyeri. 2. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya, klien mengatakan sebelum masuk RS klien mengeluh perut terasa penuh, dan terasa mual. Klien mengatakan sebelum dibawa ke Rs Umum kab. Tangerang klien sempat dirawat di Rs. Medika selama 1 minggu. Selama ini klien mengatakan tidak ada riwayat alergi. Ibu klien mengatakan imunisasi yang dijalankannya saat kecil sudah dilakukan semua. b.
Kesehatan keluarga
Nenek klien mengatakan anggota keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM, hipertensi maupun jantung dan nene klien
26
mengatakan bahwa kakaknya dahulu pernah mengalami hal yang sama seperti Nn. H. yang kini telah meninggal akibat penyakit yang dialami.
C. POLA KEBIJAKSANAAN PASIEN 1. Aspek fisik, biologis a. Sebelum sakit 1. Frekuensi makan :
klien mengatakan sebelum sakit klien selalu makan 3 kali sehari sesuai jadwal di pesantrennya. Namun tidak selalu habis dalam satu porsi 2. Makanan pokok :
nasi, dan lauk 3. Makanan yang disukai/tidak disukai :
klien mengatakan tidak Menyukai sayuran 4. Makanan pantangan : klien mengatakan tidak ada makanan pantangan 5. Nafsu makan : klien mengatakan makan saat terasa lapar. 6. Alergi makanan/minuman : klien mengatakan tidak ada riwayat alergi pada makanan atau minum. b. Selama sakit :
1. Apakah pasien merasa mual, muntah (frekuensi, jenis) : klien mengatakan kadang terasa mual sampai muntah. 2. Nafsu makan : klien mengatakan nafsu makan berkurang saat dirawat di RS 3. Ada gangguang mengunyah : klien mnegatakan tidak ada gangguan dalam mengunyah Sonde terpasang : tidak ada
27
2. Pola eliminasi a. Sebelum sakit Buang air besar
1. Frekuensi
: klien mengatakan BAB tidak menentu .
2. Waktu
: klien mengatakan waktu BAB tidak menentu.
3. Warna
: klien mengatakan feaces berwarna kuning
4. Konsistensi
: pekat dan lembek
5. Penggunan pencahar
: klien mengatakan tidak pernah mengguanakan obat pencahar
Buang air kecil
1. Frekuensi : klien mengatakan dalam sehari bisa 7 kali kali untuk BAK 2. Warna
: klien mengatakan warna urin yang keluar kuning tidak keruh
3. Bau
: klien mengatakan kencingnya tidak berbau.
b. Selama sakit Buang air besar : klien mengatakan klien sudah BAB, dan terpasang
pempers 1.
Frekuensi
: klien mengatakan saat sakit BAB bisa 4-5 hari sekali.
2.
Waktu
: pagi hari
3.
Warna
: kuning
4.
Pendarahan
: klien mengatakan tidak ada pendarahan saat BAB
5.
Konsistensi
: pekat
6.
Kesulitan
: klien mengatakan klien kesulitan BAB karena terganggu dengan rasa nyeri ditangannya.
Buang air kecil
1. Frekuensi
: terpasang selang kateter
2. Waktu
:-
3. Warna
: kuning
4. Bau
: tidak berbau
5. Kesulitan
: tidak ada
6. Alat bantu BAK : selang kateter 7. Jumlah
: 200 cc pada saat pengkajian
28
3.
Pola istirahat tidur
a. Sebelum sakit
1. Saat tidur
: klien mengatakan selalu tidur pukul 22.00 sesuai jadwal di pondok pesantren sebelum sakit.
2. Lama tidur
: klien mengatakan selalu tidur selama 5-6 jam
3. Kebiasaan pengantar tidur : klien mengatakan tidak ada kebiasaan sebelum tidur 4. Kesulitan tidur - Menjelang tidur
: klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam tidur
- Saat tidur
: tidak ada
5. Penggunaan obat tidur
:klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat tidur
b. Selama sakit setelah pembedahan
1. Saat tidur
: selama dirumah sakit klien mengatakan sulit tidur karena tidak nyaman dengan suasana rumah sakit, dank lien merasa terganggu saat merasakan nyeri. : klien tidur malam hanya 4 – 5 jam dan
2. Lama tidur
kadang-kadang tidur siang 30 menit 3. Kebiasaan pengantar tidur : klien mengatakan tidak ada kebiasaan seblum tidur selama sakit 4. Kesulitan tidur
: klien mengatakan kesulitan tidur saat merasa nyeri atau sesak.
-
Menjelang tidur
:-
-
Saat tidur
:-
5. Penggunaan obat tidur 4.
: tidak ada
Pola aktifitas latihan
a. Pola bekerja
- Jenis
:klien mengatakan sehari-hari klien hanya mengikuti jawal di pesantrenen. Dimulai dari subuh untuk melakukan
29
ibadah, kemudian aktivitas belajar,dan ibadah
yang
dilaksanakan di pesantrennya. - Lamanya kerja : klien mengatakan kegiatan pesantren dimulai dari sebelum adzan subuh berkumandang, lamanya kegiatan pesantren selamasatu hari ± 12 jam berakhir sampai solat isa, - Waktu kerja
:
b. Olah raga
-
Jenis
: klien mengatakan selalu mengikuti pelajaran olah
raga saat dipesantren. -
Frekuensi
:-
c. Kegiatan dan waktu luang : berkumpul dengan teman-teman satu kamar. d. Kesulitan/keluhan : saat ini klien mengatakan masih nyeri dengan luka operasinya. Klien masi suka terasa sesak, terasa penuh pada daerah abdomen.
5.
Pola personal hygiene
a.
Mandi
: klien mengatakan baru 1 kali mandi selama dirawat di RS.
b.
Kuku
: panjang, kotor
c.
Genetalia
: kotor
d.
Rambut
: panjang sebahu, berminyak, tercium bau yang tidak sedap, dan terasa lengket
e.
Sikat gigi
: 1 kali perhari, bersih dibantu
6. Aspek psikososial
1.
Ekspresi wajah
:klien terlihat meringis untuk menahan sakit saat dikaji, terkadang klien selalu mengaduh saat sakit terasa dan terlihat selalu mengelus daerah perutnya.
2.
Sikap
:klien terlihat melindungi daerah abdomennya yang sakit saat nyeri terasa.
3.
Komunikasi
: jelas, relevan : ya
4.
Mengekspresikan
: ya, mampu mengerti orang lain : ya
30
5.
Pengetahuan persepsi terhadap penyakit
: klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak mengetahui asal muasal penyakitnya.
6.
Pengambilan keputusan
7.
:dibantu orang lain, sebutkan : orang tua
Hal yang saat ini dipikirkan
: klien mengatakan ingin segera pulang, dan lekas sembuuh dari sakitnya, agar dapat beraktifitas seperti sedia kala.
8.
Harapan setelah menjalani perawatan : klien mengatakan ingin segera pulih dari sakitnya dan berharap tidak terluang kembali masalahnya.
9.
Perubahan yang dirasakan setelah sakit: klien mengatakan kesulitan dalam beraktivitas. Karena rasa nyeri di daera abdomennya, klien belum bisa duduk karena perutnya yang membesar dan terdapat luka post operasi.
10. Temapat tinggal
: bersama orang orang tua
11. Kehidupan kelurga :adat istiadat yang dianut : klien mengatakan keluarganya menganut adat istiadat jawa - Pembuat keputusan dalam keluarga
:
klien
mengatakan
yang
paling berperan untuk mengambil keputusan adalah ayahnya . - pola komunikasi
:
klien
mengatakan
pola
komunikasi dalam keluarganya adalah 2 arah. - Dalam keluarga Keuangan
: memadai
12. Apa yang dilakukan perawat agar anda aman dan nyaman ? klien mengatakan dengan cara diberikan perawatan di rumah
sakit klien
merasa sedikit tenang dalam menghadapi sakitnya. 13. Apa yang dilakukan saat strees
:
klien
mengatakan
saat
klien
memiliki masalah klien selalu bilang kepada ibunya untuk berbagi pengalaman dengan ibunya.
31
7. Aspek spritual
1. Apa/siapa sumber kekuatan : klien mengatakan sepeunuhnya percaya terhadap apa yang telah dikehendaki allah. 2. Apakah tuhan, agama, kepercayaan
penting untuk
anda
? klien
mengatakan sebuah kepercayaan dalam agama merupakan hal yang penting . 3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi) Sebutkan : klien mengatakan selalu melakukan sembahyang 5 waktu dan mengikuti kegiatan keagamaan selama di pesantren. 4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah, sebutkan : tadarusan,melakukan sholat 5 waktu
D. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum
1. Kesadaran
: compos mentis
2. Status gizi
: baik
3. Tanda- tanda vital
: 130/90, RR 15 x/mennit, N: 100 x /menit
b. Pemeriksaan sistematis 1. System penginderaan :
a) Penglihatan : konjungtiva terlihat anemis, sclera tidak ikterik, reflek cahaya +, distribusi kedua alis merata, klien tidak mengguanakan alat bantu penglihatan. (kacamata, soft lens) tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan. b) Penciuman : fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat membedakan aroma kopi dan minyak kayu putih c) Pendengaran : klien tidak mengguanakan alat bantu dengar, tidak terdapat serumen, tidak terdapat nyeri tekan, pendengaran baik detandai dengan klien dapat menjawab semua pertanyaan tanpa harus diulang dan hasil yang baik dengan tes weber dan swabah d) Penegcapan : fungsi penegcapan baik, klien dapat memebdakan rasa manis, asem, asin dan pait.
32
e) Peraba : klien dapat merasakan sentuhan ketika disentuh dan dapat membedakan halus, kasar, dan tajam. Pada daerah tangan sebelah kiri klien mengarakan adanya perubahan sensasi. 2. System pernafasan : mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris, tidak terdapat lesi di hidung, polip (-), sianosis (-), tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus, tidak ada lesi di leher, tidak ada nyeri tekan pada daerah dada dan leher, bentuk dada simetris, bunyi nafas vesikuler. Klien mengatakan tidak ada sesak 3. System pencernaan : keadaan bibir simetris, bibir terlihat kering, dan pucat lidah berwarna merah muda, tidak terpasang NGT, tidak ada pembesaran hepar, terdapat luka post operasi, panjang ± 6 cm, perut terlihat membesar, 4. System kardiovaskuler : tidak ada peningkatan vena jugularis, CRT kembali ± 2 detik, bunyi perkusi dullness, tidak ada bunyi tambahan, irama jantung regular. 5. System urinaria : tidak ada keluhan sakit saat BAK, terpasang selang kateter, volume urin saat dikaji 200cc 6. System endokrin : pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tremor (-), tidak ada gigantisme 7. System ektremitas atas dan bawah : tidak ada hambatan saat menggerakan daerah tangan kiri dan kanan. terpasang infus pada lengan sebelah kiri. Kekuatan otot maksimal, reflek humer positif. 8. system reproduksi : klien mengatakan pertama haid pada usia 14 tahun, klien mengatakan nyeri haid pada hari pertama. 9. system integument : warna kulit kuning langsat, keadaan kulit kepala sedikit berminyak, distribusi rambut merata, terdapat lesi pada dengkul sebelah kiri.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG abdomen yang dilakukan sebelum operasi, tampak masa besar di darah abdomen atas, di anterior aorta, masa dengan echoheterogen (isodens, hipodens, hiperdens) masa tidak ada hubungan dengan hepar, lien, tampak cairan bebas di daerah parametrium. - Hasil lab pada tanggal 26 november 2014 kimia (fungsi hati)
33
-
-
protein 5.9 g/dl nilai normal 6-8,
-
albumin 2.9 g/dl nilai normal 3,4-4,8
-
globulin 3,0 g/dl nilai normal 1.5-3
hasil lab Darah Perifer Lengkap -
Hemoglobin 10.39 g/dl
-
Leukosit 18.3 10³/µl
-
Hematokrit 32%
-
Trombosit 462 10³/µl
-
Gds 96 mg/dl
F. PENGOBATAN YANG DIBERIKAN
a. pantoprazole b. Ondansentron c. Keterolac 30mg/8 jam d. Ceftriaxone 1g/12 jam
II.
ANALISA KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA
ANALISA DATA
No.
Data
Etiologi
DS: -
Klien nyeri
mengatakan pada
daerah
abdomen 1
Klien
Karsinogen, Hormon, Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang berserat, Parasit, Genetic, Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
mengatakan
skala nyeri 4 dari 1-10 -
Masalah
Klien
mengatakan
nyeri seperti ditusuk-
Metaplasia sel Neoplasia sel
Nyeri akut
Displasia sel
tusuk, -
Klien nyeri
mengatakan bisa
dirasakan
selama 10 menit
Diferensiasi sel-sel epitel Perubahan struktur sel dan fungsi sel-sel normal
34
-
Klien
mengatakan
Aktivitas regenerasi sel meningkat
nyeri hilang timbul TUMOR ABDOMEN DO:
Masa feses keras
-
klien tampak meringis
Obstruksi lumen
-
klien
tampak
terlihat
selalu mengelus daerah
Penumpukan massa
abdomennya -
terlihat luka post operasi di
daerah
Pembesaran pada daerah abdomen
abdomen
dengan panjang 6 cm
Distensi abdomen
Tindakan pembedahan, biopsy
Luka insisi
Pelepasan mediator nyeri (histamine, prostaglandin, bradikinin, serotonin, dll)
Ditangkap reseptor nyeri perifer
Implus ke otak
Presepsi nyeri
Nyeri DS:
2
-
klien mengatakan sesak
-
klien mengatakan perutnya terasa penuh
Karsinogen, Hormon, Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang berserat, Parasit, Genetic, Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
Ketidakefektivan pola
nafas
Metaplasia sel
35
DO: -
RR 15x/menit
-
N 100x/menit
-
TD 130/90
-
Klien tampak letih
-
Klien tampak sesak
Neoplasia sel Displasia sel Diferensiasi sel-sel epitel Perubahan struktur sel dan fungsi sel-sel normal Aktivitas regenerasi sel meningkat
TUMOR ABDOMEN
Masa feses keras
Obstruksi lumen
Penumpukan massa
Pembesaran pada daerah abdomen
Distensi abdomen
Menekan gaster dan didnding pernafasan
Ketidakefektifan pola nafas DS:
-
Klien mengatakan adanya perubahan sensasi pada tangan
3
yang terpasang spalak
Resiko infeksi
Metaplasia sel
DO:
-
Karsinogen, Hormon, Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang berserat, Parasit, Genetic, Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
Perubahan suhu pada
Neoplasia sel
kulit.
36
-
Reflek
bisep,
negatif
pada
trisep tangan
Displasia sel Diferensiasi sel-sel epitel
kiri. -
Rom pada tangan kiri
Perubahan struktur sel dan fungsi sel-sel normal
minimal, Aktivitas regenerasi sel meningkat
TUMOR ABDOMEN
Masa feses keras
Obstruksi lumen
Penumpukan massa
Pembesaran pada daerah abdomen
Distensi abdomen
Tindakan pembedahan, biopsy
Luka insisi
Port de entry kuman
Resiko infeksi Ds: - klien dan keluarga mengatakan tidak tahu 4.
mengapa bisa mengalami
Karsinogen, Hormon, Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang berserat, Parasit, Genetic, Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
Kurang pengetahuan
penyakit seperti ini Metaplasia sel
Do: -
Klien tidak dapat
Neoplasia sel 37
menjawab 3 pertanyaan yang diajukan oleh perawat yang berhubungan dengan penyakit -
Klien dan keluarga
Displasia sel Diferensiasi sel-sel epitel Perubahan struktur sel dan fungsi sel-sel normal Aktivitas regenerasi sel meningkat
selalu bertanya mengenai penyakit
TUMOR ABDOMEN
yang dialaminya Masa feses keras
Obstruksi lumen
Penumpukan massa
Pembesaran pada daerah abdomen
Distensi abdomen
Tindakan pembedahan, biopsy
Kurang terpapar informasi
Kurang pengetahuan
DS: -
Klien mengatakan nyeri pada abdomen dengan skala nyeri 4
5.
-
Klien mengatakan merasa mual
Karsinogen, Hormon, Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang berserat, Parasit, Genetic, Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Metaplasia sel Neoplasia sel
38
DO: -
Klien terlihat lemah
-
Terlihat membrane mukosa pucat
-
Klien menolak untuk makan
Displasia sel Diferensiasi sel-sel epitel Perubahan struktur sel dan fungsi sel-sel normal Aktivitas regenerasi sel meningkat
TUMOR ABDOMEN
Masa feses keras
Obstruksi lumen
Penumpukan massa
Pembesaran pada daerah abdomen
Distensi abdomen
Menekan gaster
Peningkatan produksi HCL
Mual, muntah
Ketidakseimbangan nutrisi DS: -
Klien mengatakan baru mandi satu kali selama
6.
dirawat di RS
Karsinogen, Hormon, Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang berserat, Parasit, Genetic, Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
Deficit perawatan diri
DO: -
Rambut klien tampak
Metaplasia sel
39
lengket, berbau, dan berminyak -
Neoplasia sel Displasia sel
Klien tampak kesulitan melakukan aktifitas karena adanya luka insisi pada daerah abdomen
Diferensiasi sel-sel epitel Perubahan struktur sel dan fungsi sel-sel normal Aktivitas regenerasi sel meningkat
TUMOR ABDOMEN
Masa feses keras
Obstruksi lumen
Penumpukan massa
Pembesaran pada daerah abdomen
Distensi abdomen
Tindakan pembedahan, biopsy
Luka insisi
Pelepasan mediator nyeri (histamine, prostaglandin, bradikinin, serotonin, dll)
Ditangkap reseptor nyeri perifer
Implus ke otak
40
Presepsi nyeri
Nyeri
Deficit perawatan diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi (agen cidera fisik) 2. Ketidakefektivan pola nafas b/d deformitas dinding dada 3. Resiko infeksi b/d luka post operasi (prosedur invasive) 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah 5. Deficit perawatan diri b/d nyeri 6. Kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi
41
III.
PERENCANAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTAI DAN EVALUASI
No.
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan
DX 1.
keperawatan
selama
3x24
2. Monitor tanda-tanda vital
nyeri dapat teratasi dengan
3. Ajarkan tehnik relaksasi
Kriteria Hasil:
4. Ajarkan nafas dalam
Sakala nyeri berkurang /
Pasien
5. Pertahankan istirahat dengan posisi semi
mampu
melakukan relaksasi dan distraksi
untuk
6. Berikan aktivitas hiburan
Mampu
nyeri. 2. deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan pasien. 3. Untuk merelaksasi otot sehingga mengurangi rasa nyeri. 4. Dengan nafas dalam dan batuk yang efektif dapat
7. kolaborasi tim dokter dalam pemberian
mengurangi tekanan darah pada abdomen yang dapat
analgetika.
menimbulkan rangsangan nyeri 5. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah
pengalihan rasa nyeri -
kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik
powler.
nyeri hilang -
1. Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat,
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
jam gangguan rasa nyaman
-
Rasional
dengan posisi terlentang.
berpartisipasi
6. meningkatkan relaksasi.
dalam aktifitas
7. Menghilangkan nyeri. 3.
Setelah dilakuakan intervensi
1. kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign
selama 3x24 jam tidak terjadi
2. Gunakan tehnik septik dan antiseptik.
1.
Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi selanjutnya.
42
infeksi hasil :
3. Ganti verband.
- Luka menujukan
4. Berikan penyuluhan tentang cara
penyembuhan dengan baik - perban pada daerah
pencegahan infeksi.
2.
kuman penyebab infeksi. 3.
5. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.
abdomen tidak basah
Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan
Verban yang basah dan kotor dapat menjadi tempat berkembang biaknya kuman penyebab infeksi.
4.
- tidak terdapat tanda-tanda
Memberikan pengertian kepada klien agar dapat mengetahui tentang perawatan luka.
infeksi
5.
Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi.
5.
Setelah dilakukan asuhan
1. Mandi
keperawatan selama 1x24
2. Bantuan perawatan diri mandi/hygine
jam perawatan diri terpenuhi
3. Kolaborasi dengan keluarga untuk
atau teratasi dengan kriteria hasil : - Klien
pemenuhan personal higine 4. Perawata rambut
menerima
bantuan
1. Membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi, kebersihan dan penyembuhan 2. Membantu pasien untuk memenuhi higine pribadi 3. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan 4. Adanya peningkatan penampilan rambut yang bersih, rapih dan menarik
atau perawatan total dari perawat - Mengungkapkan verbal
kepuasan
secara tentang
personal hygine
43
infeksi hasil :
3. Ganti verband.
- Luka menujukan
4. Berikan penyuluhan tentang cara
penyembuhan dengan baik - perban pada daerah
pencegahan infeksi.
2.
kuman penyebab infeksi. 3.
5. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.
abdomen tidak basah
Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan
Verban yang basah dan kotor dapat menjadi tempat berkembang biaknya kuman penyebab infeksi.
4.
- tidak terdapat tanda-tanda
Memberikan pengertian kepada klien agar dapat mengetahui tentang perawatan luka.
infeksi
5.
Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi.
5.
Setelah dilakukan asuhan
1. Mandi
keperawatan selama 1x24
2. Bantuan perawatan diri mandi/hygine
jam perawatan diri terpenuhi
3. Kolaborasi dengan keluarga untuk
atau teratasi dengan kriteria hasil : - Klien
pemenuhan personal higine 4. Perawata rambut
menerima
1. Membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi, kebersihan dan penyembuhan 2. Membantu pasien untuk memenuhi higine pribadi 3. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan 4. Adanya peningkatan penampilan rambut yang bersih,
bantuan
rapih dan menarik
atau perawatan total dari perawat - Mengungkapkan verbal
kepuasan
secara tentang
personal hygine
43
CATATAN PERKEMBANGAN
No waktu/tanggal 1 Selasa 25, November 2014
No.Dx 1
Implementasi 1. Mengkaji skala nyeri, lokasi, pada daerah abdomen, karakteristik
paraf
terasa lebih nyaman setelah dikeramasi.
Hasil Evaluasi : skala nyeri 3, lokasi abdomen ,
O: Skala nyeri berkurang menjadi 3
karakteristik: seperiti ditusuk-tusuk
A: masalah teratasi sebagian
2. Memonior tanda-tanda vital Hasil Evaluasi: 130/90 mmhg, suhu 36,5. N: 100 x/menit 3. Memberikan penkes untuk melakukan distraksi dan nafas dalam
P: lanjutkan intervensi I: 1. Mengkaji skala nyeri Ef/ : skala nyeri 4, lokasi lengan kiri, karakteristik: seperiti ditusuk-tusuk 2.Memonior tanda-tanda vital
4. Membantu klien untuk melakukan keramas
EF/:120/90 mmhg, suhu 36,5. N: 82 x/menit
5. Melakukan kolaborasi dengan tim dokter
3.melakukan distraksi dan nafas dalam
dengan memberikan obat sesuai dosis 6. Mengganti balutan
Paraf
Evaluasi S:klien mengatakan nyeri semakin berkurang,
EF/: pemkes nfas dalam 4.Melakukan kolaborasi dengan tim dokter EF/:memberikan obat sesuai dengan dosis R: -
44
CATATAN PERKEMBANGAN
No waktu/tanggal 1 Selasa 25, November 2014
No.Dx 1
Implementasi 1. Mengkaji skala nyeri, lokasi, pada daerah abdomen, karakteristik
paraf
terasa lebih nyaman setelah dikeramasi.
Hasil Evaluasi : skala nyeri 3, lokasi abdomen ,
O: Skala nyeri berkurang menjadi 3
karakteristik: seperiti ditusuk-tusuk
A: masalah teratasi sebagian
2. Memonior tanda-tanda vital Hasil Evaluasi: 130/90 mmhg, suhu 36,5. N: 100 x/menit 3. Memberikan penkes untuk melakukan distraksi dan nafas dalam
P: lanjutkan intervensi I: 1. Mengkaji skala nyeri Ef/ : skala nyeri 4, lokasi lengan kiri, karakteristik: seperiti ditusuk-tusuk 2.Memonior tanda-tanda vital
4. Membantu klien untuk melakukan keramas
EF/:120/90 mmhg, suhu 36,5. N: 82 x/menit
5. Melakukan kolaborasi dengan tim dokter
3.melakukan distraksi dan nafas dalam
dengan memberikan obat sesuai dosis 6. Mengganti balutan
Paraf
Evaluasi S:klien mengatakan nyeri semakin berkurang,
EF/: pemkes nfas dalam 4.Melakukan kolaborasi dengan tim dokter EF/:memberikan obat sesuai dengan dosis R: -
44
2
Rabu , 06 November 2014
3.
1. Melakukan perawatan tirah baring post operasi Ef: : membantu klien perawatan tirah baring. 2. mengajarkan pada klien/ keluarga untuk memperhatikan postur tubuh yg benar untuk
S: klien mengatakan lebih terasa nyaman dari hari-hari kemarin O: klien tampak lebih rileks dan nyaman A: masalah teratasi sebagian P : stop intervensi
menghindari kelelahan sesak, keram & cedera post operasi. Ef : keluarga klien mengatakan lebih memahami apa yang harus dilakukan 3. Melakukan mobilisasi sendi pada klien Ef : klien tampak lebih rileks Ef : klien tampak terlihat melatih sendisendinya secara mandiri. 4. Melakukan pengaturan posisi nyaman pada klien Ef
: klien lebih terasa lebih nyaman dari
sebelumnya 5. Mengganti balutan Ef : tidak terdapat rubor,kolor,dolor
45
2
Rabu , 06 November 2014
3.
1. Melakukan perawatan tirah baring post operasi Ef: : membantu klien perawatan tirah baring. 2. mengajarkan pada klien/ keluarga untuk memperhatikan postur tubuh yg benar untuk
S: klien mengatakan lebih terasa nyaman dari hari-hari kemarin O: klien tampak lebih rileks dan nyaman A: masalah teratasi sebagian P : stop intervensi
menghindari kelelahan sesak, keram & cedera post operasi. Ef : keluarga klien mengatakan lebih memahami apa yang harus dilakukan 3. Melakukan mobilisasi sendi pada klien Ef : klien tampak lebih rileks Ef : klien tampak terlihat melatih sendisendinya secara mandiri. 4. Melakukan pengaturan posisi nyaman pada klien Ef
: klien lebih terasa lebih nyaman dari
sebelumnya 5. Mengganti balutan Ef : tidak terdapat rubor,kolor,dolor
45
3.
Kamis, 27 november 2014 22.00 wib
1. Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat analgetik 2. Pengaturan posisi
S: klien mengatakan nyeri berkurang O: skala nyeri menjadi 2 A: masalah teratasi sebagian P:lanjut intervensi
46
3.
Kamis, 27 november 2014 22.00 wib
1. Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
S: klien mengatakan nyeri berkurang O: skala nyeri menjadi 2
2. Pengaturan posisi
A: masalah teratasi sebagian P:lanjut intervensi
46
BAB 4 PEMBAHASAN
Berdasarkan pola aktivitas klien hanya mengikuti jadwal sesuai pesantren yang ia tempati, klien hanya berolah raga dalam seminggu yaitu sebanyak 1 kali. Klien juga jarang mengkonsumsi sayur mayur. Karna menurut klien sayuran makanan yang tidak disukainya. Berdasarkan riwayat penyakit yang pernah dialami Nn. H sebelumnya klien hanya mengeluh pada daerah ulu hati, dan setiap kali diperiksakan ke dokter klien hanya di diagnose terkena gastristis. Biasanya dalam 1 minggu klien hanya BAB 3-4 kali. Dari hasil wawancara dengan nenek klien, sebelumnya anggota keluarga yang telah meninggal, mengalami penyakit yang sama, yang dialami oleh Nn. H. Maka penyebab dari terjadinya penyakit tumor abdomen berdasarkan etiologi yaitu gaya hidup yang kurang sehat, asupan makanan kurang yang berserat serta faktor genetik. Nn. H di diagnosa tumor abdomen setelah melakukan pemeriksaan usg yang menunjukan adanya masa besar di daerah abdomen atas, di anterior aorta,
BAB 4 PEMBAHASAN
Berdasarkan pola aktivitas klien hanya mengikuti jadwal sesuai pesantren yang ia tempati, klien hanya berolah raga dalam seminggu yaitu sebanyak 1 kali. Klien juga jarang mengkonsumsi sayur mayur. Karna menurut klien sayuran makanan yang tidak disukainya. Berdasarkan riwayat penyakit yang pernah dialami Nn. H sebelumnya klien hanya mengeluh pada daerah ulu hati, dan setiap kali diperiksakan ke dokter klien hanya di diagnose terkena gastristis. Biasanya dalam 1 minggu klien hanya BAB 3-4 kali. Dari hasil wawancara dengan nenek klien, sebelumnya anggota keluarga yang telah meninggal, mengalami penyakit yang sama, yang dialami oleh Nn. H. Maka penyebab dari terjadinya penyakit tumor abdomen berdasarkan etiologi yaitu gaya hidup yang kurang sehat, asupan makanan kurang yang berserat serta faktor genetik. Nn. H di diagnosa tumor abdomen setelah melakukan pemeriksaan usg yang menunjukan adanya masa besar di daerah abdomen atas, di anterior aorta, massa dengan echohetenogen (isodens, hipodens, hiperdens) massa yang di temukan tidak ada hubungan dengan hepar, lien. Tampak cairan bebas di daerah parametrium. Akibat adanya massa di daerah abdomen atas menyebabkan masa feses menjadi keras, sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi pada daerah saluran cerna. Dari hasil obstruksi yang terjadi, klien mengalami kesulitan dalam berkonstipasi,
dan
menyebabkan
terjadinya
penumpukan
masa,
yang
mengakibatkan terjadinya distensi abdomen. Distensi abdomen yang terjadi mengakibatkan terjadinya penekanan gaster dan dinding pernafasan. Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gastereksoni subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. klien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif atau faliatif. Berdasarkan teori, diagnosa yang muncul pada tumor abdomen yaitu Pre operasi ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, nyeri (akut) berhubungan dengan adanya benjolan pada abdomen resiko tinggi terhadap diare
47
berhubungan dengan koping yang tidak adekuat kurang pengetahuan tentang pengobata berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnose post operasi yaitu dapat terjadinya resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan pembedahan, nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi, resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka opersi, gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kerusakan integritas kuit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah. Pada kasus Nn. H diagnosa yang muncul berdasarkan pengkajian adalah sebagai berikut: 1. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi (agen cidera fisik), 2. Resiko infeksi b/d luka post operasi (prosedur invasive), 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah 4. Deficit perawatan diri b/d nyeri, Dari keempat diagnosa tersebut tidak ada kesenjangan antara diagnosa yang didapatkan pada klien saat pengkajian dengan teori yang telah dikemukan. Dengan adanya masalah-masalah keperawatan tersebut maka intervensi dan implementasi yang diberikan adalah berupa tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi dan pada pelaksanaannya hampir semua rencana yang telah disusun dilakukan dan telah disesuaikan dengan prioritas masalah. Perawat juga tidak menemukan kendala yang berarti dalam menjalankan implementasi karena klien kooperatif dan sudah terbiasa dengan prosedur yang dilakukan.
48
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, menentuka diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan tentang asuhan Keperawatan Pada Nn H dengan Post Operasi tumor abdomen Di Ruang Mawar RSUD Kab. Tangerang secara metode studi kasus, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Hasil pengkajian pada Nn. H didapatkan klien mengatakan nyeri pada post operasi, skala nyeri 5, luka tertutup pada abdomen, ADL klien dibantu. 2. Rumusan diagnose keperawatan didapatkan diagnose yaitu Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi fisik), Resiko infeksi b/d
(agen cidera
luka post operasi (prosedur invasive),
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah, Deficit perawatan diri b/d nyeri 3. Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien sesuai pada teori asuhan keperawatan pada tumor abdomen. 4. Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan post operasi tumor abdomen sesuai dengan perencanaan tidakan asuhan keperawatan yang bertujuan dengan criteria hasil 5. Evaluasi yang dilakukan pada pasien dengan post operasi tumor abdomen,
pasien mengatakan nyeri berkurang, tanda-tanda infeksi, ADL klien mandiri, kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
5.2 Saran 5.2.1 Penulis
Mampu meningkatkan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas, memberikan pelayanan keperawatan yang memperhatikan isu dan etika yang sedang berkembang dengan modifikasi tindakan keperawatan tanpa meninggalkan konsep dan etika keperawatan.
49
5.2.2 Rumah sakit
Bagi
institusi
pelayanan
kesehatan,
memberikan
pelayanan
dan
mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan dan pasien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal.
5.2.3 Profesi keperawatan
Meningkatkan pengetahuan yang selanjutnya mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada pasien dengan vesikolithiasis yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan kaidah dalam konsep keperawatan
50
Daftar pustaka
Shibuya K, Mathers CD, Boschi-Pinto C, Lopez AD, Murray CJL. 2003. Global and regional estimates of cancer mortality and incidence by site: II. Results for
the
global
burden
of
disease
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC183848/
2000.
diunduh
pada
tanggal 23 Desember 2014 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Survei Kesehatan Nasional, Laporan Studi Mortalitas 2001. Jakarta. http://www.depkes.go.id diunduh pada tanggal 20 Desember 2014
Balitbangkes Depkes RI. 2005. Surveillance of Major Non Communicable Disease in South East Asian Region, Report of an Inter-Country Consultation. http://www.depkes.go.id diunduh pada tanggal 25 Desember 2014
Oemiati Ratih , Ekowati Rahajeng , Antonius Yudi Kristanto. 2011. Prevalensi Tumor Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya Di Indonesia Vol. 39, No.4.
Bul.
Peneliti.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/56 diunduh pada tanggal 22 Desember 2014 WHO,
2005.
Preventing
Chronic
Disease
a
Vital
Investment.
http://www.who.int/chp/chronic_disease_report/en/ diakses pada tanggal 20 Desember 2014 Bonita R, de Courten, Dwyer T, dan Leowski, J. 2001.Surveillance of Risk Factors
for
Non
Communicable
Disease,
www.who.int/.../summaryfinal_rev1_english.pdf diunduh
pada
WHO, tanggal
24
desember 2014
Weisburger JH. 2002.Lifestyle, Health and disease prevention.: The underlying mechanisms.
Eur
J
Cancer
Prev
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12570328 diunduh pada tanggal 20 Desember 2014
51