Widya Teknika Vol.17 No.1; Maret 2009 ISSN ISSN 141 1411 1 – 0660 0660 : 30 30 - 39
PERENCANAAN ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE PADA HYBRID FIBER COAXIAL (HFC) Dedi Usman Effendy
1)
ABSTRAK Salah satu sarana yang digunakan untuk menintegrasikan layanan TV Kabel, telepon dan data adalah Hybrid Fiber Coax (HFC). HFC merupakan pengembangan dari jaringan kabel koaksial yang digunakan operator TV Kabel, dengan mengganti koaksial pada backbone dengan serat optik. Penggunaan serat optik ini memungkinkan pengembangan layanan, seperti Video on Demand , Music on Demand, Game interactive dan lain-l lain-lain ain,, yang yang mempunyai kecepatan tinggi. Bahwa pada jaringan Hybrid Fiber Coax (HFC) dapat diterapkan teknologi Asynchronous Transfer Mode (ATM) agar dapat dihasilkan performansi layanan yang lebih baik. Dengan penggunaan ATM, jaringan HFC tidak hanya dapat digunakan untuk layanan TV kabel saja, tapi juga untuk layanan interaktif, seperti telepon, internet dan Video On Demand . Didalam menyalurkan data menggunakan HFC, data diangkut dengan jaringan transport STM-1 yang mempunyai kapasitas 155,52 Mbps, kemudian diadaptasikan dengan cell ATM dengan 353207 kapasitas STM-1 perdetiknya. Bahwa dengan jumlah pelanggan 100 maka akan didapatkan layanan dengan menggunakan media HFC perdetiknya sebanyak 5 layanan dengan kapasitas data percellnya 35535 byte. Dari hasil perhitungan diatas semakin banyak jumlah pelanggan yang menggunakan layanan dengan media HFC maka jumlah layanan yang dikeluarkan semakin sedikit dan sebaliknya. Kata Kunci: Hybrid Fiber Coax (HFC), Asynchronous (HFC), Asynchronous Transfer Mode (ATM), Video On Demand PENDAHULUAN Latar Belakang Disisi lain, masyarakat juga semakin selektif dalam memilih berbagai layanan tersebut, dengan mempertimbangkan kualitas dan biaya yang diperlukan. Hal inilah yang mendorong penyedia layanan informasi dan hiburan terus berusaha mengembangkan teknologi yang dipakai untuk meningkatkan kualitas layanan mereka. Jaringan komunikasi seperti telepon, internet dan broadcast yang ada saat ini masih berada pada jalur yang terpisah. Adanya kompetisi diantara para operator jaringan menyebabkan adanya keinginan untuk mengintegrasikan layanan suara, data dan gambar tersebut ke dalam jaringan terpadu. Jaringan ini tentunya memerlukan bandwidth yang lebar dan harus fleksibel untuk bisa menerima segala bentuk informasi. Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan salah satu teknologi jaringan yang didesain untuk dapat mentransfer informasi suara, data maupun gambar dengan kecepatan beragam dalam suatu jaringan tunggal. ATM adalah konsep teknologi yang digunakan oleh International Telecommunication Union (ITU) untuk mendukung layanan Broadband Integrated Service Digital Network (B-ISDN). Network (B-ISDN). Salah satu sarana yang digunakan untuk menintegrasikan layanan TV Kabel, telepon dan data adalah Hybrid Fiber Coax (HFC). HFC merupakan pengembangan dari jaringan kabel koaksial yang digunakan operator TV Kabel, dengan mengganti koaksial pada backbone dengan serat optik. Penggunaan serat optik ini memungkinkan pengembangan layanan, seperti Video on Demand , Music on Demand, Game interactive dan lain-lain, yang mempunyai kecepatan tinggi. Pada skripsi ini akan dibahas perencanaan ATM pada HFC untuk mendukung layanan-layanan dengan kecepatan tinggi tersebut.
30
1)
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : Bagaimana perencanaan jaringan HFC agar dapat digunakan untuk Asynchronous untuk Asynchronous Transfer Mode ? Tujuan Pembahasan Tugas Akhir ini bertujuan untuk merencanakan ATM lewat HFC yang diterapkan pada daerah perumahan. Batasan Masalah Adapun ruang lingkup dari tugas akhir ini adal adalah ah : Perencanaan menggunakan standar dari IEEE 804.12 dan ATM Forum RBB S pecification Perencanaan tidak dilakukan pada suatu daerah tertentu Metodologi Penulisan Perencanaan Asyncronous Transfer Mode (ATM) pada Hybrid Fiber Coax (HFC) ini bersifat penelitian terapan, yang bertujuan agar dapat diterapkan dalam kondisi secara umum. Lokasi penelitian adalah di daerah perumahan, namun tidak ditentukan secara spesifik. Analisis perhitungan matematis sesuai dengan persamaan-persamaan yang ada didalam bahasan ini. TINJAUAN PUSTAKA Asynchronous Transfer Mode Asynchronous transfer mode merupakan teknologi baru dalam bidang transfer data yang merupakan teknik sipil dengan orientasi paket dan multiplexing yang menggunakan sel-sel dengan ukuran tetap yang disebut ATM cell. Sebagai teknik switching dengann orientasi paket, ATM jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan paket switching yang selama ini dikenal.apabila paket switching konvensional hanya digunakan untuk sinyal data dengan bit rate yang variabel dan non real time, maka ATM dapat digunakan untuk sinyal data variabel bit rate (VBR)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Universitas Widyagama Malang
PERENCANAAN.......... COAXIAL [DEDI USMAN E.]
yang real time dan sekaligus sinyal-sinyal dengan constan bit rate (CBR). Prinsip Dasar ATM Konsep struktur dari jaringan ATM ditunjukkan pada gambar 2.1. pada gambar tersebut terdapat dua jaringan yang terdiri dari jaringan ATM privat dan jaringan ATM publik. jaringan ATM privat biasanya disebut sebagai costumer premeses network, dimana pemakaian pada umumnya sering dibatasi untuk daerah lokal, misalnya pada lingkungan kampus, perrkanoran, meskipun jaringan ATM privat dapat didistribusikan melalui Wide Area Network (WAN) dengan menggunakan line-line pembawa seperti sonet atau SDH diantara node-node ATM.
VC
VP
VC
VP
VC
VP
VP Transmission Path
VC
VP
VC
VC Virtual Channel VP Virtual path
Gambar 2.3 Hubungan Koneksi ATM Sumber : William Stalling, 1998 : 77 Bits 5 4
8 7 6
3 2 1 1
Header 5 Octets
5 6
.
Information Field 48 Octets
.
Octets
. 53
Public ATMNetwork
Public ATM Switch
VC
VP
Gambar 2.4 Struktur Sel ATM Sumber : William Stalling, 1998 : 82
Public ATM Switch
ATM Endpoint
ATM Endpoint AAL
BIT
Public UNI 8
Voice
AAL
FrameRelay
AAL
Private UNI
Private UNI
7
6
5
4
3
2
1
AAL GFC
VPI
VPI
VCI
1
AAL
Constan Bit Rate AAL
AAL
B-ISDN
2
UNI
OCTETS 3
VCI
Private ATM SWitch
Private ATM SWitch
VCI
PT
CLP
4
5
HEC
BIT
8
AAL
ATM Endpoint
7
6
GFC
AAL
ATM Endpoint
4
5
3
VPI
VPI B-ISDN
2
1
1
VPI
2
VCI
UNI 3
VCI
Gambar 2.1 Struktur Jaringan ATM Sumber : David E. McDysan dan Darren L. Spohn 1995 : 510
Secara garis besar, sebuah jaringan ATM terdiri dari :
ATM Switch pada gambar User Network Interface (UNI) End Point ATM
Struktur sel ATM Dalam rekomendasi I.361. dijelaskan tentang struktur sel ATM secara detail, ditetapkan oleh CCITT bahwa struktur sel ATM terdapat 48 byte pada field informasi dan 5 byte pada field header. Tiap byte (octet) dikirim secara berurutan dari 1-53 (orde naik) dimulai dari octet 1 pada header. Dalam sebuah field (octet) dari sel ATM bit yang pertama dikirim adalah bit yang paling besar (Most Significant Bit=MSB) yaitu bit 8 (orde turun). Hal itu berrlaku untuk semua field (octet) dari sel ATM. Struktur sel ATM diperlihatkan pada gambar 2.4. Struktur sel ATM untuk hubungan usernetwork interface (UNI) berbeda dengan struktur sel untuk hubungan network-node interface (NNI) seperti diperlihatkan pada gambar 2.5.
OCTETS VCI
PT
HEC
CLP
4
5
Gambar 2.5 Struktur Header Sel ATM Pada UNI Dan NNI Sumber : Martin de Prycker, 1995 : 132
ATM Adaptation Layer (AAL) ATM adapttation layer merupakan layer penghubung antara ATM layer dan layer yang lebih tinggi. Fungsi dasar ATM Adaptation Layer adalah mempertinggi adaptasi dari layanan yang disediakan untuk ATM layer sesuai dengan kebutuhan dari layanan khusus. Layanan tersebut dapat berupa layanan pada pemakai seperti fungsi management dan control, misalnya signaling untuk pemakai. Kelas Layanan AAL ITU-T telah didefinisikan 4 kelas layanan berbeda dari traffik jaringan yang memerlukan penanganan yang berbeda untuk jaringan ATM. Kelas layanan telah di klasifikasikan menurut 3 parameter dasar yaitu: Time relation untuk melihat ada tidaknya hubungan antar sumber dan tujuan layanan dengan time relation kadang juga disebut layanan real time. Bit rate dilihat apakah layanan yang dimaksud memiliki bit rate yang konstan atau berubah-ubah (variabel).
31
WIDYA TEKNIKA Vol.17 No.1; MARET 2009 : 30 - 39
Connection mode dilihat apakah layanan yang dimaksud berupa connection-oriented atau connectionless. Empat kelas yang telah ditentukan tersebut adalah kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. seperti gambar 2.8. Kleas A, merupakan layanan yang mempunyai waktu relasi antar sumber dan tujuan dari bit rate konstan dan merupakan layanan yang bersifat connection-oriented misalnya: pengiriman suara 64 Kbps pada N-ISDN yang akan ditransportasikan melalui ATM. Kelas B, merupakan layanan yang memiliki time relation antara sumber dan tujuan dengan bit rete yang berubah-ubah dan mempunyai layanan yang connection-oriented. Misalnya transmisi video dan audio dengan bit rate yang be rubah-ubah.
Fungsi SAR sub-layer AAL-1 membagi bagian CPS-PDU dan menambahkan header untuk bentuk SAR-PDU untuk memperoleh kembali CSPDU. SAR-PDU terdiri dari 48 byte, pada byte pertama dipakai sebagai header , SAR-PDU dan 47 byte sebagi blok SAR-PDU. Header SAR-PDU berisi PCI ( protocol control informasi) yang dibagi menjadi 4 bit squence number (SN) yang termasuk didalamnya 1 bit convergensy indication (CSI) dan 4 bit squence number protection (SNP). SCI digunakan untuk maksud khusus seperti menyatukan keadaaan fungsi CS.
C
4 Bits
4 Bits
47 Octets
SN
SNP
SAR-PDU payload
SC
CRC
P
SAR-PDU header
SAR - PDU
C
C la ss A
C la ss B
C la ss C
Class D
Convergencesublayer ind ication
CRC Cyclic redundancy check P
Even parity b it
PDU Protokol Data Unit
Timing between source and destination
Bit Rate
Connecnation mode
Required
Constan
Connectation oriented
Not Requi red
Variabel
Connectationless
Gambar 2.8 Parameter Dan Kelas Layanan Pada AAL Sumber : William Stalling, 1998 : 90
Kelas C, merupaka layanan yang tidak mepunyai time relation antara sumber dan tujuan dengan bit rate yang berubah-ubah dan merupakan layanan yang bersifat connection-oriented misalnya: signaling dan transfer data yang bersifat connection-oriented.Kelads D, merupakan layanan yang tidak mempunyai time relation dengan bit rate dengan bit rate yang berubah-ubah dan merupakan layanan yang bersifat connectionless. Misalnaya: transfer data yang connectionless. Tipe-Tipe AAL Dalam rekomendasi I-363 dijelaskan mengenai protokol SAR dan CS pada kelas-kelasa yang telah disebutkan sebelumnya adala 5 tipe protokol yang telah ditetapkan dan diberi nama yaitu AAL-0, AAL-1, AAL-2, AAL3/5 dan AAL-5. AAL-1 Merupakan protokol yang berkaitan dengan kelas A untuk layanan konstan bit rate (CBR). Fungsi AAL ini adalah menerima atau mengirimkan SDU dengan laju bit yang konstan dari atau ke layanan di atasnya. Disamping itu, AAL-1 mengirimkan timing information antara sumber dan tujuan. Selain itu juga memberikan kehilangan informasi atau kesalahan yang dikirimkan ke layer yang lebih tinggi jika kesalahan itu tidak dapat diperbaiki di dalam AAL.
32
SAR Segmentation and Reassambly SC Sequ nce count SN Sequ nce number SNP Sequnce number protection
Gambar 2.10. Format SAR-PDU AAL Type 1 Sumber : William Stalling, 1998 : 92
Konvergensi sub-layer mempunyai fungsi utama membuat clock pada penerima berdasarkan sel-sel yang diterima. Fungsi khusunya: Layanan audio dan video berkapasitas tinggi dengan laju bit konstan dan. membutuhkan sebuah kode untuk koreksi kesalahan di filed informasi (payload). Layanan suara (voice) layanan ini, CS tidak memerlukan penambahan field terhadap SARPDU. AAL 5 AAL 5 merupakan turunan dari AAL ¾, dengan menggunakan protokol sederhana dan mampu mendukung proses data kecepatan tinggi. Hal ini merupakan ciri khas dari AAL 5. Protokol AAL 5 mempunyai header yang sederhana sehingga memudahkan protokol dan akan menghasilkan komunikasi data yang cepat dan efisien. Seperti AAL ¾, AAL 5 juga mengdukung layanan data VBR CO dan CL, dan mempunyai sublapis SAR, CPCS dan SSCS. Dalam kenyataan, sublapis SAR masih dalam penelitian koreksi kesalahan menggunakan CRC-32 disediakan oleh lapis CPCS. Layanan-layanan yang disediakan oleh AAL 5 termasuk frame relay ITU-T, ATM data-exchange interface (DXI) ATM forum dan internet protokol (IP) ATM forum dan IETF (Internet Engineering Task Force). Selain itu juga memungkinkan mentransfer MPEG-2 melalui AAL 5. Sublapis SAR membagi CPCS-PDU dalam unit yang terdiri dari 48 byte untuk menghasilkan SARPDU, dan sebaliknya. Struktur SAR-PDU dapat dilihat pada gambar berikut : Convergence Sublayer (CS) AAL 5 terdiri dari CPCS AAL 5 dan SSCS AAL 5. CPCS AAL 5 menyediakan fungsi maping antara CPCS-SDU dan CPCS-PDU,
PERENCANAAN.......... COAXIAL [DEDI USMAN E.]
deteksi dan korelasi kesalahan dan lain-lain, sedangkan SSCS AAL 5 biasanya tidak digunakan. Struktur CPCS-PDU AAL 5 dapat dilihat pada gambar 2.12.
CPCS-PDU payload
PAD
UU
CPI
Length
0...77 bits
8 bit
8 bit
16 bits
CRC 32 bits
CPCS-PDU trailer CPCS-PDU
CPCS CPI CRC Lenght
Common part convergence sublayer
PAD Padding
Common Part Indic ato r
PDU Protokol Data Unit
Cyclic Redundant Check
UU
CPCS user-to-user indication
Lenght of CPCS-PDU payload
Gambar 2.11. Format CPSC-PDU AAL Type 5 Sumber : William Stalling, 1998 : 94 HYBRID FIBER COAX (HFC) Perkembangan industri telekomunikasi telah memberikan peluang bagi operator jaringan untuk meningkatkan kualitas layanan mereka. Jaringan yang ada terus dikembangkan dan diperbaiki dengan cara mengganti atau menambah sistem yang digunakan. Perubahan ini tentunya harus mempertimbangkan biaya serta kebutuhan masyarakat. Salah satu contoh dari pengembangan jaringan yang ada adalah penggunaan jaringan Hybrid Fiber Coax (HFC). Jaringan HFC merupakan pengembangan dari jaringan Cable Television (CATV) yang pada awalnya hanya merupakan jaringan koaksial murni. Jaringan ini terdiri dari jaringan serat optik dari headend sampai fiber node dan jaringan koaksial yang sampai ke pelaggan. Di Indonesia HFC telah disimulasikan oleh DivRisTI PT. Telkom untuk melayani kebutuhan ‘ Broadband Service’ berupa CATV, internet, intranet, Video on Demand (VOD), Music on Demand, Game on Demand, homeshopping, broadcast television, video conferencing dan layanan telepon. Dalam pengintegrasian ATM pada jaringan HFC yang sudah terpasang saat ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain arsitektur jaringan, jenis layanan, serta analisis komunikasi pelanggan. Arsitektur Jaringan HFC Secara umum arsitektur jaringan HFC adalah seperti Gambar 3.1. TrunkFeederCenter KabelKoaksial
Serat Optik
Serat Optik
Fiber Node Amplifier Spliter Tap
O/ E
E/ O
E/ O
O/ E
RumahPelanggan TV TV
PC Tel p
Power
Addressable HomeTerminal Set Top Box Cable Data Modem
C o m b i n e r
S p l i t t e r
O/ E
Anten a E/ O
Video Interaktif Headend
JaringanATM
Cable Data Headend
Jar. Data Internet
Cable Telephony Headend
PSTN/ISDN
DistributionCenter
Cable Telephony MOdem
Gambar 3.1. Arsitektur Jaringan HFC Sumber : Gematel 16/XXVIII
Video Interaktif Headend
Pada gambar di atas terdapat tiga bagian utama sistem jaringannya, yaitu : a. Jaringan primer, yaitu jaringan serat optik yang menghubungkan Trunk Feeder Centre dengan Distribution Centre b. Jaringan sekunder, yaitu jaringan serat optik yang menghubungkan Distributuion Centre dengan Fiber Node c. Jaringan pelanggan, yaitu jaringan koaksial yang menghubungkan Fiber Node dengan rumah-rumah pelanggan Sedangkan infrastruktur jaringan HFC meliputi trunk feeder centre, distributuion centre, fiber node dan terminal. Trunk Feeder Centre Trunk feeder centre adalah lokasi penempatan TV broadcast headend yang digunakan untuk menangkap siaran TV broadcast dari berbagai sumber, misalnya TV off-air , TV digital microwave atau TV satelit . Distribution Centre Distribution centre adalah lokasi penempatan perangkat Video interactive headend,cable data headend dan cable telephony headend . Di sini sinyal optik dari trunk feeder centre yang membawa layanan TV broadcast diubah menjadi sinyal RF, kemudian digabung dengan sinyal layanan lain yang berasal dari headend , dan ubah kembali menjadi sinyal optik untuk ke fiber node. Fiber Node Fiber node adalah bagian yang mengkonversikan sinyal optik menjadi elektrik pada transmisi downstream dan sinyal elektrik menjadi optik pada transmisi upstream. Setiap fiber node mempunyai 3 sampai 4 feeder dan mencakup 500 sampai 2000 pelanggan. Masing-masing pelanggan terhubung ke feeder terdekat dengan menggunakan kabel koaksial. Fiber node terdiri dari alat optoelektronik dan power inserter. a. Optoelektronik Sinyal yang dilewatkan dalam serat optik berupa cahaya. Sinyal pembawa gelombang cahaya dapat membawa informasi sama seperti sinyal pembawa RF. Sin yal optik dapat diubah menjadi sinyal RF dan sebaliknya dengan menggunakan perangkat optoelektronik . Perangkat ini mempunyai dua komponen utama, yaitu optical transmiter dan optical receiver . Transmiter berfungsi mengubah sin yal listrik menjadi sinyal optik, sedangkan receiver mengubah sinyal optik menjadi sinyal listrik. b. Power Inserter Power inserter merupakan interface yang menghubungkan catu daya luar dengan node, jadi daya disalurkan dalam node melalui perangkat ini. Salah satu sifat dari power inserter adalah surge suppression untuk melindungi kabel dari arus yang naik secara tibatiba ( surge) dan tegangan berlebihan ( overvoltage).
33
WIDYA TEKNIKA Vol.17 No.1; MARET 2009 : 30 - 39
Terminal Terminal merupakan perangkat yang ada di rumah pelanggan, yang berfungsi sebagai interface antara jaringan HFC dengan perangkat di rumah. Terminal terdiri dari Addressable Home Terminal (AHT), Set Top Box (STB), Cable Data Modem (CDM), dan Cable Telephony Modem (CTM). Komponen Jaringan Komponen jaringan terdiri dari penguat trunk (trunk amplifier ), penguat jembatan (bridger amplifier ), tap, spliter, directional coupler dan konector . Sistem perangkat untuk masing-masing layanan Layanan yang diberikan melalui jaringan HFC adalah layanan distributif berupa TV / radio FM broadcast , dan layanan interaktif berupa Video On Demand , data, dan telepon. Untuk masing-masing layanan tersebut diperlukan perangkat khusus yang berada pada trunk feeder centre / distribution centre dan rumah pelanggan. Layanan TV Broadcast Untuk layanan TV broadcast , pada trunk feeder centre terdapat antena penerima (satelit, microwave terresterial dan lokal/off-air ) dan TV broadcast headend . Untuk sumber yang berasal dari satelit, TV broadcast headend terdiri atas low noise block, receiver dan modulator . Untuk sumber yang berasal dari TV Off-air , TV broadcast headend terdiri atas Signal Processor . Sedangkan untuk sumber yang berasal dari TV Microwave Teresrial , TV Broadcast Headend terdiri atas demodulator dan modulator . Fungsi dari TV broadcast headend tersebut secara umum adalah untuk menempatkan sinyal TV yang berasal dari berbagai sumber yang berbeda tersebut ke frekuensi yang sesuai di dalam jaringan HFC. Di rumah pelanggan diperlukan perangkat tambahan berupa Addressable Home Terminal yang berfungsi untuk memberikan panduan menu dari seluruh layanan TV broadcast kepada pelanggan. Layanan Video on Demand Untuk layanan video on demand , pada distribution centre terdapat perangkat Video Interactive Headend yang pada prinsipnya adalah perangkat yang memberikan RF Interface ke arah jaringan HFC, dan digital interface ke arah jaringan ATM. RF Interface ke arah jaringan HFC biasanya berupa modulator 64QAM untuk sinyal downstream dan demodulator QPSK untuk sinyal upstream. Sedangkan digital interface biasanya berupa ATM Interface Card (STM1) yang dihubungkan ke ATM switch. Sumber dari layanan Video On Demand itu sendiri adalah video server . Video server dapat terhubung secara langsung ke ATM Switch yang terhubung dengan perangkat Video Interactive Headend , atau melalui jaringan ATM. Layanan Data Untuk layanan data, pada distribution centre terdapat perangkat Cable Data Headend yang pada prinsipnya adalah perangkat yang memberikan RF Interface kearah jaringan HFC, dan digital interface
34
kearah jaringan data ( Internet ). RF Interface ke arah jaringan HFC biasanya berupa modulator 64-QAM untuk sinyal downstream dan demodulator /4-DQPSK untuk sinyal upstream. Sedangkan digital interface menuju jaringan data (internet )dapat berupa Fast Ethernet 100 Baset, FDDI atau ATM. Layanan Telepon Untuk layanan telepon, pada distribution centre terdapat perangkat Telephony Headend yang pada prinsipnya adalah perangkat yang memberikan RF Interface ke arah jaringan HFC, dan digital interface ke arah PSTN. RF Interface ke arah jaringan HFC biasanya berupa modulator /4-DQPSK untuk sinyal downstream dan demodulator /4-DQPSK juga untuk sinyal upstream. Digital interface menuju PSTN adalah open interface V5.2, sehingga Cable Telephony Headend dapat dihubungkan ke sembarang switch PSTN (vendor independent ). Jaringan Transport Untuk mengirim program VoD, dibutuhkan jaringan yang mampu mentransmisikan informasi berkecepatan tinggi. Bentuk jaringan transport yang dapat dipakai sebagai media pengiriman VoD, kecepatan bit dan jenis fisiknya. Sub bab berikut akan membahas tentang STM-1, dalam perencanaan layanan VoD digunakan sebagai jaringan transport. Synchronous Digital Hierarchy (SDH)
Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan standar multiplek digital sinkron dalam sistem transmisi informasi yang umumnya menggunakan serat optik. SDH digunakan pada tingkat ATM Physical Layer. Berdasarkan Rekomendasi G.707 ITU-T menetapkan bahwa tingkat pertama dari sinyal digital sinkron (base signal) adalah 155,52 Mbps, yang disebut SRM-1 (Synchronous Transport Module Level 1). Rows
Colomns
270
9 octets
261 octets STM-1
AU-4 RSOH 3
AU-4 PTR 1 MSOH 5 ATM Cell
53 octets C : Container VC : Virtual Container POH : Path Over Head
... VC-4
J1 B3 C2 G1 F2 H4 Z3 Z4 Z5
... C-4 ... VC-4 POH
RSOH : Regenerator Section Over Head MSOH : Multiplex Section Over Head
Gambar 3.2. Sruktur Frame STM-1 Sumber : CCITT Rec. G. 708, 1989 Dari gambar 3.2, kecepatan bit STM-1 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
PERENCANAAN.......... COAXIAL [DEDI USMAN E.]
Br (bps/frame) = bit/byte
Frame/detik x byte/frame x (3.1)
Frame (frame/detik) =
1
(3.2)
125 s
Kecepatan bit per byte (br) menjadi : Br (bps/byte) = Br (bps/frame ) byte per frame
(3.3)
Dari keseluruhan frame STM-1 pada gambar 3.2 yang dapat diisi oleh ATM cell sebesar 260 kolom x 9 baris (2340 byte). Sehingga kecepatan bit ATM cell (Bvc-payload) sebesar : BVC-4 payload (bps) = (bps/byte)
byte VC-4 payload x br (3.4)
Kecepatan bit hirarki sinyal digital sinkron yang lebih tinggi (STM-N) diperoleh dari perkalian bilangan bulat dari kecepatan bit tingkat pertama. Keseluruhan kecepatan bit sinyal digital sinkron ditunjukkan dalam Tabel 3.1. TINGKAT SDH
BIT RATE (Mbps)
PAYLOAD RATE (Mbps)
STM-1
155.52
150.336
STM-3
466.56
451.008
STM-4
622.08
601.344
STM-6
933.12
902.016
STM-8
1244.16
1202.688
STM-12
1866.24
1804.032
Tabel 3.1. SDH Signal Hierarchy Sumber : CCITT Rec. G.707 Synchronous Transport Module – Level 1 (STM-1)
Ukuran frame STM-1 mempunyai kapasitas sebesar 2430 byte, yang tersusun dari 9 baris x 270 kolom, dengan 1 baris x 1 kolom = 1 byte. Sedangkan interval waktu untuk setiap frame sebesar 125 s. struktur frame STM-1 ditunjukkan pada Gambar 3.2. Struktur frame dari STM-1 pada Gambar 3.4 terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: 1. Section Over Head (SOH) mempunyai ukuran 8 baris x 9 kolom (72 byte), terdiri dari : RSOH ( Regenerator Section Over Head ) mempunyai ukuran baris 1-3 x kolom 1-9 (27 byte)
MSOH (Multiplex Section Over Head) mempunyai ukuran baris 5-9 x kolom 1-9 (45 byte) 2. Pointer , mempunyai ukuran pada baris ke 4 x kolom 1-9 (9 b yte) 3. Payload (Virtual Container-4) mempunyai ukuran 9 baris x 261 kolom (2.349 byte), merupakan input (tributary) informasi, terdiri dari : Container-4, mempunyai ukuran baris 1-9 x kolom 11-270 (2.340 byte) Path Over Head (POH), mempunyai ukuran baris 1-9 x kolom ke-10 (9 byte).
Container dan Virtual Container Container Container adalah tempat yang dapat menampung byte-byte informasi sinyal digital baik sinkron maupun asinkron dalam jumlah yang telah ditetapkan. Container merupakan unit pengakut informasi yang dirancang untuk membawa sinyal PDH / B-ISDN. Setiap informadi sinyal digital yang masuk akan disusun ke dalam Container yang mempunyai kapasitas yang telah ditentukan (Gambar 3.4), sesuai dengan kecepatan bit dan tingkatan level yang mempunyai durasi waktu sebesar 125 s. Container berisi bit-bit informasi, stuffing, overhead justification opportunity dan justification control. Virtual Container Virtual Container (payload) adalah struktur informasi berupa container yang digabungkan dengan byte Path Over Head yang digunakan untuk menyangga penyambungan di tingkat path. Semua informasi sinyal digital yang telah disusun dalam container akan dijaga kualitas sinyalnya dengan memasukkan byte-byte Path Over Head sesuai keperluan, sedangkan durasi waktu tetap diperlukan sebesar 125 s. Virtual Container berisi byte-byte Path Over Head , bit-bit informasi, stuffing, overhead, justification oppportunity dan justification control. Pointer Pointer adalah byte-byte tambahan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengatur sinyal yang ditempatkan dalam payload. Pointer berisi ; Pengalamatan posisi awal VC (virtual container) dalam strukturnya Menyisipkan jastifikasi jika perbedaan frekuensi diantara frame dan payload . Jumlah byte Pointer minimal 1 byte dan maksimal 9 byte, sedangkan Pointer yang aktif berjumlah 3 byte dan lainnya fixed stuffing. Struktur Pointer Head Over Head adalah byte-byte tambahan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan operasi dan pemeliharaan sistem SDH. Pada sistem SDH, struktur frame STM-1 (Gambar 3.2) mempunyai beberapa jenis Over Head , yaitu :
35
WIDYA TEKNIKA Vol.17 No.1; MARET 2009 : 30 - 39
1. Path Over Head (POH) yaitu bagian dari setiap VC, digunakan sebagai pembawa informasi untuk pembongkaran dan pembentukan VC. 2. Section Over Head (SOH) yang fungsinya : Turut serta dalam proses pembentukan frame Mengawasi proses transmisi sinyal informasi dari pengirim sampai penerima. Memonitor jika terjadi kesalahan (error monitoring) Melokalisasi terjadinya kesalahan (section dan path) SOH terbagi menjadi : Regenerator Section Over Head (RSOH), yaitu SOH yang digunakan pada terminal pengulang MSOH (Multiplek SOH), yaitu bagian SOH yang digunakan pada bagian multiplek dan terminal pengulang. PERENCANAAN ATM PADA HFC Pada prinsipnya ATM dapat dilewatkan pada hampir semua media transmisi hal yang perlu dipertimbangkan adalah pengintegrasian dengan jaringan yang sudah ada sebelumnya dan kemungkinan untuk pengembangan dimasa yang akan datang. Jaringan Hybrid Fiber Coax (HFC) adalah salah satu media transmisi yang ekonomis yang dapat dilewati oleh ATM. Jaringan ini dapat digunakan untuk akses broadband karena mempunyai bandwidth yang cukup besar. HFC merupakan pengembangan dari jaringan koaksial pada layanan TV kabel, yang pada pengembangan selanjutnya dapat pula dikembangkan menjadi jaringan serat optik murni atau Fiber To The Home (FTTH). Dalam perencanaan yang akan direncanakan adalah penerapan teknologi ATM dengan menggunakan media HFC, karena banyak kelebihan yang dipunyai media HFC. Jadi bagaimana pengiriman data sampai terbentuknya data ATM semuanya menggunakan media transmisi HFC yang pada umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang mengingikan kecepatan data atau informasi yang akan diterima maupun dalam pengiriman. Bab ini akan membahas tentang perencanaan ATM pada HFC. Langkah pertama yang dilakukan adalah pemilihan jaringan serat optik, perencanaan jaringan koaksial, perencanaan jaringan HFC pada ATM, pemetaan TS HFC pada AAL 5, perhitungan kapasitas STM-1 serta perhitungan jumlah layanan yang menggunakan HFC. Pemilihan Jaringan Serat Optik Pemilihan jaringan serat optik meliputi perhitungan waktu jangkit sistem untuk menentukan kemampuan laju bit dari serat optik yang akan digunakan untuk perencanaan dari jaringan serat optik ini. Perhitungan Waktu Jangkit Jaringan serat optik yang digunakan PT. Telkom mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
36
a.
Sumber optik -Jenis : ILD -Bahan : InGaAsP -Waktu jangkit : 0,3 ns = 300 ps b. Serat optik -Jenis : single mode -Panjang gelombang : 1310nm -Indeks bias inti (n 1) : 1,460 - Indeks bias selubung (n2): 1,456 -Diameter inti : 8300 nm -Koefisien dispersi bahan : 3,5 ps nm -1 km-1 c. Detektor optik -Jenis : APD -Bahan : Ge -Waktu jangkit : 0.5 ns = 500 ps Panjang serat optik, yaiitu dari head end ke fiber node, diasumsikan 9 km. Berdasarkan spesifikasi tersebut, maka bersanya waktu jangkit sistem adalah : Indeks bias relatif ( s) n1 n2 1,460 - 1,456 s = = = 0,002739726 n1 1,460 Dispersi bahan dm = dm. .L = 3,5.5.9 = 157,5 s Dispersi waveguide Frekuensi ternormalisasi 2 v= a n12 n 22 =
2.3,14 1310
.8300 1,460 2 1,456 2 = 4,2994 Hz
-
Koefisien dispersi |Dw| =
=
v2 4(1 ln 4,29949)
= 0,09921113 4,2994 2 Dispersi wavwguide L f = (n1 – n2).Dw. c 9000 = (1,460 – 1,456) – 8 3.10 .1,31.10 6 -9 -11 0,0992.5.10 = 4,5435.10 s Dispersi intermodal = 0 Dispersi total serat
sys = =
4(l ln v )
2
m2 w2
157,5 45,435
2
= 163,922 ps
Dispersi sistem total
sys = 1,1 = 1,1
2 2 f 2 rd rs
300 2 163,922 2 500 2 = 605,698 ps
PERENCANAAN.......... COAXIAL [DEDI USMAN E.]
Laju informasi 0,7 0,7 Br maks = = 1,155 Gbits/s sys 605,698
Dari perhitungan diatas nampak bahwa laju bit maksimum yang mampu dilewatkan adalah 1,155 Gbps. Hal ini menunjukkan bahwa serat optik tersebut dapat digunakan untuk melewatkan data dengan kecepatan 155 Mbps. Perencanaan Jaringan Koaksial Desain jaringan koaksial sangat bervariasi, tergantung dari kondisi di lapangan. Bahwa untuk kondisi tertentu desain bisa berbeda bila dikerjakan oleh desainer yang berbeda pula. Namun yang harus diperhatikan adalah sinyal RF yang sampai ke pelanggan minimal pada level 0 dBmV. Pada perencanaan ini dibuat salah satu model dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : Jenis kabel distribusi diambil dari produk Comm Scope jenis P3 750 dengan besar redaman 5,71 dB/100 m Jenis kabel feeder yang digunakan adalah RG-11 dengan redaman 13,9 dB/100 m Jenis tap yang digunakan adalah 4-way tap dengan nilai tap loss seperti pada Tabel 4.1. Tap loss dipilih yang memiliki nilai terbesar (insertion loss minimum), namun tetap menjamin level sinyal di atas 0 dB. Besar kapling rumah rata-rata 20x20 m Panjang kabel feeder ke rumah terjauh sekitar 80 m Level keluaran amplifier untuk line feeder sebesar 47 dBmV. Tap Value (Model No. SAT4G) Max. Freq Inser uency tion 5 Loss 30 (dB) 50 400 450 550 600 750 1000 Tap 5 – Loss 1000
8
8 . 0
11
14
17
20
23
26
29
32
3.2 3.0 3.0 3.2 3.5 3.7 3.7 4.1 4.9
1.6 1.7 1.7 1.9 2.0 2.2 2.2 2.6 3.5
1.0 1.0 1.0 1.3 1.4 1.5 1.5 1.8 2.5
0.6 0.7 0.7 0.9 1.1 1.2 1.2 1.5 2.0
0.5 0.7 0.7 0.9 1.0 1.1 1.1 1.4 2.0
0.4 0.5 0.5 0.6 0.8 0.9 0.9 1.3 1.8
0.3 0.5 0.5 0.6 0.7 0.8 0.8 1.2 1.7
0.3 0.3 0.3 0.5 0.7 0.8 0.8 1.2 1.6
11. 5
14. 5
17. 0
20. 0
23. 0
26. 0
29. 0
32. 0
Tabel 4.1. Redaman (Tap loss) pada 4-way tap Sumber : Fendie, 1997 Berdasarkan rumus dapat dihitung besarnya level sinyal yang sampai ke pelanggan pada jarak tertentu. Misalnya untuk jarak 100 m, besarnya level sinyal adalah : Loss dis = 100 x 5,71/100 = 5,71 dB Loss drop = 80 x 13,9/100 = 11,12 dB Lplg = 47 – (5,71+26+11,12) = 4,17 dB
Dengan demikian untuk jarak 100 m level sinyal yang sampai ke pelanggan adalah 4,17 dB, masih diatas level minimum yang ditentukan, yaitu 0 dB. Pada tabel berikut diberikan level sinyal yang diterima pelanggan untuk jarak yang berbeda-beda. Jarak (m) Loss dis Tap loss Lplg (dB) (dB) (dB) 100 5,71 26 4,17 200 11,42 20 4,46 300 17,13 14 4,25 400 22,84 8 5,04 500 28,55 8 -0,67 Tabel 4.2. Level Sinyal yang sampai ke Pelanggan Sumber : Hasil perhitungan Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa panjang kabel koaksial maksimum adalah 400 m, karena level sinyal yang sampai ke pelanggan masih di atas 0 dB, sedangakan untuk panjang 500 m level sinyal di bawah 0 dB. Perencanaan Jaringan ATM pada HFC Hubungan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah point to point . Sedangkan hubungannya bersifat Switched Virtual Connection (SVC), karena di daerah perumahan pelanggan tidak mengakses layanan secara terus menerus. Perencanaan jaringan ATM pada HFC adalah seperti pada Gambar 4.1. Pada dasarnya perencanaan jaringan ini tidak banyak berbeda dengan jaringan HFC yang telah ada, hanya saja di bagian headend (hub) terdapat ATM Digital Terminal (ADT) yang terhubung ke jaringan ATM dan di bagian pelanggan terdapat ATM Interface Unit (AIU) untuk mengubah sel ATM menjadi sinyal informasi kembali. Antara ADT dengan jaringan ATM dihubungkan dengan link STM-1.
ATM Digital Terminal
Fiber Node
ATM Interface Unit
STB
End System
HFC
SDH/ATM Switch
Gambar 4.1. Konfigurasi Perencanaan Jaringan ATM pada HFC Sumber : Perencanaan
Ada 3 interface yang digunakan dalam merencanakan ATM pada HFC, yaitu : a. ATM Node Interface (ANI), yaitu interface antara hub dan jaringan ATM. Interface ini berdasarkan standar ATM yang telah ada. b. User Network Interface (UNI), yaitu interface ATM yang menghubungkan sentral dengan pelanggan, dalam hal ini didefinisikan oleh ITU-T. c. User Network Interface untuk jaringan HFC (UNIHFC), yaitu interface khusus untuk HFC yang mendukung semua protokol yang diperlukan oleh ANT untuk mendukung standar UNI dan menyediakan konektivitas antara HFC dengan
37
WIDYA TEKNIKA Vol.17 No.1; MARET 2009 : 30 - 39
jaringan ATM. Protokol ATM pada UNIHFC ini terdiri dari : Physical layer , meliputi skema modulasi untuk sinyal downstream dan upstream, serta pada TC sublayer peletakan sel ATM pada frame fisik yang sesuai, baik downstream maupun upstream. Medium Access Control (MAC) layer , mengatur akses distribusi HFC pada arah upstream. Protokol ini adalah elemen penting yang berpengaruh langsung pelayanan. ATM layer , prinsipnya sama dengan protokol pada UNI biasa. AIU
ADT ATM
ATM
Access
Access
PHYhfc
PHYhfc
PHY
PHY
UNI - HFC
ANI
HUNI 802.14 MAC & PHY
Gambar 4.2. Protokol ATM pada HFC Sumber : Dennis : 1999 Analisis Pemetaan TS HFC pada AAL 5 Pada Gambar 4.3 menunjukkan proses pemetaan tramsport stream serat optik dalam AAL 5, untuk panjang data maksimum 65535 byte, namun panjang data yang digunakan 35535 byte pada jaringan HFC. Tranport stream HFC dipetakan keformat AAL 5 SDU. Tiap AAL5 SDU berisi panjang data serat optik dan ditentukan pada saat pembangunan hubungan (untuk SVC). AAL 5 SDU merupakan maksimum CPCS-SDU dibagi 35535 byte. yang ditunjukkan pada gambar 4.3. AAL 5 mempunyai control terhadap kesalahan bit yang ditunjukkan pada trailer berisi CRC kontrol kesalahan, spesifikasi panjang payload, kontrol penempatan informasi dan padding untuk membuat panjang keseluruhan payload merupakan kelipatan 48 byte.
Panjang Data 35535 byte
User packet
Convergence sublayer
CPCS PDU payload (CPCS SDU)
CPCS PDU Trailer + PAD
8 byte
35568 byte Segmentation Reassembly Sublayer
ATM payload 48 byte
ATM payload
ATM payload 48 byte
48 byte CPCS PDU = 741 x 48 byte = 35568 byte
ATM layer 53 byte 741 ATM cells
Gambar 4.3. Pembentukan ATM cell dalam AAL 5 Sumber : Hasil analisis User packet = 35535 byte = CPCS-SDU Trailer ditambahkan ke CPCS-SDU oleh CS, untuk memberikan kontrol terhadap informasi dan PAD untuk melengkapi kelipatan 48 byte, menjadi : CPCS PDU = CPCS SDU + traile r + P AD
38
= 35535 byte + 8 byte + 25 byte = 35568 byte 35568 byte CPCS PDU ATM payload = = ATM payload 48 byte = 741 buah ATM payload = 741 AT M cell Dari hasil analisis perhitungan pada pemetaan dalam AAL, untuk panjang data 35535 byte diperoleh 741 ATM cell dengan 25 byte P AD. Untuk membentuk sebuah cell pada tingkat ATM Layer , ditambahkan 5 byte header yang berisi informasi alamat dan keperluan jaringan pada tingkat Phisical Layer , sehingga terbentuk 53 byte cell. Kelebihan AAL 5 dalam mengemas informasi dan menyediakan error detection (CRC-32 parity check ) tanpa error correction dan timing recovery. Untuk layanan CBR, timing relation merupakan pemonitor kecepatan layanan real time tanpa toleransi terhadap delay. Sedangkan payload AAL 5 yang mempunyai panjang variabel 1-35536 byte memerlukan padding agar informasi dapat tepat dipetakan menjadi kelipatan 48 byte. Pada perhitungan diatas menunjukkan hasil ATM cell AAL 5 dalam mengemas informasi dengan menggunakan media HFC. Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa AAL 5 dapat digunakan sebagai alternatif karena alasan ekonomis dan juga dapat memuat data dengan kapasitas yang berbeda-beda atau variabel. Penggunaan AAL 5 untuk PVC dengan data 35535 byte menghasilkan jumlah ATM cell sebanyak 741 cell. Analisis Pembentukan STM-1 Cell-cell ATM yang terbentuk pada ATM Layer, memerlukan suatu media transportasi untuk dikirim ke tujuan masing-masing pada tingkat Physical Layer . Beberapa pertimbangan untuk merencanakan layanan pada HFC dengan menggunakan STM-1 pada tingkat Physical Layer , antara lain : STM-1 mempunyai kecepatan bit yang mampu mendukung layanan dengan menggunakan media HFC. STM-1 dapat membawa informasi layanan dalam format ATM cell. Sub bab berikut ini akan menganalisis perhitungan kecepatan atau kapasitas bit STM-1 dan banyaknya program layanan yang dapat dibawa menggunakan STM-1 pada HFC. Perhitungan Kapasitas Bit STM-1 Sebuah frame STM-1 dikirim setiap 125 s. Dari persamaan diperoleh jumlah frame dalam tiap 1 detik sebanyak 1/125 s frame atau 8000 frame per detik 1 frame = 125 s 1 1 detik = = 8000 frame/detik 125 s Kecepatan bit STM-1 sesuai dengan 3.1 adalah :
PERENCANAAN.......... COAXIAL [DEDI USMAN E.]
Br = frame STM-1/detik x byte/frame x bit/frame = 8000 frame/detik x (270x9) byte/frame x 8 bit/b yte = 155,52 Mbps Kecepatan bit setiap byte dalam STM-1 adalah : Br bps br = byte / frame
=
155,52 Mbps 2430 byte
= 64 kbps/byte Dari seluruh frame STM-1, yang digunakan untuk menempatkan informasi layanan berupa ATM cell sebesar 260 kolom x 9 baris, sisanya adalah overhead STM-1. Kecepatan bit ATM cell menjadi : BVC4-payload = byte VC-4 payload x br kbps/byte = (260 x 9) byte x 64 kbps/byte = 149,76 Mbps STM-1 mempunyai frame yang terdiri dari 9 baris dengan 270 byte per baris, dimana 10 byte per barisnya digunakan untuk overhead . Sisanya 9 x 260 = 2340 byte untuk payload. Jumlah ATM cell (53 byte) yang dapat dibawa dalam frame STM-1 adalah 2340 / 53 = 44,1509434 cell, dengan sisa 8 byte digunakan untuk cell ke 45. Jika dalam 1 detik terdapat 8000 frame STM-1, maka jumlah total ATM cell yang dapat dibawa setiap detiknya adalah 353207 cell Perhitungan Jumlah Layanan dengan Media HFC Dari analisis pembentukan ATM cell melalui AAL 5 diperoleh kesimpulan bahwa untuk N maksimal = 35535 byte terdapat 741 cell, sehingga jika dalam 1 detik terdapat 353207 Cell yang dapat dibawa STM-1 pada HFC, maka untuk dapat melihat lebih jelasnya dengan menggunakan 100, 90, 80, 70 dan 60 pe langgan dengan loss pelanggan maksimum 5.04 pada jaringan HFC , maka layanan maksimal untuk setiap perbedaan jumlah pelanggan yang melalui HFC memerlukan :
ATM cell = pelanggan x ATM cell – Lplg
= 100 x 741 – 5.04 = 74194,96 cell Jika dalam 1 detik terdapat 353207 cell yang dapat dibawa dalam STM-1, maka akan terdapat layanan HFC sebanyak :
layanan pada HFC
353207
=
cellSTM 1 layanan
= 4,76 5 layanan 74194.96 Dari hasil analisis perhitungan dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan STM-1 dan HFC sebagai media maka jumlah pelanggan 100 dapat ditransmisikan sebanyak 5 layanan setiap detik, dengan media HFC loss untuk data sangat kecil. Dengan perbedaan jumlah pelanggan mempengaruhi kecepatan data dengan memakai jaringan HFC. Dengan menggunakan program simulasi =
diperoleh hasil untuk beberapa pelanggan yang menggunakan jaringan HFC seperti pada tabel 4.2. Jumlah Jumlah ATM Jumlah Pelanggan Cell Layanan HFC Pada HFC 100 74194.96 5 90 66684.96 5 80 59274.96 6 70 51864.96 7 60 44454.96 8 Tabel 4.3. Hasil Layanan yang Melalui HFC Sumber : Perhitungan KESIMPULAN Dari hasil perencanaan ATM pada HFC, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Dengan penggunaan ATM, jaringan HFC tidak hanya dapat digunakan untuk layanan TV kabel saja, tapi juga untuk layanan interaktif, seperti telepon, internet dan Video On Demand . 2. Didalam menyalurkan data menggunakan HFC, data diangkut dengan jaringan transport STM-1 yang mempunyai kapasitas 155,52 Mbps, kemudian diadaptasikan dengan cell ATM dengan 353207 kapasitas STM-1 perdetiknya. 3. Bahwa dengan jumlah pelanggan 100 maka akan didapatkan layanan dengan menggunakan media HFC perdetiknya sebanyak 5 layanan dengan kapasitas data percellnya 35535 byte. 4. Penggunaan HFC dapat mempercepat akses layanan data sampai pada pelanggan dalam penggunaan semua layanan. DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmad, S.S, 1998, Aplikasi HFC untuk Layanan Informasi Dua Arah, Gematel 02/XXVIII. 2. McDysan, D.E and Darren L. Spohn. 1995. ATM : Theory and Application. Taiwan: McGraw-Hill. 3. ______ 1998. Syncronous Digital Hirarchy. Bandung: Divisi Pelatihan PT.Telekomunikasi Indonesia. 4. Fendie, Bambang S.,1997, Perancangan Sistem Jaringan Televisi Kabel dengan Teknologi Hybrid Fiber Coax (HCF) 5. Ginting, Roby Kristian, 1998, Sistem Jaringan Hybrid Fiber Coax (HCF) sebagai Full Service Access Network, http://www.gematel.com/Edisi16/ 6. Bersekas, Dimitri and Gallager, Robert. “ Data Network “. London. Prentice Hall, 1994 7. Dutton, Harry J.R and Peter Lenhard. 1995. Asyncronous Transfer Mode : Solution for rd Broadband ISDN. 3 edition. New York: PrenticeHall. rd 8. Tanenbaum, A.S. 1996. Computer Network 3 edition. USA : Prentice-Hall. 9. Stalling, W. 1998. High-Speed Network : TCP/IP and ATM Design Principles. New Jersey : Prentice-Hall.
39