PROCEEDINGS The 11TH ANNUAL INDONESIAN GEOTHERMAL ASSOCIATION MEETING & CONFERENCE
Bandar Lampung on 13- 14 September, 2011 EVALUASI RESERVOIR LAPANGAN GEOTHERMAL LAHENDONG – SULAWESI SULAWESI UTARA SETELAH BERPRODUKSI SELAMA 10 TAHUN 1
2
3
Teguh Prabowo , Sigit Suryanto dan Andi Joko Nugroho
1), 2) dan 3) Engineering Engineering Department, Pertamina Geothermal Energy, Lahendong Field, Tomohon, North Sulawesi, Indonesia
ABSTRAK
Area Lahendong merupakan lapangan panasbumi pertama dan satu-satunya di Sulawesi. Berdasarkan data tahun 2010, total pembangkitan PLTP Lahendong sebesar 60 MW (3 x 20MW) dapat menyumbang hingga 40% kebutuhan listrik di Sulawesi Utara. Cadangan terbukti reservoir Lahendong adalah sebesar 80 MW dengan potensi pengembangan sebesar 150 MW. Area Lahendong mempunyai karakteristik karakteristik reservoir low permeability namun memiliki temperature sangat tinggi. Temperatur reservoir Lahendong berkisar antara 280 - 320 deg-C dengan kedalaman reservoir berkisar mulai dari 1600 - 1800 meter. Sumur – sumur sumur produksi yang menyuplai PLTP Unit-1 dan Unit-2 berada di blok selatan dengan karakteristik fluida yang cenderung kering dengan dryness berkisar 80-90 %, sementara sumur – sumur produksi yang menyuplai PLTP Unit-3 berada diblok utara dengan karakteristik fluida yang cenderung basah dengan dryness berkisar 25-35 %. Selama 10 tahun beroperasi, sumur - sumur di blok selatan sudah mengalami penurunan TKS (Tekanan Kepala Sumur) namun masih berkisar antara 12 – 29 kscg dan terjadi indikasi terbentuknya steam cap. PENDAHULUAN
Lapangan panasbumi Lahendong merupakan salah satu lapangan dalam Wilayah Kerja Pengusahaan geothermal di LahendongSulawesi Utara sesuai SK Menteri P & E
No.560K/30/M.PE/1987 No.560K/30/M.PE/1987 tanggal 16 Juli 1987 dengan luas 106.250 Ha. Gambar 1 menunjukkan peta Wilayah Kerja Pengusahaan Panasbumi Lahendong. Penelitian sumber daya panasbumi di daerah Lahendong – Sulawesi Utara yang meliputi geologi, geokimia dan geofisika telah dilakukan pada tahun 1973 – 1978. Dari keseluruhan Wilayah Kerja Pengusahaan Lahendong, terdapat dua daerah pengembangan panas bumi yaitu Lahendong dan Tompaso. Daerah pengembangan Lahendong saat ini sudah menjadi Area Lahendong terletak sekitar 20 km kearah selatan dari Kota Manado, secara administratif berada di Kota Tomohon dan sebagian kecil di Kabupaten Minahasa. Sementara daerah pengembangan Tompaso terletak 20 km ke arah selatan Lahendong dan terletak secara administratif di Kabupaten Minahasa. Untuk saat ini Tompaso masih menjadi bagian dari proyek pengembangan Area Lahendong. Peta kedua daerah pengembangan tersebut terdapat pada gambar 2. 2. Area Lahendong merupakan lapangan panasbumi pertama dan satu-satunya di Sulawesi. Berdasarkan data tahun 2010, total pembangkitan PLTP Lahendong Lahendong sebesar 60 MW (3 x 20MW) dapat menyumbang hingga 40% kebutuhan listrik di Sulawesi Utara. Kondisi actual saat ini, sedang dilakukan pembangunan PLTP Lahendong Unit 4 sebesar 20 MW yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2011, sehingga total pada akhir 2011, Area Lahendong
diharapkan mampu membangkitkan listrik sebesar 80 MW. Total jumlah sumur yang sudah dibor di Area Lahendong ada 24 sumur yang terdiri dari 9 sumur produksi yang menyuplai uap sebesar lebih kurang 450 ton/jam untuk 3 PLTP, 4 sumur injeksi untuk menginjeksikan sekitar 500 ton/jam brine dan kondensat, 7 sumur monitoring dan 3 sumur abandon. Peta sumursumur dan PLTP Area Lahendong terdapat pada gambar 3. Sejarah pengembangan Area Lahendong dimulai pada tahun 1973 dengan melakukan studi eksplorasi dan pemboran 3 sumur eksplorasi, dilanjutkan dengan pemboran 7 sumur eksplorasi lanjut mulai tahun 1982 dan 16 sumur pengembangan mulai tahun 1988 sampai 2005 sehingga total telah dibor 23 sumur. Satu sumur lagi yang diperuntukkan untuk sumur injeksi dibor pada tahun 2010. PLTP Lahendong Unit 1 mulai beroperasi pada tanggal 21 Agustus 2001, PLTP Lahendong Unit 2 mulai beroperasi pada tanggal 19 Juni 2007 dilanjutkan dengan PLTP Lahendong Unit 3 pada tanggal 6 April 2009. Pengembangan selanjutnya adalah pemboran 4 sumur tambahan untuk menyuplai uap ke PLTP Lahendong Unit 4 yang rencananya akan mulai dioperasikan akhir tahun 2011. Proyek Tompaso merupakan proyek pengembangan total project dari Area Lahendong dimana PLTP Lahendong Unit 5 dan Unit 6 sebesar 2 x 20 MW akan disuplai dari sumur-sumur produksi di proyek ini dalam kontrak jual beli listrik dengan PLN. Direncanakan proyek pengembangan ini akan mulai beroperasi pada tahun 2014. RESERVOIR LAHENDONG
Reservoir Area Lahendong dengan proven area 2 seluas 8 km dan terbagi menjadi dua zona produktif utama, yaitu di sebelah selatan yang diproduksikan oleh sumur - sumur di cluster LHD-4 dan LHD-13, serta di sebelah utara yang diproduksikan oleh sumur - sumur di cluster LHD-5 dan LHD-24. Peta zona reservoir Lahendong dapat dilihat pada Gambar 4. Cadangan terbukti reservoir Lahendong berdasarkan uap yang terkumpul/terproduksikan
di kepala sumur adalah sebesar 80 MW dengan potensi pengembangan sebesar 150 MW. Sedangkan berdasarkan simulasi Monte Carlo, Area Lahendong memiliki potensi cadangan 125 – 155 MW, terlampir pada Gambar 5. Area Lahendong mempunyai karakteristik reservoir low permeability dimana jarang terdapat total loss circulation pada pemboran sumur-sumur yang ada. Berdasarkan data statistik hanya 60 persen dari sumur-sumur di Lahendong yang mendapatkan total loss pada pemboran, dan 15 persen yang hanya mendapatkan zona partial loss selama pemboran. Sedangkan selebihnya tidak mendapatkan zona loss selama pemboran. Kedalaman feed zone rata-rata adalah 1600 – 1800 meter. Dengan Feed Zone yang ada, area Lahendong memiliki potensi reservoir temperatur tinggi dengan temperatur reservoir berkisar mulai dari 290 – 320 oC. Temperatur zona produktif selatan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di zona produktif utara. Heat Source utama diperkirakan ada di selatan sekitar zona produktif selatan sebagai daerah upflow sedangkan daerah outflow diperkirakan ke arah zona produktif utara Tekanan reservoir berada untuk Area Lahendong, berada pada kisaran 130 – 160 kscg. Terdapat perbedaan karakteristik fluida produksi dari sumur-sumur produksi di zona utara dan selatan dimana zona selatan yang terdiri dari sumur produksi memproduksikan fluida yang lebih kering dibandingkan dengan yang diproduksikan di zona utara. Dryness sumursumur produksi di zona selatan berkisar 80-90 %, sedangkan dryness sumur-sumur produksi di zona utara berkisar 25-35 %. PRODUKTIFITAS LAHENDONG
Sampai saat ini, Suplai uap untuk PLTP Lahendong Unit 1, 2 dan 3 berasal dari 9 sumur produksi yang terdapat di 3 kluster produksi. Dari zona selatan, terdapat kluster LHD-4 yang terdiri dar 5 sumur produksi, yaitu sumur LHD8, LHD-10, LHD-11, LHD-12 dan LHD-15 serta kluster LHD-13 yang terdiri dari 2 sumur produksi, yaitu sumur LHD-17 dan LHD-18.
Dari zona utara, terdapat kluster LHD-5 yang terdiri dari 2 sumur produksi, yaitu sumur LHD5 dan LHD23. Sementara itu, di zona utara juga terdapat kluster pengembangan yaitu kuster LHD-24 yang terdiri dari 2 calon sumur produksi, yaitu sumur LHD-24 dan LHD-28. Nama kluster merupakan sumur pertama yang dibor di kluster tersebut. Sumur-sumur produksi di zona selatan, yang terdiri dari dua kluster, menyuplai uap untuk pembangkitan PLTP Lahendong Unit 1 dan Unit 2. Sedangkan sumur-sumur produksi di zona utara, yaitu di kluster LHD-5, menyuplai uap untuk PLTP Lahendong Unit 3. Satu kluster pengembangan di zona utara yaitu kluster LHD24 rencananya akan menyuplai uap untuk PLTP Unit 4. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa zona selatan memiliki karakter fluida sumur yang lebih kering, sehingga satu sumur injeksi di kluster LHD-7, yaitu sumur LHD-7, cukup untuk menginjeksikan brine dari sumursumur produksi di kluster LHD-4 dan LHD-13 serta kondensat dari PLTP lahendong Unit 1 dan Unit 2. Injeksi air ke sumur LHD-7 merupakan cold injection, dimana fluida dikumpulkan dan didinginkan terlebih dahulu di cooling pond yang terdapat di kluster LHD-13. Sementara itu, zona utara yang lebih basah, membutuhkan 3 sumur injeksi, yaitu sumur LHD-19, LHD-20, LHD-21 yang berada di kluster LHD-5, untuk menginjeksikan brine dari sumur-sumur produksi di kluster LHD-5 dan kondensat dari PLTP Lahendong Unit 3. Skema injeksi pada 3 sumur injeksi terakhir merupakan hot injection. Namun untuk ke depannya, mulai akhir tahun 2011, semua injeksi brine dan kondensat akan diarahkan pada sumur-sumur injeksi di kluster LHD-7, dimana selain sumur LHD-7, juga telah dibor sumur LHD-36 dengan skema cold injection. Skematik laju alir uap dan brine di Area Lahendong dapat dilihat pada gambar 6 . Adapun penambahan sumur produksi yang akan menyuplai PLTP Lahendong Unit 4, tidak akan mengubah strategi injeksi yang sudah ada EVALUASI RESERVOIR DAN OPERASIONAL AREA LAHENDONG
Dimulai dari tahun 2001, saat ini Area Lahendong menyuplai uap lebih kurang 450 ton/jam untuk 3 PLTP yang sudah ada. Dengan tulang punggung produksi berasal dari zona produksi selatan yaitu di kluster LHD-4 dan kluster LHD-13, menunjukkan bahwa setelah beroperasi selama 10 tahun, terjadi penurunan TKS (Tekanan Kepala Sumur) di sumur-sumur produksi di kluster LHD-4. Namun besaran TKS-nya masih berkisar antara 19 – 29 Kscg sehingga masih dapat diandalkan untuk menyuplai uap ke PLTP Lahendong Unit 1 dan Unit 2. Sedangkan pada kluster LHD-13 dua sumur produksi yang ada, yaitu LHD-17 dan LHD-18 juga mengalami decline TKS dengan bukaan penuh, namun saat ini masih dapat beroperasi dengan TKS 12-13 Kscg. Sementara itu di zona utara, karena relatif belum lama dalam menyalurkan uap, belum terlihat adanya penurunan TKS pada sumur-sumur produksinya. Permasalahan yang sering terjadi pada lapangan uap dua fasa adalah pengukuran laju air fluida per sumur, terutama bila dalam satu kluster, ada beberapa sumur produksi yang bergabung pada satu separator. Area Lahendong pun memiliki kesulitan yang sama sehingga tidak memiliki data laju alir fluida per sumur sampai akhirnya dilakukan TFT (Tracer Flow Test) di tahun 2010 pada sumur-sumur produksinya. Hasil TFT pada tahun 2010 yang dibandingkan dengan hasil uji produksi sumur-sumur produksi di Area Lahendong sedikitnya dapat memberikan dua gambaran Area Lahendong saat ini. Gambaran pertama, adalah seperti halnya pemantauan TKS, sumur-sumur produksi di Area Lahendong pun sudah mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi terbesar dialami pada sumur-sumur produksi di kluster LHD-4, kemudian kluster LHD-13 dan terakhir di kluster LHD-5. Hal ini sesuai dengan urutan umur produksi sumur dan kecenderungan penurunan TKS sumur-sumur produksi tersebut. Adapun decline rata-rata sumur produksi di Area Lahendong adalah 3 - 4 % pertahun. Gambaran kedua adalah kecenderungan terbentuknya steam cap pada zona produksi selatan yang ditandai dengan meningkatnya dryness sumur-sumur produksi yang mengarah ke tengah zona reservoir dan menurunnya dryness sumur-sumur produksi yang mengarah ke luar zona reservoir.
Pembentukan steam cap dan menurunnya dryness jelas terlihat pada dua sumur produksi, yaitu sumur LHD-15 dan sumur LHD-10. Sumur LHD-15 yang mengarah ke tengah zona reservoir saat ini memproduksikan fluida satu fasa uap. Sementara itu, sumur LHD-10 yang mengarah keluar zona reservoir justru mengalami perubahan karakteristik fluida yang sangat signifikan dimana ketika uji produksi, LHD-10 merupakan sumur dominasi uap dengan dryness 84%, saat ini menjadi sumur dominasi air dengan dryness 30%. Area Lahendong sudah dua kali melakukan Tracer Test untuk menganalisa aliran fluida dari sumur-sumur injeksi ke sumur-sumur produksi yang ada. Tracer Test pertama dilakukan pada tahun 2006 ketika operasional Area Lahendong hanya suplai uap dari sumur-sumur produksi di kluster LHD-4 ke PLTP Lahendong Unit 1. Injeksi tracer dilakukan pada sumur injeksi LHD-7 dan dipantau di sumur-sumur produksi di kluster LHD-4 dengan tracer berupa tritium. Hasil pemantauan adalah bahwa terjadi interkoneksi antara sumur injeksi LHD-7 dengan sumur-sumur produksi di kluster LHD-4 dengan lama breakthrough sekitar setahun. Sementara itu, tracer test kedua dilakukan pada tahun 2010 dengan menginjeksikan tritium di sumur injeksi LHD-21 kemudian dipantau pada beberapa sumur produksi di kluster LHD-4, LHD-5 dan LHD-13. Hasilnya adalah interkoneksi antara sumur injeksi dengan sumur-sumur produksi di tiap-tiap kluster dengan interkoneksi terkuat adalah antara sumur injeksi dengan sumur produksi di kluster LHD-5 yaitu, sumur LHD-21 dengan sumur LHD-5 dan LHD-23 dengan lama breakthrough adalah 3 hari. Bila dihubungkan antara hasil tracer test dengan perubahan karakteristik reservoir khususnya di zona selatan dimana terbentuk steam cap dan membasahnya sumur-sumur produksi yang ke arah luar reservoir, ada dua kemungkinan utama yang penyebab, strategi injeksi yang masih harus dievaluasi atau pengambilan massa yang cukup besar pada zona reservoir yang mengakibatkan mulai ikut terproduksikannya marginal water dari luar zona reservoir. Kedua kemungkinan ini bila dikoreksi dengan hasil pemantauan data
geokimia, menunjukkan bahwa air yang terproduksikan di sumur LHD-10, sebagian besar merupakan air injeksi dari cluster LHD-7. Untuk itu, ke depannya perlu dilakukan studi lebih lanjut dengan data yang lebih lengkap untuk menentukan strategi injeksi yang terbaik bagi Area Lahendong tanpa mempengaruhi operasionalnya. MONITORING GEOKIMIA
Monitoring reservoir lapangan panasbumi Lahendong tidak hanya dilakukan dengan menggunakan Tracer Flow Test (TFT) tetapi juga melalui pemantauan unsur – unsur kimia seperti Cloride (Cl), Boron (B) dan Non Condensable Gas (NCG) dan lain lain yang terdapat pada fluida panasbumi. Sementara kami tidak menggunakan data enthalpy dikarenakan keterbatasan data mengingat sejak tahun 2011 sumur sudah jarang sekali bahkan beberapa sumur tidak dilakukan pengukuran Temperature dan Tekanan kondisi statik karena sumur selalu online untuk memenuhi kebutuhan listrik Sulawesi Utara sekitar 40%. Unsur – unsur kimia tersebut didapatkan dari hasil analisis sampel kimia Separated Water (SPW) /Brine seperti kandungan Cloride (Cl) dan Steam Condensate Sample (SCS) seperti kandungan Boron (B) yang diambil dari sumur – sumur produksi di Lapangan Panasbumi Lahendong setiap 4 bulan sekali. Berdasarkan data kimia dari SPW, SCS dan NCG selama kurang lebih 10 tahun lapangan panasbumi Lahendong beroperasi didapatkan beberapa pola atau indikasi perubahan sifat ataupun karakteristik di reservoir, yaitu : Sumur – sumur di kluster LHD-4 seperti: LHD-8 : relatif menjadi kering, ada sedikit kondensasi LHD-10 : menjadi lebih basah (gambar 7) LHD-11 : menjadi lebih kering (gambar 8) LHD-12 : menjadi lebih kering LHD-15 : relatih sedikit menjadi lebih basah Sumur – sumur di kluster LHD-13 seperti : LHD-17 : menjadi lebih kering LHD-18 : menjadi lebih kering Sumur – sumur di kluster LHD-5 seperti :
LHD-5 : sudah mendapat pengaruh injeksi LHD-23 : sudah mendapat pengaruh injeksi Berdasarkan interpretasi data kimia fluida sumur – sumur produksi tersebut maka didapatkan pola perubahan yang hampir sama dengan pola perubahan berdasarkan data Tracer Flow Test (TFT) yang mana pada sumur – sumur di kluster LHD-4 dan LHD-13 yang mengarah ke bagian tengah dan selatan menjadi lebih kering sedangkan sumur yang mengarah ke bagian relatif utara seperti sumur LHD-10 (relatif lebih basah). Hal ini bisa terjadi akibat dari pengaruh air injeksi dingin di kluster LHD-7 atau berlokasi disebelah utara kluster LHD-4 ataupun dari marginal water yang masuk ke zona reservoir (masih memerlukan study lebih lanjut untuk menjawab permasalahan tersebut). Sedangkan untuk sumur – sumur produksi di kluster LHD-5 seperti sumur LHD-5 dan sumur LHD-23 terlihat sudah mendapatkan pengaruh air injeksi dari sumur di sebelahnya yaitu sumur LHD-19, LHD-20 dan LHD-21 yang difungsikan sementara untuk sumur injeksi karena proses pengeboran sumur injeksi tambahan baru saja selesai dan pemipaan dari kluster LHD-5 ke LHD-7 sedang dalam proses pekerjaan. Berdasarkan data kimia fluida dan TFT dari sumur – sumur produksi di Area Lahendong maka sudah terlihat adanya kekeringan di zona reservoir pada sumur – sumur produksi penyuplai PLTP unit 1 dan 2 sehingga perlu adanya tindak lanjut untuk mengatasi hal tersebut terkait management steam field.
KENDALA OPERASIONAL
Selama 10 tahun beroperasi, sudah menjadi hal yang normal bila Area Lahendong memiliki beberapa kendala operasional. Namun, kendala operasional yang utama di Area Lahendong adalah keterbatasan sumur produksi. Hal ini kemudian ditambah dengan fakta bahwa Area Lahendong sangat diandalkan untuk menghidupi Sulawesi Selatan dari sisi energi listrik. Hal ini mengakibatkan kesulitan bagi Area Lahendong sendiri untuk melakukan pengambilan data-data monitoring sumur-sumur produksi khususnya bila harus melakukan modifikasi steam
gathering system atau mengurangi produksi uap dari salah satu sumur produksi yang ada. Padahal data monitoring tersebut sangat dibutuhkan dalam pemantauan dan peramalan suplai uap Area Lahendong ke depannya. Untuk mengatasi permasalahan ini, Area Lahendong saat ini mencanangkan beberapa strategi. Strategi pertama adalah menguji ulang beberapa sumur monitoring dan sumur injeksi yang diharapkan dapat menambah suplai uap dan menjadi sumur produksi cadangan. Uji ulang ini sudah relative memberikan hasil pada sumur LHD-13 yang pada akhirnya akan coba dimasukkan ke steam gathering system. Saat ini pengujian sedang dilakukan pada sumur-sumur injeksi yang sudah tidak difungsikan lagi di kluster LHD-5, mengingat semua injeksi brine saat ini sudah dialirkan ke sumur-sumur injeksi di kluster LHD-7. Strategi kedua adalah dengan pemasangan separator tambahan untuk meningkatkan efisiensi separator pada sumur-sumur produksi di kluster LHD-4. Hal ini didasarkan fakta bahwa produksi fluida terbesar saat ini berasal dari sumur-sumur produksi di cluster LHD-4 dengan hanya diimbangi dari satu separator. Hasl studi menunjukkan bahwa dengan penambahan separator tambahan dapat meningkatkan efisiensi pemisahan uap dan air sehingga diharapkan dapat meningkatkan suplai uap ke PLTP Lahendong Unit 1 d an Unit 2. Strategi ketiga adalah dengan perencanaan pemboran sumur make up di setiap kluster dengan rencana terdekat adalah pemboran sumur make up di kluster LHD-5. Alasan utama kluster LHD-5 adalah fakta bahwa hanya ada dua sumur produksi untuk menyuplai uap ke PLTP Lahendong Unit 3, sehingga permasalahan yang timbul pada salah satu sumur akan mengakibatkan berhentinya operasional PLTP Lahendong Unit 3. Sedangkan strategi keempat adalah dengan memanfaatkan brine yang ada, yang memiliki temperatur yang cukup, untuk dimanfaatkan melalui Binary Plant. Hal ini diharapkan dapat dilaksanakan mengingat produksi brine Area Lahendong yang cukup besar dengan
temperature yang relatif masih tinggi. Studi untuk pelaksanaan rencana ini saat ini masih dilakukan antara Pertamina Geothermal Energy dengan BPPT dan GFZ Jerman. Dengan keempat strategi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama Area Lahendong sehingga diharapkan pengoperasian Area Lahendong dari sisi surface dan subsurface dapat dioptimalkan sehingga Area Lahendong ke depannya dapat terus memberikan kontribusi signifikan baik pada perusahaan maupun pada stakeholders yang ada, yaitu PLN sebagai customer dan masyarakat Sulawesi Utara yang menikmati suplai energi bersih untuk kemajuan daerahnya. SUMMARY
1. Selama 10 tahun beroperasi, sudah terjadi penurunan baik TKS maupun laju alir pada sumur-sumur produksi yang ada di zona produksi selatan yang menyuplai uap untuk PLTP Lahendong Unit 1 dan 2. 2. Berdasarkan hasil Tracer Flow Test 2010 dan analisa geokimia sumur produksi, terjadi perubahan karakteristik fluida sumur pada sumur-sumur produksi di zona produksi selatan, dimana terbentuk steam cap pada tengah zona reservoir dan menurunnya dryness pada sumur-sumur produksi yang mengarah keluar zona reservoir, kemungkinan berhubungan dengan strategi injeksi yang ada. 3. Kurangnya sumur-sumur produksi cadangan menjadi permsalahan utama bagi Area Lahendong dari sisi operasional maupun pemantauan reservoir ke depannya karena mengakibatkan sulitnya melakukan manuver sumur tanpa mengganggu operasional Area Lahendong. 4. Strategi penyelesaian permasalahan yang ada diharapkan dapat sedikit demi sedikit membawa Area Lahendong menjadi Area yang ideal sehingga pemantauan bawah permukaan dapat dilakukan dengan baik untuk menunjang operasional Area Lahendong ke depannya.
REFERENCES
1. LAPI-ITB, Re-Assessment Reservoir Area Lahendong, 2009. 2. Thermochem, Lahendong 2010 Tracer Flow Test Report, 2010 3. BATAN, Laporan Survey Injeksi Zat Perunut Area Lahendong, 2011 4. Enjinering Area Lahendong, Laporan Tahunan Geokimia, 2011 5. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-5 6. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-8 7. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-10 8. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-11 9. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-12 10. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-15 11. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-17 12. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-18 13. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-23
LAMPIRAN
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Pengusahaan Panasbumi Lahendong
Gambar 2. Peta Daerah Pengembangan Lahendong Dan Tompaso
Gambar 3. Peta Arah Sumur Dan PLTP Lahendong
Gambar 4. Peta Zona Reservoir Lahendong
Gambar 5. Histogram Simulasi Monte Carlo Cadangan Area Lahendong
PERTAMINA
JARINGAN
PLN INSTALASI
STEAM FIELD
PLTP
SUMUR PRODUKSI TURBIN SEPARATOR
SCRUBBER ROCK GENERATOR
MUFFLER
JALUR UAP
JALUR UAP
FLUIDA 2 FASE
0m
MANIFOLD
JALUR AIR JALUR AIR
COOLING TOWER
CAP ROCK SUMUR INJEKSI
1000
INJEKSI AIR
2000 COOLING P0ND RESERVOIR
CAP ROCK
RESERVOIR HEAT 3000
FAULT
HEAT SOURCES SOURCES
ALIRAN AIR REINJEKSI
Gambar 6. Diagram Alir Uap Dan Brine Lahendong
Gambar 7. Grafik Perubahan Kimia Sumur LHD -10
Gambar 8. Grafik Perubahan Kimia Sumur LHD -11