BAB 1 PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Masalah Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan telah meningkatkan usia harapan hidup. Usia harapan hidup di Indonesia tahun 2000 mencapai 67 tahun . Pada tahun 2000 jumlah penduduk usia lanjut mencapai 7,28%. Jumlah ini akan terus meningkat dan pada tahun 2020 diproyeksikan jumlah lansia akan mencapai 11,34 %. Menurut perkiraan pada tahun 2020 usia harapan hidup di Indonesia akan mencapai 71 tahun dan jumlah penduduk lansia diperkirakan sebanyak 28 juta jiwa. Lansia adalah dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastik dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus meningkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya tentu siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya (Darmojo, 2004). Lansia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan). Pengertian dan penggolongan lansia menurut UU Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas dan ada dua kategori yaitu lansia usia potensial adalah lansia masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa, lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada orang lain.
Menurut WHO batasan lansia meliputi :
1. Usia pertengahan adalah usia antara 45-59 tahun 2.
Usia lanjut adalah usia antara 60-74 tahun
3.
Usia lanjut tua adalah usia 75-90 tahun
4.
Usia sangat tua adalah usia 90 tahun keatas Prevelensi lansia di Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih dari 19 juta, dengan usia harapan hidup 66 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%), dengan usia harapan hidup 67 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71 tahun (Depkes, 2012). Berdasarkan data UNESCAP tahun 2011, jumlah penduduk di kawasan Asia mencapai sebanyak 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk dunia. Strok termasuk penyakit serebrovaskular yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak, penyebab terjadinya stroke karena sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. Stroke pada lansia di Indonesia menurut WHO (2011) telah menempati peringkat ke 97 dunia untuk jumlah penderita stroke terbanyak dengan jumlah kematian 138.268 orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Mengacu pada laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika serikat terserang stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.00 diantaranya merupakan serangan stroke pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke dan 15-30% di antaranya menderita cacat menetap (Centers for Disease Control
and Prevention, 2009). Stroke merupakan negara
maju,
masalah
utama
kesehatan
di
stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak dan
penyebab utama kecacatan pada orang dewasa.
Di Amerika serikat ada 500.000 populasi yang terserang stroke baru dan 200.000 serangan stroke ulang pertahun.3 Menurut data Riskesdas Depkes RI, 2007 dalam laporan nasionalnya mendapatkan bahwa penyebab kematian utama untuk semua usia adalah stroke (15,4%), TB (7,5%), hipertensi (6,8%). Stroke iskemik memiliki persentase paling besar yaitu sebesar 80% , terbagi atas subtipe stroke trombotik dan embolik yang dapat mengurangi sirkulasi atau kebutuhan darah diotak atau mengakibatkan kematian neuron yang diperlukan otak. Data WHO menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit pembuluh dara lebih banyak dibanding penyakit lain, yaitu sekitar 15 juta tiap tahun atau sekitar 30 % dari kematian total pertahunnnya dan sekitar 4,5 juta diantaranya disebabkan oleh stroke. Dari seluruh kematian di negara-negara industri, 10 - 12 % disebabkan oleh stroke dan sekitar 88 % kematian akibat stroke terjadi pada usia diatas 65 tahun. Penyakit
serebrovaskuler
dapat
menyebabkan
kemunduran
kognitif.
Penyakit serebrovaskuler fokal dapat terjadi akibat trombosis atau emboli vaskuler serta perdarahan otak.
Frekuensi gangguan kognitif pasca stroke
iskemi berkisar antara 20-30%, dan makin meningkat risikonya, bahkan sampai 2 tahun pasca stroke. Gangguan kognitif pasca stroke termasuk dalam suatu kelompok gangguan kognitif yang disebut dengan vascular cognitive impairment (VCI) yang meliputi gangguan kognitif ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari sampai yang paling berat berupa demensia vaskuler. Gangguan kognitif dapat mengenai satu atau lebih domain kognitif seperti atensi, bahasa,
memori, visuospasial dan fungsi eksekutif. Penelitian Ivan dkk
didapatkan adanya penurunan kognitif pada pasien pasca stroke yaitu 19,3% kasus, sedangkan kontrol 11% kasus.
Ballard dkk dalam penelitiannya
mendapatkan penurunan kognitif 3 bulan pasca stroke adalah 50% dan dengan
bertambahnya usia, penurunan kognitif meningkat secara signifikan sebanyak 9%, terutama untuk kategori kognitif secara umum, memori dan atensi. Martini S mendeteksi gangguan kognitif pasca stroke dan mendapatkan 57,1% mengalami gangguan kognitif.
Setyopranoto, Lamsudin dan Dahlan dalam penelitiannya membuktikan bahwa pada pasien pasca stroke terjadi penurunan nilai MMSE atau dapat dikatakan
terjadi penurunan nilai kognitif bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol (bukan stroke). Christopher dkk dalam penelitiannya mendapatkan bahwa diabetes mellitus (DM) berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif. Diabetes mellitus berhubungan
dengan
penurunan
kecepatan
psikomotorik,
fungsi
lobus
frontalis/eksekutif, memori verbal, kecepatan proses, fungsi motorik kompleks, memori kerja, ingatan segera, ingatan tunda, kelancaran verbal, retensi visual, dan atensi. Tes validasi MoCA telah dilakukan di Indonesia, dari hasil penelitian ini didapatkan nilai Kappa total
antara 2 orang dokter adalah 0,820 .
Didapatkan kesimpulan bahwa tes MoCA versi Indonesia
(MoCA Ina) telah
valid menurut kaidah validasi transkultural sehingga dapat digunakan baik oleh dokter ahli saraf maupun dokter umum.
2.
Tujuan. 1. Mengetahui definisi gangguan neurologis (stroke) 2. Mengetahui etiologi stroke. 3. Mengetahui manifestasi klinis stroke 4. Mengetahui patofisiologi cystic fibrosis 5. Mengetahui penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi stroke 6. Mengetahui asuhan keperawatan stroke. 7. Mengetahui Evidence based nursing tentang stroke
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000) Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994)
2. Etiologi stroke
2.1. Factor penyebab neurologis
a. Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol, Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, b. Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food, fast food), Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas. c. 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.
d. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.
2.2 Faktor resiko gangguan neurologis stroke
a. Usia Sebagai National Institute of Neurological Gangguan dan Stroke menyatakan, usia merupakan faktor risiko untuk penyakit Parkinson jelas. Rata-rata, pemogokan Parkinson orang pada usia 60 tahun. Semakin tua Anda, semakin besar kemungkinan Anda untuk mengembangkan penyakit. Sekitar 5 persen sampai 10 persen kasus Parkinson, bagaimanapun, didiagnosis sebelum usia 50. b. Jenis kelamin Menurut National Institute of Neurological Gangguan dan Stroke, penyakit Parkinson mempengaruhi laki-laki sekitar 50 persen lebih dari wanita. Para peneliti saat ini tidak dapat menjelaskan perbedaan ini. c. Sejarah Keluarga Sebagai National Institute of Neurological Gangguan dan Stroke menjelaskan,para peneliti telah mengidentifikasi beberapa mutasi genetik yang berkaitan dengan risiko penyakit Parkinson. Menurut Yayasan Michael J. Fox untuk Riset Parkinson, para ilmuwan telah menentukan bahwa, dalam kasus yang jarang Parkinson disebabkan oleh mutasi genetik tunggal yang diturunkan melalui keluarga, menyebabkan sejumlah besar kasus penyakit Parkinson pada beberapa generasi. Dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun, para ilmuwan percaya bahwa faktor genetik berinteraksi dengan faktor lingkungan untuk produksi Parkinson. Hal ini menjelaskan mengapa, sebagai National Institute of Neurological Gangguan dan titik waktu, yang walaupun memiliki kerabat dekat Parkinson meningkatkan risiko Parkinson, kemungkinan tertular penyakit ini masih hanya sekitar 2 persen sampai 5 persen kecuali ada mutasi genetik yang dikenal dalam keluarga Anda.
d. Racun lingkungan Menurut National Institute of Neurological Gangguan dan Stroke, paparan racun lingkungan juga diyakini menjadi faktor risiko penyakit Parkinson. MPTP, misalnya, racun yang ditemukan di beberapa jenis heroin sintetis, diketahui menyebabkan gejala Parkinson. Pestisida telah dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk penyakit Parkinson, menurut Michael J. Fox Yayasan Penelitian Parkinson. e. Penelitian lebih lanjut diperlukan Sebagai Yayasan Michael J. Fox untuk Riset Parkinson mengatakan, penelitian signifikan lebih diperlukan menyamar dan menjelaskan faktor risiko penyakit Parkinson. Penelitian semacam ini dapat membantu mencegah timbulnya penyakit lebih lanjut serta membantu para ilmuwan mengembangkan lebih pengobatan yang efektif untuk orang yang sudah menderita penyakit Parkinson.
3. Manifestasi
Manifestasi klinis dari stroke perdarahan ditinjau berdasarkan jenisnya sebagai berikut.
1. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinisnya sebagai berikut.
•
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarahan retina, dan epistaksis.
•
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
•
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
•
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid.
2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinisnya adalah sebagai berikut.
•
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
•
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang.
•
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
•
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
•
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik perdarahan subarakhnoid.
•
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan
4. Patofisiologi stroke
Perdarahan intraserebral ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering terjadi akibat cedera vascular yang dipicu oleh hipertensi dan rupture salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Stroke yang disebabkan oleh perdarahan intraserebral paling sering terjadi pada saat pasien terjaga dan aktif, sehingga kejadiannya sering disaksikan oleh orang lain. Karena lokasinya berdekatan dengan arteri-arteri dalam, basal ganglia dan kapsula interna sering menerima beban terbesar tekanan dan iskemia yang disebabkan oleh stroke tipe ini.
Dengan mengingat bahwa ganglia basal memodulasi fungsi motorik volunter dan bahwa semua saraf aferen dan eferen di separuh korteks mengalami pemadatan untuk masuk dan keluar dari kapsula interna, maka dapat dilihat bahwa stroke di salah satu bagian ini diperkirakan menimbulkan defisit yang sangat merugikan. Biasanya perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna. Infark serebrum setelah embolus di suatu arteri otak mungkin terjadi sebagai akibat perdarahan bukan sumbatan oleh embolus itu sendiri. Alasannya adalah bahwa, apabila embolus lenyap atau dibersihkan dari arteri, dinding pembuluh setelah tempat oklusi mengalami perlemahan selama beberapa hari pertama setelah oklusi. Dengan demikian, selama waktu ini dapat terjadi kebocoran atau
perdarahan dari dinding pembuluh yang melemah ini. Karena itu, hipertensi perlu dikendalikan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada mingguminggu pertama setelah stroke embolik. Perdarahan yang terjadi di ruang supratentorium (di atas tentorium serebeli) memiliki prognosis baik apabila volume darah sedikit. Namun perdarahan ke dalam ruang infratentorium di daerah pons atau serebelum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena cepatnya timbul tekanan pada struktur-struktur vital di batang otak. Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid lapisan meningen dapat berlangsung cepat, maka kematian sangat tinggi-sekitar 50% pada bulan pertama setelah perdarahan. Penyebab tingginya angka kematian ini adalah bahwa empat penyulit utama dapat menyebabkan iskemia otak serta morbiditas dan mortalitas “tipe lambat” yang dapat terjadi lama setelah perdarahan terkendali. Penyulitpenyulit tersebut adalah : 1. vasospasme reaktif disertai infark, 2.
ruptur ulang,
3. hiponatremia, dan 4. hidrosefalus
5. Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi stroke Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut: 1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan a) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan. b) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi. 2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung. 3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter. 4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif. PENGOBATAN KONSERVATIF 1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan. 2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial. 3. Anti
agregasi
thrombosis
seperti
aspirin
digunakan
untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
PENGOBATAN PEMBEDAHAN Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral : 1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis , yaitu dengan membuka arteri karotis di leher. 2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA. 3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut 4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma. 6.
Komplikasi Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami komplikasi , komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan: 1. Berhubungan dengan immobilisasi ; infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis. 2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh 3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dansakit kepala. 4. Hidrocephalus
7.
Asuhan keperawatan stroke Analisis pengkajian Tanggak pengkajian
: 22 oktober 2013
Biodata klien Nama
:
Pak ikhwan
Alamat
:
Tamanrirto
TTL
:
Yogyakrta 5 juni 1953
Pekerjaan
:
Pensiunan depak ( Depertemant Agama )
Jenis kelamin
:
Laki-laki
Status
:
Kepala rumah tangga
Agama
:
Islam
Kasus Klien sudah mengalami stroke selama 2 tahun dan selama 2 tahun pak Iikwan menggunkan alat bantu jalan untuk membantu pak Ikwan dalam bergerak. Klien mengatakan penyakit tersebut kemungkinan diakibatkan karena jarang berolahraga,kurang beraktifitas sehingga sering lelah, selain itu bapak Ikhwan sering mengonsumsi maka- makanan yang kurang sehat seperti suka makan tongseng kambing,gulai kambing dan lain-lainya. Sebelumnya klien juga pernah mengalami vertigo. Setelah diobati selama beberapa bulan,akhirnya penyakit vertigonya sembuh. Selain itu klien juga pernah memiliki riwayat hipetensi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkisar 180/100 mmhg , HR : 66 kali/menit, suhu: 37,5°c, RR : 24 kali/menit,BB : 70 kg dan riyawat keluarga dari pihat ibu pak ikwan yang rata-rata mengalami penyakit stroke. Sebelumnya juga klien pernah mengalami operasi atau pengangkatan empedu 5 tahun yang lalu, setelah menjalani operasi pengangkatan empedu pak Ikwan pola makan pak Ikwan tidak terkontrol karena pak Ikwan mengatakan bahwa setelah operasi empu tersebut beliau merasakan tidak ada keluhan dalam dirinya. Hali ini yang menyebabkan pak Ikwan semakin mengonsumsi makanan yang tinggi akan kolesterol dan makanan yang memacu peningkatan tekanan darah. Namun setelah pak Ikwan menderita penyekit stroke ini pola makan pak Ikwan lebih terkontrol dengan baik karena dukungan keluarga pak Ikwan yang merawat
beliau namun, kerena
kesibukan keluarga khususnya ibu Nining yang mencari nafkah karena pak Ikhwan sudah tidak bisa mencari nafkah lagi sehingga ibu Nining kurang memperhatikan dan mengatur pola makan pak Ikwan yang menderita stroke ini dan keluarga dirumah yang memiliki resiko hipertensi.
Namun untuk kebutuhan personal hyaegen, sholat dan sebagainya dibantu oleh keluarga hanya sebagian namun untuk berjalan pak Ikhwan memerlukan bantuan sepenuhnya dari istri dan keluarganya. Menurut ibu Nining bapak Ikwan rutin melakukan cek up diRS JIH Yogyakarta 2 minggu sekali dengan bermodalkan askes dalam memenuhi biaya pengobatan selain itu bapak Ikwan juga kadang-kadang mendapat bantuan dana dari sanak sodara dalam memenuhi kebutuhan hidup hal ini dikarenakan bapak ikwan memiliki 5 orang anak yang masih bersekolah. Sedangkan ibu nining bekerja sebagai penjahit dirumahnya. Selain usaha menjahit yang digeluti ibu Nining, ibu nining juga mengelola kost putra untuk pemenuhan biaya kebutuhan hidup mereka.
Analisis data Diagnosa NO
Data
etiologi
1
DO :
Ketidak
1. TD : 180/100 mmHg 2. HR : 60 x/menit 3. Suhu : 37,5°c 4. RR : 24 x/menit DS : 1. Bapak Ikwan mengatakan sudah 2 tahun menderita stroke. 2. Bapak Ikwan mengatakan setiap 2 minggu cek up RS JIH Ypogyakarta. 3. Bapak Ikwan mengatakan biaya pengobatannya berasal dari askes pensiunan dan biaya
dari
saudara-
saudaranya. 4. Bapak Ikwan mengatakan
Problem cukupan Ketidalefektifan
sumber daya (dana)
pemeliharaan kesehatan
bahwa
keluarga
bapak
ikwan
masih
kurang
mengontrol beliau
pola
karena
istrinya
makan
kesibukan
dalam
mencari
nafkah 2
DO :
Penyakit fisik
performa peran
1. Terlihat istri dari bapak ikwan
membuka
Ketidakefektifan
jahitan
dirumahnya. 2. Terlihat bapak ikwan tiidak bekerja
lagi
karena
kelumpuhan yang diderita bapak ikwan. DS : 1. Bapak Ikwan mengatakan sudah 2 tahun tidak bekerja lagi 2. Baak biaya
ikwan
mengatakan
pemenuhan
ditanggung
oleh
hidup istriinya
dan bantuan dari saudarasaudaranya. 3
DO :
Fakktor biologis
1. BB : 70 kg 2. TD : 180/100 mmhg 3. HR : 60 x/menit 4. Suhu : 37,5°c 5. RR : 24 x/menit DS : 1. Bapak Ikwan mengatakan saat ini dirinya menjalani diet rendah garam,. 2. Bapak Ikwan mengatakan
Resiko ketidakseimbngan nutrisi kurang dar kebutuhan tubuh
terkadang dengan
dirinya
bosan
makanan-makanan
yang rendah garam sehingga terkadang
masih
tidak
mematuhinya. 3. Bapak ikwan mengatakan diri selalu makanan yang berserat-serat saja.
4
DO : 1. Bapak
ikwan
menggunakan
terlihat
alat
Gangguan
Hambatan mobilisasi
neurologis
fisik
Gangguan
Hambatan
neurologis
kemampuan berjalan
bantu
jalan. 2. Bapak
ikwan
terlihat
kesulitan
untuk
menggerakan
badannya
dikarenakan
kelumpuhan
badan sebelah kiri akibat strokenya. DS : 1. Bapak Ikwan mengatakan sudah 2 tahun menggunkan alat bantu jalan 2. Bapak ikwan mengatakan dirinya
dibantu
keluarganya
oleh dalam
beraktifitas. 3. Bapak ikwan mengatakan tubuhnya
tidak
bisa
menahan
keseimbangan
tubuhnya. 5
DO : 3. Bapak
ikwan
menggunakan jalan.
alat
terlihat bantu
4. Bapak
ikwan
terlihat
kesulitan
untuk
menggerakan dikarenakan
badannya kelumpuhan
badan sebelah kiri akibat strokenya. DS : 4. Bapak Ikwan mengatakan sudah 2 tahun menggunkan alat bantu jalan 5. Bapak ikwan mengatakan dirinya
dibantu
oleh
keluarganya
dalam
beraktifitas. Bapak ikwan mengatakan tubuhnya tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. 6
DO :
Kurang minat dalam Defisiet penegtahuan
1. Terliahat sering
keluarga dan
masih
belajar
senang
mengonsumsi
makanan
yang bersantan. 2. Terlihat
keluarga
bapak
ikwan memiliki body mass index diatas normal. DS : 1. Ibu
Nining
mengatakan
bahwa
kesibukan
menyebabkan
dirinya
senang membeli makanan diluar. 7
2. Bapak Ikwan mengatakan DO : 1. Bapak
ikwan
terlihat
Ketunadayaan fisik Nyeri kronik kronis
menggunkan
alat
bantu
jalan. DS : 1. Bapak ikwan mengatakan terkadang
kaki
dan
tangannya terasa nyeri bila digerakan.
Perencanaan NO
Diagnosa
NOC
NIC
1
Ketidalefektifan
Setelah dilakukan
Health education
pemeliharaan
tindakan keperawatan
kesehatan
Rasional
b.d selama 2x24 jam pada O:
untuk
sumber daya (dana) pengetahuan tentang
mengidentifikasi
mempermudah
d.d DO :
menagement
karakteristik
intervensi
hypertensi meningkat
populasi.
seharusnya kita
Ketidak
1. TD
cukupan keluarga bapak Ikwan
:
180/100
mmHg 2. HR : 60 x/menit
untuk tekanan
4. RR : 24 x/menit
darah sistolik:
DS :
3 Ikwan
mengatakan sudah
2
tahun
menderita stroke. 2. Bapak
Ikwan
mengatakan setiap 2 minggu cek up RS JIH Ypogyakarta. 3. Bapak
Ikwan
karakteristik
1. kisaran normal
3. Suhu : 37,5°c
1. Bapak
mengenali
dengan kriteri hasil :
2.
Kisaran normal untuk tekanan darah diastolik: 3
3. Metode untuk
mengukur tekanan darah: 3 4. Komplikasi
potensial hipertensi: 2
populasi yang akan kita teliti.
O:
Karena dari
mengidentifikasi
kasus dapat kita
faktor internal atau
lihat bahwa
eksternal yang
tekanan darah
dapat
bapak ikhwan
meningkatkan atau
sangat tinggi
mengurangi
sehingga perlu
motivasi untuk
untuk di kaji
perilaku hidup
faktor faktor
sehat.
yang
mengatakan
5. Direkomendasi
biaya
kan modifikasi
pengobatannya
diet: 3
berasal dari askes pensiunan
dan
biaya
dari
saudarasaudaranya. Bapak Ikwan mengatakan bahwa keluarga bapak ikwan masih kurang mengontrol pola makan
mempengaruhin ya N: menggunakan presentasi kelompok untuk memberikan dukungan dan mengurangi ancaman terhadap peserta didik yang mengalami masalah serupa untuk memberikan tindakan yang tepat.
Karena faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap pola hidup sehat sehingga dapat dilakukan metode kelompok untuk melakkukan pendidikan terhadap bapak ikhwan dan
N: menggunakan diskusi kelompok dan bermain untuk mempengaruhi keyakinan kesehatan, sikap, dan nilai.
keluarganya. Karena faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap pola hidup sehat sehingga dapat dilakukan metode kelompok untuk melakkukan pendidikan terhadap bapak ikhwan dan keluarganya.
E: mengajarkan
Mengajarkan
yang strategis yang
secara individu
dapat digunakan
juga sekiranya
menolak perilaku
sangat perlu
yang tidak sehat
untuk dilakukan
atau mengambil
pendidikan
resiko daripada
kesehatan secara
memberikan saran
individu kepada
untuk menghindari
klien.
atau mengubah perilaku
C:-
2
Ketidakefektifan
Setelah dilakukan
Role enhancement
performa peran b.d tindakan keperawatan Penyakit
fisik
d.d selama 2x24 jam pada
DO : 3. Terlihat istri dari
bapak
ikwan membuka
keluarga bapak Ikwan
O : Membantu
Karena selama
pemahan tentang role
pasien untuk
menderita stroke
performance
mengidentifikasi
peran klien
meningkat dengan
berbagai peran
mengalami
kriteri hasil :
dalam kehidupan.
perubahan sehingga sangat
jahitan dirumahnya. 4. Terlihat bapak ikwan tiidak bekerja
perlu untuk 1. Deskripsi
mengidentifikasi
perubahan rore
perubahan peran
dengan illnes
tersebut
atau cacat
lagi
karena
Deskripsi
O: membantu
Karena pasien
kelumpuhan
peran cahnge
pasien untuk
sangat perlu
yang diderita
dengan
mengidentifikasi
ntuk
bapak ikwan.
tanggungan
peran keluarga
memahamai
orang tua
biasa untuk
fungsi keluarga
Kinerja
mengkompensasi
secara
perilaku peran
keluarga
menyeluruh.
2.
DS : 3. Bapak Ikwan mengatakan sudah
2
tahun
tidak
bekerja lagi 4. Baak
ikwan
mengatakan biaya
3.
keluarga 4. kenyamanan
dilaporkan dengan perubahan peran.
pemenuhan
N: memfasilitasi diskusi adaptasi peran keluarga untuk semua perubahan peran anggota.
hidup
Perawat harus memfasilitasi keluarga dengan klien dalam mendiskusikan perubahan peran yang terjadi.
ditanggung
E: mengajarkan
oleh istriinya
perilaku baru yang
dan bantuan
dibutuhkan oleh
dari saudara-
patients / keluarga
saudaranya.
untuk memenuhi peran.
Karena selama stroke klien mengalami perubahan dalam beraktifitas sehingga sangat
C:-
perlu untuk dilakukan pengajaran perilaku yang baru.
3
DO :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
6. BB : 70 kg 7. TD : 180/100 mmhg 8. HR
:
Nutrition status
60
x/menit 9. Suhu : 37,5°c
selama 2x24 jam pada bapak Ikwan status
O: pemantauan
Karena gizi
nutrisi klien
asupan direkam
pasien harus di
meningkat dengan
untuk cantent gizi
pantau agar
kriteria hasil:
dan kalori.
penyakitnya
10. RR
:
24
x/menit
tidak semakin 1. Asupan gizi: 4
DS :
2. Asupan
4. Bapak Ikwan mengatakan saat
ini
N: menyediakan makanan pilihan.
makanan: 3 3.
parah. Karena penyakit pasien
Asupan
N: menentukan
mempunyai
cairan: 3
kemampuan pasien
pantangan dalam
dirinya
4. Energi: 4
untuk memenuhi
mengkonsumsi
menjalani
5. Tonus otot: 3
kebutuhan gizi.
berbagai
diet
6. Hidrasi: 3
rendah
makanan.
garam,.
Karena diit
5. Bapak Ikwan mengatakan
E: mengajarkan
terkadang
pasien bagaimana
dirinya bosan
cara untuk menjaga
dengan
diarly makanan
makanan-
atau makanan yang
makanan
dibutuhkan.
makanan klien harus dijaga untuk menghindari komplikasi yang berat.
yang rendah garam sehingga terkadang masih
C: kolaborasi
Karena harus
dengan Ahli gizi
ada pengetahuan yang lain dalam
tidak
pemberian
mematuhinya
makanan yang
.
di butuhkan
6. Bapak ikwan
klien.
mengatakan diri
selalu
makanan yang berserat-serat saja.
4
Hambatan mobilisasi
Setelah dilakukan
fisik b.d Gangguan tindakan keperawatan neurologis d.d DO :
kepada bapak Ikwan,
Exercice therapy : ambulation O : Pemantauan pasien
5. Bapak ikwan ambulasi atau terlihat
pemiindahan pada
menggunaka
pasien dapat
menggunakan kruk atau alat bantu berjalan lainnya
Karena kondisi klien saat ini beresiko untuk
n alat bantu meningkat dengan
terjadinya
jalan.
cidera.
kriteria hasil :
6. Bapak ikwan terlihat
1. Berjalan
dengan kiprah
kesulitan
yang efektif
untuk menggerakan
2.
kecepatan
badannya
lambat
dikarenakan
3.
kelumpuhan kiri
akibat
langkah 4.
Berjalan menyusuri
strokenya.
langkah
DS :
5.
6. Bapak Ikwan
pendek <1 2
tahun
blok 6. Berjalan pada
menggunkan
kecepatan
alat
moderat> 1 -
bantu
jalan 7. Bapak ikwan mengatakan dirinya dibantu oleh keluarganya dalam beraktifitas. Bapak ikwan mengatakan tubuhnya tidak bisa
<5 blok 7.
N : Terapkan atau menyediakan alat bantu (walker atau kursi juga) untuk ambulation dalam pasien goyah E : Anjurkan pasien bagaimana posisi diri melalui bahwa prosesnya transfer kami Instruksikan ketersediaan alatalat bantu yang sesuai
Berjalan dengan
Anjurkan pasien / pengasuh tentang cepat> 5 blok transfer sate dan atau lebih teknik ambulasi 8. Berjalan di Konsultasikan sekitar ruangan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai kebutuhan kecepatan
Karena kondisi klien saat ini beresiko untuk terjadinya cidera. Karena pasien mengalami kelemahan di bagian kaki kiri.
Karena bagiann
Berjalan pada kecepatan
mengatakan sudah
Berjalan sampai
badan sebelah
Berjalan pada
Membantu pasien untuk menggunakan alas kaki yang memfasilitasi berjalan dan mencegah cedera
kiri klien mengalami kelemahan sehingga harus di lakukan pengaturan posisi setiap dua jam. Karen terdapat kelemahan pada tubuh bagian kiri pasien.
menahan keseimbangan tubuhnya. 5
Hambatan
Setealah dilakukan
kemampuan berjalan tindakan keperawatan b.d
Neurologi monitoring
Gangguan selama 2x24 jam
neurologis d.d DO :
kepada bapak Ikwan
7. Bapak ikwan terlihat menggunaka n alat bantu
status neurologis
O : monitoring
mengalami
batuk dan refleks
peningkatan dengan
muntah.
kriteria hasil :
akan muntah melakukan aktifitas yang
8. Bapak ikwan
padat.
terlihat 1. Keseimbngan :
kesulitan untuk menggerakan
2.
badannya dikarenakan
3.
2.
kekuatan
Pemeliharaan
Pegangan.
postur: 3
O : pemantauan
Refleks
tremor
badan sebelah
O: pemantauan
kiri
akibat strokenya. DS : 8. Bapak Ikwan
4.
Refleks
sudah mulai menurun.
Karena pasien
vital
suhu tubuhnha
tendon dalam:
srring ,engalami
2
perubahan yang signikan.
pada commmand: 3
mengatakan 2
tahun menggunkan bantu
jalan 9. Bapak ikwan mengatakan
kekuatanyya
O memantau tanda
5. Gerakan tujuan
sudah
Karena klien
infantial: 2
kelumpuhan
dirinya
mengatakan apabila
jalan.
alat
Karena klien
N: hindari kegiatan yang menguras tekanan intrakranial Beritahu dokter dari perubahan kondisi pasien
Karena dapat mengakibaatkan cidera kepala pada klien.
dibantu oleh
E: -
keluarganya dalam
C: konsultasikan
beraktifitas.
dengan rekan kerja
Bapak ikwan
untuk
mengatakan
mengkonfirmasi
tubuhnya tidak bisa
Karena untuk memvalidasi kondisi klien.
data yang sesuai
menahan keseimbangan tubuhnya. 6
Defisiet penegtahuan Setelah dilakukan b.d
Kurang
dalam
minat tindakan keperawatan
belajar
d.d selama 2x24 jam pada
DO : 3. Terliahat keluarga masih sering dan
Health education
senang
keluarga bapak Ikwan
O:
Karena sebelum
pengetahuan tentang
mengidentifikasi
malakukan
menagement
karakteristik
penkes kita
hypertensi meningkat
populasi.
harus mengidentifikasi
dengan kriteri hasil :
karakteristik
mengonsums i
makanan
yang
klien untuk 1. kisaran normal
untuk tekanan
bersantan.
bapak ikwan memiliki body
mass
index
diatas
normal. DS : 3. Ibu
Nining
mengatakan
2.
3
O:
Kisaran
mengidentifikasi
Karena untuk
normal untuk
faktor internal atau
meningkatan
tekanan darah
eksternal yang
koping keluarga
diastolik: 3
dapat
kita harus
meningkatkan atau
mengetahui
mengukur
mengurangi
kekuatan
tekanan darah:
motivasi untuk
internal dan
3
perilaku hidup
eksternal
sehat.
keluarga
3. Metode untuk
4. Komplikasi
bahwa
potensial
kesibukan
hipertensi:2
menyebabka
komunikasi.
darah sistolik:
4. Terlihat keluarga
memudahkan
5. Direkomendasi
N: menggunakan
Karena keluarga
n
dirinya
kan modifikasi
presentasi
perlu untuk
diet: 3
kelompok untuk
saling
membeli
memberikan
mendiskusikan
makanan
dukungan dan
masalah dan
diluar.
mengurangi
penelesainanya
Bapak Ikwan
ancaman terhadap
secara bersama
mengatakan
peserta didik yang
– sma
senang
mengalami masalah serupa untuk memberikan tindakan yang tepat.
N: menggunakan
Karena klien
diskusi kelompok
saat ini merasa
dan bermain untuk
stress denfan
mempengaruhi
keadaanya
keyakinan
sehingga harus
kesehatan, sikap,
menggunakn
dan nilai.
tehnik ang menghibur. Karena saat ini
E: mengajarkan
kondisi klien
yang strategis yang
harus di jaga
dapat digunakan
untuk
menolak perilaku
mengurangi
yang tidak sehat
komplikasi.
atau mengambil resiko daripada memberikan saran untuk menghindari atau mengubah perilaku
C:-
7
Nyeri
kronik
b.d
Ketunadayaan
Setelah dilakukan
fisik timdakan keperawatan
kronis d.d
kepada bapak Ikwan nyeri dapat berkurang
DO :
dengan kriteria hasil :
1. Bapak ikwan terlihat menggunkan alat
Kontrol nyeri (3) Melapotkan onset
bantu nyeri (3)
jalan. DS : Bapak ikwan mengatakan terkadang kaki dan tangannya terasa nyeri bila digerakan.
Menjelaskan faktor penyebab nyeri (3) Menggunakan non analgesik untuk mereduk nyeri (3) Melaporkan tanda dan
Pain management O : Diamati untuk isyarat verbal dan non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya mereka yang tidak mampu berkomunikasi secara efektif
Karena psien
N :Gunakan langkah-langkah pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi parah
Karena klien
E : Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
gejala nyeri (3)
harus ditingkatkann kualita shidupnya.
merasa nyeri pada bagian pinggang.
Karena klien merasa resah dengan nyerinya.
C : Berkolaborasi dengan pasien, Maknanya lainnya dan profesional kesehatan lainnya untuk memilih dan menerapkan langkah-langkah bantuan non nyeri farmakologis yang sesuai
6. Evidence based nursing
Karena diit pasien sangat penting untuk mengurangi nyerinya
Acupuncture for functional recovery after stroke: a systematic review of sham-controlled randomized clinical trials Jae Cheol Kong OMD PhD, Myeong Soo Lee PhD, Byung-Cheul Shin OMD PhD, Yung-Sun Song OMD PhD, Edzard Ernst MD PhD Department of Oriental Rehabilitation Medicine (Kong, Song), College of Oriental Medicine, Wonkwang University, Iksan, South Korea; the Research and Development Policy Team (Lee), Policy Division, Korea Institute of Oriental Medicine, Daejeon, South Korea; the Division of Clinical Medicine (Shin), School of Korean Medicine, Pusan National University, Yangsan, South Korea; Complementary Medicine (Ernst), Peninsula College of Medicine and Dentistry, University of Exeter, Exeter, UK Published: NOVEMBER 9, 2010
1. Background
Akupunktur sering digunakan sebagai tambahan untuk rehabilitasi post stroke. Akupuntur adalah kegiatan penusukan sebuah jarum akupunktur ke dalam kulit di titik-titik tertentu dari tubuh . Tekhnik ini dianggap efektif untuk menyembuhkan beberapa penyakit , seperti sakit , gangguan muskuloskeletal , dan beberapa penyakit lainnya. Contohnya untuk pengobatan terapi neurologis, mekanismenya adalah stimulasi proliferasi sel saraf , memfasilitasi plastisitas saraf, pengurangan reaksi
inflamasi post iskemik dan pencegahan apoptosis
neuronal. Beberapa penelitian menyebutkan efek dari akupunktur untuk stroke telah ada Namun
tidak termasuk pada negara-negara Asia yang banyak
menggunakan intervensi selain akupunktur dan tradisional. Peneliti melakukan kajian sistematis untuk mengevaluasi random shamz contolled trial
untuk
meneliti efek akupunktur sebagai tambahan terapi rehabilitasi stroke. 2. Metode Peneliti mencari 25 database dan 12 jurnal Kora terbaik tentang obat tradisional dari awal mereka sampai Oktober 2009. Penelitian tersebut termasuk percobaan acak terkontrol dengan semua bahasa yang membandingkan efek akupunktur ( dengan atau tanpa stimulasi listrik ) dengan akupunktur sham . Kemudian peneliti menilai kualitas metodologik dari percobaan menggunakan Cochrane risk of Bias kriteria dan PEDRO (Fisioterapi Bukti Database) skala. Dua dari peneliti yaitu JCK dan BCS secara independen melakukan studi klinis prospektif jarum akupunktur ( dengan atau tanpa stimulasi listrik ) sebagai pengobatan tambahan untuk pemulihan fungsional setelah stroke. Uji klinis acak yang melibatkan pasien setiap usia atau jenis kelamin dengan stroke iskemik atau hemoragik dalam akut , subakut atau tahap kronis yang memenuhi syarat .
Stroke harus telah didiagnosa dengan cara computed tomography atau magnetic resonance imaging , atau secara klinis sesuai dengan Organisasi Kesehatan Dunia. Intervensi Kontrol akupunktur sham ( akupunktur dengan atau tanpa penetrasi jarum pada titik-titik akupunktur atau non titik-titik akupunktur ) atau akupunktur subliminal (electrostimulation menggunakan elektroda menempel pada kulit ). Hasil yang diharapkan peneliti adalah peningkatan defisit neurologis, aktivitas hidup sehari-hari dengan menggunakan Barthel Indeks atau Fugl - Meyer Assessment) , pemulihan motorik dan kualitas hidup . Selain itu, peneliti juga mencatat efek samping dari ekstraksi data , kualitas dan validitas assessment. Peneliti membandingkan perubahan antara kelompok intervensi dan kontrol . tertimbang rata-rata perbedaan atau perbedaan rata-rata standar dan kepercayaan 95 % interval (CI). Perbedaan dibandingkan dengan kontrol sham dianggap relevan. Varian dari perubahan itu disimpulkan menggunakan faktor korelasi 0.5.12 Q -test Cochrane dan I2 digunakan untuk menilai heterogenitas . Heterogenitas diasumsikan jika p value kurang dari 0,10 dalam tes χ2 dan nilai I2 adalah di atas 75 % .
3. Hasil
Sepuluh dari 664 studi yang berpotensi relevan dari criteria inklusi yaitu tahap akut dan subakut setelah stroke. Sebuah meta-analisis dari lima studi yang dinilai tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam mendukung akupunktur, dengan heterogenitas yang tinggi. Sebuah posting-hoc analisis sensitivitas dari tiga percobaan dengan risiko rendah bias tidak menunjukkan efek menguntungkan dari akupunktur pada kegiatan sehari-hari hidup pada akhir periode intervensi (n = 244; standar perbedaan rata-rata 0,07, 95% confidence interval [CI] -0.18 to 0,32; I2 = 0%) atau setelah tindak lanjut (n = 244; standar perbedaan rata-rata 0,10, 95% CI -0,15 sampai 0,35, I2 = 0%). Untuk kronis panggung setelah stroke, tiga percobaan diuji efek akupunktur pada fungsi menurut Skala Ashworth Modified; semua gagal untuk menunjukkan efek yang menguntungkan.
4. Kesimpulan Dari penelitian
meta-analisis data dari sham controlled trial tidak
menunjukkan efek positif dari akupunktur sebagai pengobatan untuk pemulihan fungsional setelah stroke.
Post-stroke infection: A systematic review and meta-analysis
Willeke F Westendorp, Paul J Nederkoorn1, Jan-Dirk Vermeij, Marcel G Dijkgraaf and Diederik van de Beek Department of Neurology, Academic Medical Center, Amsterdam, Netherlands Published: 2011
1. Background Stroke adalah penyebab utama kecacatan di negara-negara maju , dan merupakan penyebab kematian nomor dua di seluruh dunia. Pasien dengan stroke akut beresiko terkena infeksi. Infeksi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada fase akut setelah stroke. Prevalensi infeksi setelah stroke 5-65%. Infeksi yang paling banyak yaitu pneumonia. Pneumonia adalah infeksi pasca stroke yang paling sering diderita dan merupakan risiko untuk mortalitas yang sudah dibuktikan alam sebuah penelitian terhadap 14.293 pasien dengan stroke. Saat ini ada strategi pengobatan baru, yaitu dengan menggunakan antibiotik, nsmun untuk msnfsstnys belum dibuktikan secara ilmiah. Dalam hal ini review sistematis dan meta-analisis, peneliti akan menghitung tingkat infeksi pasca-stroke, kemudian dikumpulkan, diidentifikasi, menentukan karakteristik populasi yang terkait dengan infeksi, dan memperkirakan dampak pneumonia pada hasil setelah stroke.
2. Metode Penelitian ini menggunakan metode kohort dan dengan random sampling sample terhadap pasien stroke iskemik atau hemoragik dengan tingkat infeksi fase akut yang nantinya akan dimasukkan pada criteria inklusi dan kriteria eksklusinya adalah pasien dengan disfagia untuk meminimalkan bias seleksi . Untuk setiap penelitian, peneliti menghitung proporsi keseluruhan infeksi, yaitu pneumonia dan infeksi saluran kemih. Kemudian hasilnya dikumpulkan dengan menggunakan Review Manager untuk mendapatkan satu perkiraan untuk setiap infeksi . Model random sampling dipilih setelah tes dilakukan heterogenitas (heterogenitas didefinisikan dengan p-value<0,05). Untuk analis data dilakukan pada Intensive Care Unit (ICU) vs non-ICU. Selanjutnya, kami dilakukan univariate analisis guna menyelidiki hubungan antara populasi, karakteristik dan proporsi.
Dikumpulkan dari studi infeksi , pneumonia dan infeksi saluran kemih. Korelasi Spearman,
T-Test, Mann-Whitney U Test atau 1-way ANOVA
digunakan dan nilainya p < 0,10 yang termasuk dalam analisis regresi multivariat. Untuk mengubah proporsi pneumonia dan infeksi saluran kemih menggunakan variabel yang disebar menggunakan
arc sin-square root and square root
transformations, Review Manager 5 and SPSS (version 16.0) yang digunakan untuk analisis statistik .
3. Hasil Penelitian menggunakan sample sebanyak 137.817 pasien. 8 penelitian dibatasi untuk pasien yang dirawat di
unit perawatan intensif (ICU). Ada
heterogenitas yang signifikan antara studi (P <0,001, I2 = 97%). Keseluruhan tingkat infeksi dikumpulkan adalah 30% (24-36%), tingkat pneumonia dan infeksi saluran kemih adalah 10% (95% confidence interval [CI] 9-10%) dan 10% (95% CI 9-12%). Untuk studi ICU, angka ini jauh lebih tinggi dengan 45% (95% CI 38-52%), 28% (95% CI 18-38%) dan 20% (95% CI 0-40%). Tingkat pneumonia lebih tinggi dalam studi yang secara khusus infeksi dievaluasi dan dalam studi berturut-turut. Studi termasuk pasien yang lebih tua atau lebih perempuan yang dilaporkan lebih tinggi
tingkat infeksi saluran kemih. Pneumonia secara
bermakna dikaitkan dengan kematian (rasio odds 3,62 (95% CI 2,80-4,68)
4. Kesimpulan Dari hasil penelitian meta - analisis menunjukkan infeksi tingkat pada fase akut stroke sebesar 30% . Tingkat pneumonia dan infeksi saluran kemih berdua 10 %. Karakteristik penyebab infeksi post stroke studi adalah karena faktor usia, jenis kelamin , tingkat keparahan stroke , tingkat kesadaran dan pasien yang ada di ICU . Pneumonia merupakan faktor risiko terbesar dan kematian setelah stroke . Data menekankan perlunya intervensi untuk mencegah infeksi pada pasien dengan stroke.
BAB III KESIMPULAN
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000). Hypertensi juga merupakan penyakit keturunan yang bisa diturunkan kepada keluarganya, selain itu hyypertens juga dapat disebabkan karena faktor internal seperti,keturunan dan,usia jenis kelamin dan ekternal life style. Hypertensi memeliki resiko menyebakan komplikasi pada penderitanya salah satunya yaitu kelumpuhan, oleh sebab itu sebaiknya penderita hypertensi melakukan tindakan pengobatan yang sesuai, tepat dan segera untuk menghindari komplikasi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Arif muttaqin, 2008. Asuahan keperawatan klien dengan gangguan sistem persyarafan. Jakarta:Salemba medika. Jae cheol kong, 2010. Acupuncture for functional recovery after stroke: a systematic review of sham-controlled randomized clinical trials. Korea selatan. Tallley, nicholas J.1994. pemeriksaan klinis: pedoman diagnosis fisik. Jakarta: binarupa Aksara. Wahit iqbal mubarak, 2012. Ilmu keperawatan komunitas konsep dan aplikasi edisi 2. Jakarta : Salemba medika.
Dokumentas
Dokumentasi