DEMENSIA (ICD X : F03) No. Dokumen : SOP/UKP/PO.01/021 SOP/UKP/PO.01/021
SOP
No. Revisi
: 00
Tgl. Terbit Halaman
: 1 April 2017 : 1/3 dr. I GN B. Sastrawan Dj, M.Kes Nip.197101232000121004
UPT. PUSKESMAS KUTA SELATAN
1. Pengertian
2. Tujuan 3.
Kebijakan
Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak yang bersifat kronik progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif multiple, termasuk dayaingat (memori), daya pikir, daya tangkap (komprehensi), kemampuan belajar, orientasi, kalkulasi, visuospasial, bahasa dan daya nilai. Gangguan kognitif biasanya diikuti dengan deteriorasi dalam kontrolemosi, hubungan sosial dan motivasi. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah tatalaksana demensia di Poli Umum UPT. Puskesmas Kuta Selatan 1. SK Kepala Puskesmas Kuta Selatan No. 100/76/Pusk KS/2017 tentang Standar Layanan Klinis. 2. SK Kepala Puskesmas Kuta Selatan No.100/21/Pusk KS/2017 tentang Kebijakan mutu. 3. SK Kepala Puskesmas Kuta Selatan No. 100/71/Pusk KS/2017 tentang Kewajiban tenaga klinis dalam peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien.
4. Referensi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Pertama Edisi revisi. Jakarta. 2015
5. Alat dan Bahan 6. LangkahLangkah :
Rekam Medis Pasien 1. Melakukan Anamnesis (Subjective) Keluhan Keluhan utama adalah gangguan daya ingat, mudah lupa terhadap kejadian yang baru dialami, dan kesulitan mempelajari informasi baru. Diawali dengan sering lupa terhadap kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda kecil, pada akhirnya lupa mengingat nama sendiri atau keluarga. Faktor Risiko Usia> 60 tahun (usialanjut). Riwayat keluarga. Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi, penyakit jantung), atau diabetes mellitus. 2. Melakukan Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan Penunjang (Objective) Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran sensorium baik. 2. Penurunan dayaingat yang bersifat kronik dan progresif. Gangguan fungsi otak terutama berupa gangguan fungsi memori dan bahasa, seperti afasia, aphrasia, serta adanya kemunduran fungsi kognitif eksekutif.
3. Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya gangguan neurologik atau penyakit sistemik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium dilakukan jika ada kecurigaan adanya kondisi medis yang menimbulkan dan memper berat gejala. Dapat dilakukan Mini Mental State Examination (MMSE). 3. Melakukan Penegakan diagnosis (Assessment) Diagnosis klinis Pemeriksaan dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kriteria Diagnosis 1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang 2. Tidak ada gangguan kesadaran 3. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit enam bulan Klasifikasi 1. Demensia pada penyakit Alzheimer 2. Demensia Vaskular (Demensia multiinfark) 3. Demensia pada penyakit Pick (Sapi Gila) 4. Demensia pada penyakit Creufield-Jacob 5. Demensia pada penyakit Huntington 6. Demensia pada penyakit Parkinson 7. Demensia pada penyakit HIV/AIDS 8. Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (5060%), disusul demensia vaskular (20-30%) Diagnosis Banding Delirium, Depresi, Gangguan Buatan, Skizofrenia 4. Melakukan Penatalaksanaan komprehensif (Plan) Penatalaksanaan 1. Non farmakologi a. Modifikasi faktor resiko yaitu kontrol penyakit fisik, lakukan aktifitas fisik sederhana seperti senam otak, stimulasi kognitif dengan permintaan, kuis, mengisi teka-teki silang, bermain catur. b. Modifikasi lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan aman bagi pasien. c. Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan, dan lain-lain) untuk mengoptimalkan aktivitas independen, meningkatkan fungsi, membantu adaptasi dan mengembangkan keterampilan, serta meminimalisasi kebutuhan akan bantuan. d. Ajarkan kepada keluarga agar dapat membantu mengenal barang milik pribadinya, mengenal waktu dengan menggunakan jam besar, kalender harian, dapat menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat, mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat menjawab dengan benar, bicara dengan kalimat sederhana dan jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu
2/3
gunakan isyarat atau sentuhan lembut. 2. Farmakologi a. Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti: donepzil, galantamine dan rivastigmine) atau memantine secara rutin untuk semua kasus demensia. Pertimbangkan pemberiannya hanya pada kondisi yang memungkinkan diagnosis spesifik penyakit Alzheimer ditegakkan dan tersedia dukungan serta supervisi adekuat oleh spesialis serta pemantauan efek samping oleh pelaku rawat. b. Bila pasien berperilaku agresif, dapat diberikan antipsikotik dosis rendah, seperti Haloperidol 0,5 – 1 mg/hari. 5. Melakukan Penatalaksanaan Komprehensif 6. Melakukan pencatatan data pasien pada rekam medis 7. Melakukan rujukan bila diperlukan Kriteria Rujukan 1. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaan lanjutan. 2. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan dirinya atau orang lain. 8. Hal-hal yang perlu diperhatikan 9. Unit Terkait
Perhatikan tata cara pemberian obat demensia.
10. Dokumen Terkait 11. Rekaman histori perubahan
Rekam medis manual dan elektronik
Loket, poli umum, ruang pengobatan umum, apotek
No
Yang dirubah
3/3
Isi perubahan
Tanggal mulai diberlakukan
DEMENSIA (ICD X : F03)
No. Dok : DT/UKP/PO.01/021 DAFTAR No. Revisi TILIK
Tgl. Terbit Halaman
: 00 : 1 April 2017 : 1/1 dr. I GN B. Sastrawan Dj, M.Kes Nip.197101232000121004
UPT. PUSKESMAS KUTA SELATAN
NO
PROSEDUR
PENILAIAN : YA
1
Melakukan Anamnesa
2
Melakukan Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
3
Penegakan Diagnosis
4
Melakukan Penatalaksanaan secara komprehensif
5
Memberikan Konseling dan edukasi pada pasien
6
Melakukan pencatatan pada rekam medis pasien
7
Melakukan rujukan bila diperlukan
TIDAK
TIDAK BERLAKU
Total Score
Nilai Kepatuhan :
…………………………….. %
Penilai :
(………………………)
Yang Dinilai :
(………………………….)