USULAN JUDUL
Kepada Yth Bapak Ketua Jurusan Teknik Petambangan Di,Makassar
Dengan Hormat, Dengan ini saya sampaikan kepada Bapak bahwa kiranya dengan tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan beberapa judul penelitian sebagai berikut : 1.
Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako
2.
Metode Pendesainan Disposal Pada PT INCO Tbk, Sorowako
3.
Rancangan Drainase Air Limpasan Permukaan Pada Lokasi Tambang PT INCO Tbk, Sorowako
Demikian usulan ini saya buat, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Makassar, 4 Mei 2004 Hormat Saya
EVALUASI TEKNIS KONDISI JALAN TAMBANG DI PT.PAMA KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR OLEH : IWAN ABDI 2001 31 085
Mengetahui :
Disetujui Oleh
Jurusan Teknik Pertambangan
Pembimbing Proposal
Ketua Jurusan,
Ir. Rafiuddin . MT
Andi Ilham. S. ST.MT
A. LATAR BELAKANG PT. PAMA. Adalah suatu perusahaan kontraktor yang bergerak dibidang pertambangan batubara. Lokasi kegiatan penambangan terletak di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan. Kegiatan penambangan batubara dilakukan dengan menggunakan sistem penambangan terbuka (surface mining) dengan metode open pit yaitu suatu sistem penambangan terbuka di mana arah penambangannya menuju ke titik pusat bumi atau dengan kata lain penambangan ini berada di bawah tinggi dasar air laut. Kondisi topografi di sekitar areal kerja PT. PAMA adalah berbukit-bukit yaitu dengan pegunungan meratus yang memanjang dengan ketinggian ratarata xxxx meter, dataran permukaan secara nyata memperlihatkan kondisi yang berbukit-bukit dengan tanjakan-tanjakan tinggi sehingga menyulitkan perusahaan dalam merancang dan memelihara jalan tambang. Dengan kondisi tersebut di atas, maka diperlukan adanya evaluasi mengenai jalan tambang yang ada di lokasi tersebut, karena dengan begitu masalah yang dihadapi (timbul) dapat dipecahkan. Dalam kegiatan produksi jalan tambang memegang peranan yang sangat penting, karena apabila Kondisi jalan tambang yang didesain tidak sesuai dengan sistem penambangan dan spesifikasi alat akan menghambat laju kegiatan produksi.
Kondisi jalan sangat dipengaruhi oleh tikungan,
tanjakan, turunan, atau kombinasi ketiganya.
Sesuai dengan analisis
lapangan tanjakan jalan diperbolehkan setinggi 8 % dan tikungan maksimum dengan kecepatan sedang (40 Km/jam) 60 o.
a. MAKSUD PENELITIAN Secara akademis penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi kurikulum pada Universitas Veteran Republik Indonesia Fakultas Teknik Program
Studi
menyelesaikan
Strata Studi
Satu
Strata
Teknik Satu
Pertambangan
Teknik
sebagai
Pertambangan
dan
syarat untuk
mengevaluasi kondisi jalan tambang yang ada di PT. PAMA.
b. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari diadakannya penelitian pada PT. PAMA adalah untuk mengetahui
kondisi
jalan
yang
diterapkan
sesuai
dengan
sistem
penambangan dan spesifikasi alat angkut yang digunakan serta untuk menjaga keselamatan dan keamanan, untuk memperhitungkan tingkat ekonomisnya suatu penambangan, untuk mengetahui jalur pengangkutan dan perhubungan di lokasi penambangan.
B. METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi, penulis menggunakan beberapa metode yaitu : a. Metode Literatur Dalam metode ini penulis mengumpulkan data-data dengan mempelajari berbagai literatur penyelidikan yang berkaitan dengan topik permasalahan. b. Metode Interview/Wawancara Dalam
metode
ini
penulis
mengumpulkan
data-data
dari
pembimbing lapangan dan pihak yang terkait dengan cara melakukan wawancara. c. Metode Pengamatan/observasi Dalam penulisan ini penulis mengumpulan data-data dengan cara dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan, yaitu dari hasil pengamatan dan pengukuran terhadap daerah yang direncanakan akan dibuat jalan tambang.
C. IDENTIFIKASI MASALAH Dalam mengevaluasi jalan tambang di front penambangan ada beberapa masalah yang harus diperhatikan antara lain :
Lebar jalan.
- Lebar jalan lurus - Lebar jalan pada belokan
Kemiringan jalan. - Kemiringan memanjang jalan - Kemiringan jalan melintang
Derajad kelengkungan.
Jari-jari Tikungan dan Superelevasi.
Kondisi perkerasan jalan.
Rambu-rambu jalan.
Spesifikasi alat angkut.
D.
RUMUSAN MASALAH Bagaimana mendesain jalan tambang, agar sesuai dengan spesifikasi
teknis dari alat angkut.
E.
BATASAN MASALAH Kegiatan
penambangan,
bila
dilaksanakan
tidak
tepat
dapat
menimbulkan berbagai masalah. Sebagai langkah awal dilakukan suatu usaha menganalisa masalah secara efektif dan cermat dengan berbagai Pembatasan masalah yaitu, masalah penelitian hanya dibatasi pada geometrik atau dimensi jalan tambang.
F. LANDASAN TEORI H.1
Jalan Angkut Tambang Berdasarkan jenisnya jalan terdiri dari jalan tambang, jalan utama,
jalan pengupasan, jalan pembuangan. Secara garis besar jalan angkut tambang mempunyai persyaratan hampir sama dengan jalan angkut di kota dan di desa. Perbedaan yang utama antara jalan raya dengan jalan tambang adalah pada bagian permukaan jalan road surface. Untuk jalan angkut tambang permukaannya jarang sekali ditutupi dengan aspal karena jalan angkut tersebut sifatnya tidak permanen dan akan sering dilalui oleh alat-alat berat. Fungsi utama jalan angkut tambang secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan.
Dalam merencanakan jalan angkut ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan seperti : - Geometrik jalan - Perkerasan jalan angkut - Bangunan pelengkap jalan
H.1.1
Geometrik Jalan Geometrik jalan merupakan bagian bentuk jalan yang dapat memenuhi
fungsi dasar dari jalan. Fungsi jalan adalah memberikan pelayanan yang optimum.
Dalam
merencanakan
geometrik
jalan
sedapat
mungkin
disesuaikan dengan kondisi topografi pada daerah yang akan dibuat jalan tambang sehingga jalan tambang yang akan dibuat dapat dipergunakan untuk meningkatkan target produksi yang diinginkan oleh perusahaan tanpa mengabaikan standar keselamatan yang telah ada. Dalam pembuatan geometrik
jalan
yang
perlu
diperhatikan, antara lain : A.
Lebar Jalan Lurus Lebar jalan sangat mempengaruhi operasi penambangan, sehingga
untuk menentukan lebar jalan yang paling penting adalah lebar alat angkut dan jumlah lajur yang digunakan. Untuk menentukan lebar pada jalan lurus diambil standar dengan memperhitungkan lebar dari alat angkut. Lebar jalan angkut minimum untuk jalur ganda atau lebih menurut “ AHSHO Manual Rulal High Way Design “,
pada jalan lurus di tepi kiri dan tepi kanan harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut (lihat Gambar A).
Rumus untuk menetukan lebar jalan lurus adalah : L = n . Wt + (n + 1) ( X ) X = ½ . Wt
Dimana : L = Lebar jalan angkut (meter) n = Jumlah jalur Wt = Lebar alat angkut (meter)
X
Wt
X
X = ½.Wt W
Wt
X
Gambar A. Penentuan lebar jalan pada jalan lurus B. Lebar Jalan Pada Belokan Lebar jalan pada belokan selalu lebih besar dari lebar jalan lurus. Untuk jalur ganda lebar minimum pada belokan didasarkan pada : 1. Lebar jejak roda. 1. Lebar juntai (overhand) alat angkut bagian depan dan belakang pada saat membelok. 2. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan. 3. Jarak dari kedua tepi jalan (lihat Gambar B).
Rumus yang digunakan adalah : W = n (u + Fa +Fb + Z) + C Z = (u + Fa + Fb) / 2 Dimana : W = Lebar jalan angkut pada belokan (meter) n = Jumlah jalur u = Lebar jejak roda (meter) Fa = Lebar juntai depan (meter) Fb = Lebar juntai belakang (meter) Z = Lebar bagian tepi jalan (meter) C = Jarak aman antar kendaraan (meter)
Gambar B. Penentuan Lebar Jalan Pada Jalur Tikungan
C. Kemiringan Memanjang Jalan Kemiringan memanjang jalan mempengaruhi langsung kemampuan alat angkut baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan pada umumnya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan 1 % berarti jalan itu naik atau turun 1 meter untuk tiap jarak mendatar 100 meter. Kemiringan jalan maksimum yang dilalui dengan baik oleh alat angkut berkisar antara 10 – 15 %, tetapi pada saat bermuatan aman apabila kemiringan jalan maksimum kira-kira <10 %. Kemiringan memanjang merupakan perbandingan antara beda tinggi dengan jarak datar jalan yang akan dibuat dikali dengan 100%.
D. Kemiringan Melintang Jalan Kemiringan melintang jalan dibuat untuk keperluan drainase jalan. Air yang jatuh di atas permukaan jalan akan cepat dialirkan ke saluran-saluran pembuangan. Kemiringan melintang untuk jalan yang tidak menggunakan bahan pengikat (unbound method) dibuat 3 – 5 %. Untuk menghitung kemiringan jalan digunakan persamaan : Grade
h x100% PP
Dimana : h
= Beda tinggi antara tiap patok
PP = JD = Panjang jalan di atas peta atau jarak datar G
= Persen kemiringan jalan (%)
E. Derajat Kelengkungan
Derajat kelengkungan sangat mempengaruhi jarak pandang bagi operator dan menghindari adanya kecelakaan pada kendaraan yang berpapasan. Dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : D = 1432,4 / R min Dimana : D
= Derajat Kelengkungan ( 0 )
R min = Jari – Jari Kelengkungan (meter) F. Jari–Jari Tikungan dan Superelevasi Jari–jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan kecepatan ratarata rencana alat angkut yang digunakan. Superelevasi jalan adalah kemiringan melintang pada tikungan jalan. Penentuan
kemiringan
jalan
ini
dipengaruhi
oleh
kecepatan
yang
direncanakan dan besarnya jari-jari tikungan. Rumus yang digunakan untuk menentukan superelevasi yaitu : e + fm = V2 / 127 R x 100 % Dimana : e = Superelevasi ( % ) fm = Fraktion material (-0,000625 . V + 0,19) V = Kecepatan rencana kendaraan (km/jam) R = Jari-jari tikungan (meter)
H.1.2. Perkerasan Jalan Angkut Perkerasan jalan angkut harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat yaitu : a. Secara keseluruhan harus cukup kuat menahan beban
kendaraan
dan muatan yang melaluinya. Bila tidak, maka jalan tersebut mengalami
penurunan dan
pergeseran
baik
pada
akan bagian
Perkerasan itu sendiri maupun pada tanah dasarnya sehingga akan
menyebabkan jalan menjadi bergelombang, berlubang bahkan bisa rusak berat. b. Permukaan jalan harus dapat menahan gesekan roda kendaraan, pengaruh air limpasan dan air hujan.
Bila tidak terpenuhi maka
permukaan perkerasan jalan akan mengalami kerusakan. Tujuan utama perkerasan jalan angkut adalah untuk membangun dasar jalan yang mampu menahan beban pada poros roda yang diteruskan melalui lapisan pondasi sehingga tidak melampaui daya dukung tanah dasar (sub-grade). Perkerasan jalan angkut dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : -
Kepadatan lalu-lintas kendaraan
-
Sifat fisik dan mekanis bahan yang digunakan
-
Daya dukung tanah dasar Lebar perkerasan jalan pada umumnya ditentukan oleh lebar jalur
lalu lintas normal. Lebar jalan lalu lintas normal adalah 3,50 m. Persamaan yang digunakan dalam menentukan tebal perkerasan pada jalan angkut adalah :
h 20
Po(1 0,7 log no) CBR
no = U x β x δ x n
Dimana : Po = tekanan ganda atau tunggal standar (dalam ton) h
= tebal perkerasan (cm)
no = lalu lintas ekuivalen yang diperhitungan n = lalu lintas ekuivalen yang direncanakan U = umur (tahun) β = faktor keadaan drainase δ = faktor curah hujan Perkerasan jalan angkut yang direncanakan meliputi dua bagian, yaitu bagian permukaan jalan (road surface) dan bagian dasar (sub- grade). Bagian permukaan material perkerasan adalah sirtu (pasir batu) dengan ketebalan sekitar 25-30 cm.
Bagian dasar atau tanah dasar adalah
permukaan tanah asli yang merupakan perletakan bagian permukaan jalan. 1. Kemampuan Tanah Dasar Jenis tanah dasar pada lokasi yang direncanakan adalah tanah liat. Kelemahan-kelemahan jenis tanah ini : -
Mengalami deformasi permanen akibat rendahnya daya dukung tanah terhadap beban ban alat angkut yang melampaui daya dukungnya.
-
Mengembang atau swelling akibat perubahan kadar air.
2. Perkerasan Tambahan Perkerasan tambahan dilakukan pada saat kondisi jalan mengalami kerusakan. Pada lokasi pengamatan kondisi jalan terkadang bergelombang dan berlumpur, pada saat jalan basah permukaan jalan kasar. Pada keadaan jalan demikian, maka dilakukan perkerasan tambahan dengan membuang dan menambahkan material perkerasan.
H.1.3 Bangunan Pelengkap Jalan 2. Rambu -Rambu Jalan Rambu -rambu jalan perlu dipasang untuk lebih menjamin keamanan sehubungan dengan dioperasikannya suatu jalan. Rambu jalan yang perlu dipasang adalah : Rambu-rambu lalu lintas seperti tanda tikungan, tanda hati-hati
dan
tanda kurangi kecepatan.
- Guide Post (patok pengarah) - Guard rail (rel pengaman)
3. Lampu Penerangan Lampu penerangan perlu dipasang karena aktifitas penambangan juga berlangsung pada malam hari. Pemasangan lampu ini didasarkan pada jarak dan tingkat bahayanya. Lampu-lampu tersebut terutarna dipasang pada belokan jalan, turunan jalan, jembatan dan perempatan jalan atau pertigaan.
I. Peralatan Dan Fasilitas Penelitian Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penelitian kiranya dapat disediakan oleh perusahaan yang bersangkutan.
J.
Rencana Jadwal Penelitian
No
KEGIATAN 1
1 2 3 4 5 6 7 8
2
AGUSTUS – OKTOBER 2004 MINGGU KE : 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Orientasi Lapangan Studi Pustaka Pengumpulan Data Pengolahan Data Penyusunan Laporan Konsultasi Laporan Presentasi Laporan Persiapan Kembali a.
Rencana Daftar Isi (Lampiran A)
b.
Rencana Daftar Pustaka (Lampiran B)
Lampiran A RENCANA DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBARAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I
PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7
BAB II
Latar Belakang Maksud Penelitian Tujuan Penelitian Metode penulisan Identifikasi Masalah Rumusan Masalah Batasan masalah
TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah 2.2 Iklim Dan Curah Hujan 2.3 Keadaan Geologi 2.3.1 Geologi Regional 2.3.2 Geologi Daerah 2.4 Cadangan Terukur Dan kualitas Batubara 2.4.1 Cadangan Batubara 2.4.2 Kualitas Batubara 2.5 Sistem Penambangan
BAB III
2.6 Jenis Alat Dan Peralatan Mekanis Yang Digunakan LANDASAN TEORI 3.1 Jalan Angkut Tambang 3.1.1 Geometrik Jalan 3.1.2 Perkerasan Jalan Angkut 3.1.3 Bangunan Pelengkap Jalan 3.2 Perawatan Jalan Angkut
BAB IV
PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Prosedur Penelitian 4.1.1 Pengumpulan Data Kualitatif 4.1.2 Pengumpulan Data Kuantitatif 4.2 Geometrik Jalan 4.3 Perkerasan Jalan
BAB V
PEMBAHASAN 5.1 Geometrik Jalan 5.1.1 Lebar Jalan 5.1.2 Kemiringan Jalan 5.1.3 Derajad Kelengkungan 5.1.4 Jari-jari Tikungan dan Superelevasi 5.1.5 Band Wall 5.2 Lapisan Perkerasan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lampiran B RENCANA DAFTAR PUSTAKA
1. 2.
Arif ir wandi, (1988) Dasar-Dasar Perencanaan dan Perancangan Tambang, Pusat Pengembargan Tenaga Perambangan, Bandung. Balkema, A.A, (1995) Rotterdam.
Open Pit Mine
Planning & Design,
3. Furqon, (1997) Statistik Terapan Untuk Penelitian, Afabet Bandung Cetakan Pertama. 4. Katili, J. A, Geologi. Guru Besar Institut Teknotogi Bandung, ITS, Bandung. 5. Prajasumarto Partanto, (1993) Jalan Angkut Tambang, Direktorat Jendral Pertambangan Umum Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan, Bandung. 6. Pajasumarto Partanto, (1993) Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung. 7. Sukirman Silvia, (1999) Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Penerbit Nova, Bandung. 8.
Untung Soedarsono Djoko, (1979) Konstruksi Penerbit Badan Pekerja Umum Jak-Sel.
Jalan
Raya,