TELAAH PROSA
The Old Man An The Sea - Ernest Hemingway Hemingway
Disusun oleh:
A. M. Bayu Al-Ghazali. S. M F211 04 059
Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Ilmu Budaya Universita Universitass Hasanudd Hasanuddin in 2007
Realisme, Naturalisme, dan Hemingway Bagi Hemingway dan penulis Amerika lainnya dari awal abad ke-20, realisme bukan hanya suatu teknik dalam penulisan sastra melainkan cara untuk menyuarakan kebenaran. Walaupun prosa Amerika pada saat di antara perang mengadakan percobaan dengan sudut pandang dan bentuk, secara keseluruhan orang Amerika menulis dengan lebih realistis daripada orang Eropa. Novelis Ernest Hemingway menulis tentang perang, perburuan, dan kegiatan maskulin lainnya dalam gaya yang “telanjang” dan biasa saja. Pentingnya menghadapi kenyataan menjadi tema dominan di dasawarsa 1920-an dan 1930-an: penulis seperti F. Scot Fitzgerald yang kemudian banyak mempengaruhi cara penulisan Hemingway, berulang kali menggambarkan tragedi yang menunggu orang-orang yang hidup dalam mimpi. Ernest Hemingway yang memiliki pengalaman tentang Perang Dunia, pada dasarnya seorang jurnalis yang juga penulis fiksi, Hemingway melihat kehidupan pada yang termentah, di tempat-tempat kumuh di medan perang. Cerita pendeknya, ”A Farewell to Arms” mewakili bentuk sastra tersebut. Novel yang dibuatnya pada saat Perang Sipil Spanyol, For Whom the Bell Tolls, menjadi salah satu novelnya yang terbaik. Di tahun 1952, Hemingway kembali
diakui kehebatannya lewat sebuah novelnya yang mengagumkan, The Old Man and The Sea , novel puitis tentang seoarang nelayan tua miskin yang secara heroik menagkap ikan yang sangat besar. Dalam karyanya ini, Hemingway menegaskan posisinya sebagai penulis naturalis yang mapan.Karya Hemingway, A Farewell to Arms (1929) adalah salah satu yang terbaik, sebagai cerita pendek Amerika yang naturalistik. Cerita tentang seorang perawat Inggris yang jatuh cinta kepada tentara Amerika, dimana wanita yang menjadi tokoh utama dalam cerita tersebut meninggal saat melahirkan. Subyek keduniawian milik Hemingway, obyektifitas, serta caranya yang tak menggurui, menandakan cerita tersebut sebagai sebuah karya naturalis. Baik realisme ataupun naturalisme, kedua-duanya menampilkan sesuatu sebagaimana adanya tetapi lebih didominasi oleh sifat kebenaran fisik dari alam, menampilkan pandangan objektif tentang manusia secara teliti dan jujur, baik atau buruk. Hemingway dalam karyakaryanya dengan berani telah mengungkapkan sisi bawah lingkungan masyarakat, perang, dan kemiskinan. Dengan kata lain, Hemingway dengan gamblang menceritakan masalahmasalah sosial dan menggambarkan manusia sebagai korban yang tak berdaya dari kekuatan sosial dan ekonomi yang lebih besar. Sebuah gambaran kerusakan kekuatan ekonomi dan pengasingan terhadap individu yang lemah.
Kooperasi vs Individualisme Benjamin Franklin dan Ralph Waldo Emerson adalah dua penulis besar Amerika kooperasi milik Franklin yang tergambarkan dalam Autobiography dan individualisme milik Emerson dalam Self-Reliance, telah banyak mempengaruhi penulis setelahnya. Kedua ide tersebut mer upakan sebuah nilai penting dalam sejarah masyarakat Amerika, dan
yang
nantinya menjadi inspirasi pada beberapa tulisan oleh penulis Amerika. Dua ide yang selalu berada dalam bingkai diskusi masyarakat Amerika, diantaranya adalah ide atau doktrin kooperasi yang terkadang terlihat dalam sebuah konflik, atau terlihat sebagai pelengkap dari ide individualisme, yang juga salah satu nilai penting dalam masyarakat Amerika. Keduanya dinilai dapat menjadi semacam pertahanan, meskipun beberapa kritikus cenderung berpihak pada salah satunya. Bahkan lebih jauh lagi, kedua ide tersebut dapat menjadi penanda karakter dari mas yarakat atau sebuah pemerintahan baru
yang mungkin akan muncul di
Negara Amerika. Hal inilah yang menjadi dasar untuk menganalisa novel Hemingway, The Old Man and The Sea , apakah kedua atau salah satu doktrin di atas terdapat dalam novel
Hemingway tersebut Namun, sebelum kita mendiskusikan apakah kedua ide diatas terdapat atau tidak dalam novel The Old Man and The Sea karya Hemingway, sebaiknya terlebih dahulu kita mengutarakan defenisi dari kedua ide tersebut, yang tentu saja berdasarkan karya Franklin dan Emerson. Dalam arti yang umum, kooperasi adalah suatu tindakan yang dihasilkan dari sebuah kerjasama untuk saling berbagi tujuan, atau keinginan untuk bekerjasama. Dapat dilihat bahwa Franklin sepenuhnya percaya akan ide ini. Ia percaya bahwa untuk memenuhi suatu kebutuhan dalam masayarakat, kita harus mendapatkannya dari orang lain. Idenya tentang kooperasi berasal dari kepercayaannya bahwa menjadi baik secara individual adalah dengan menjadi baik dalam masyarakat. Ide individualisme sendiri menurut Emerson dalam essainya, Self-Reliance, adalah suatu hubungan manusia itu sendiri dengan alam semesta. Ide ini pula sesuai dengan apa yang Emerson katakan dalam essainya, “ siapapun yang ingin menjadi laki-laki, sebaiknya tidak menjadi konformis. ” Disamping itu, Emerson percaya bahwa konformis membuat kita
salah dalam segala hal, seperti yang ia katakan, “konformisi kalian tidak menjelaskan apapun” (128). Mengenai opini dari masyarakat, Emerson mengatakan:
“setiap kebenaran yang ada pada mereka bukanlah kebenaran yang sebenarnya. Mereka dua namun bukan
dua yang sebenarnya, mereka empat namun bukan empat yang sebenarnya; maka setiap kata yang mereka ucapkan menghina kita dan kita mengetahui tidak dimanapun untuk mulai membuat mereka benar (125126)”
Selain ide-ide individualis milik Emerson yang telah disebutkan di atas, Emerson kembali mempertegasnya dengan mengatakan, “ untuk mengetahui bahwa kebenaran yang ada dalam hatimu adalah kebenaran untuk setiap orang_adalah jenius ” (120).
Dari
pernyataan-pernyataan Emerson yang ia tuangkan dalam essainya, Self-
Reliance, semuanya menjadi karakterisasi dari individualisme.
Kooperasi, Individualisme, dan
The Old Man and The Sea
Dalam karya Hemingway, khususnya dalam novel The Old Man and The Sea , novel heroik yang puitis mengenai seorang nelayan tua, miskin yang menangkap ikan yang sangat besar. Pada Karya yang dapat dianggap sebagai karya naturalis-realis, adalah ide kooperasi yang bisa dikatakan mendapatkan tempat yang cukup signifikan. Baik individualisme maupun kooperasi, keduanya bisa diidentifikasi dalam sebuah karya sastra dengan melihat perilaku tokoh dan percakapan yang dilakukan oleh tokoh. Dalam Novel The Old Man and The Sea, jika dilihat sekilas, akan muncul di pikiran kita bahwa unsur individualismenya sangat ditonjolkan. Keputusan untuk mengatakan hal demikian terlihat dari Santiago yang memilih melaut sendiri walaupun dia hidup di tengah masyarakat nelayan yang kompleks. Namun apabila ditelusuri lebih jauh, akan muncul adegan-adegan yang akan menarik kita pada pendapat bahwa sebenarnya nuansa kooperasi dalam novel tersebut sangat kental. Ternyata keputusan Santiago untuk melaut sendiri muncul karena ia ingin membuktikan kepada masyarakat sekitar bahwa walaupun telah berumur tua, ia masih mampu melaut seperti ketika ia masih muda. Jadi ia ingin memperlihatkan eksistensinya di tengah masyarakat agar ia diakui dan tidak dicemooh. Bukankah dengan demikian Santiago menganggap bahwa dia masih membutuhkan masyarakat sekelilingnya. Dia bahkan sempat mengajari Manolin, seorang anak yang setia menemani Santiago, bagaimana cara melaut agar Manolin kelak bisa menjadi pelaut yang handal. Lebih jauh lagi kita bisa melihat bagaimana Santiago masih membutuhkan bantuan seseorang ketika tidak bisa melakukan pekerjaannya sendirian.
“I wish the boy were here and that I want some salt,” she said aloud. (41)
Dengan keluarnya kata-kata seperti secara tidak langsung dia menyadari kekurangan dirinya dan pastinya membutuhkan orang lain. Pada versi bahasa Indonesianya yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono, terdapat ka limat-kalimat seperti:
Anak
itu
merasa
kasihan
setiap
kali
menyaksikan si lelaki tiba dari laut setiap hari dengan
perahu
kosong
dan
iapun
selalu
membawakan gulungan tali atau kait besar dan kait kecil dan layar yang sudah tergulung diatas perahu (5).
Bisa disimpulkan, jika anak itu tidak punya rasa kasihan dan keinginan untuk bekerja sama, ia tidak akan membantu lelaki tua itu. Pada halaman lain juga terdapat perkataan Santiago yang menggambarkan ide kooperasi; Ia berkata keras- keras, “Seandainya anak laki-laki itu disini sekarang” (39), dan
“S eandainya anak itu bersamaku kini. Sendainya ada garam. ” Katanya keraskeras” (42).
Kalimat-kalimat itu sudah cukup menjadi sedikit contoh dari keinginan tokoh yang bernama Santiago. Ia menyadari keterbatasan fisiknya. Untuk itu ia selalu berharap Manolin saat itu ada bersamanya untk membantunya menangkap ikan besar tersebut. Lalu terdapat fragmen-fragmen adegan yang menggambarkan Santiago sedang berbicara seorang diri. Hal itu menandakan bahwa dalam kesepiannya, seseorang selalu membutuhkan bantuan orang lain, sekecil apapun itu. Manusia selalu membutuhkan teman untuk berbagi, teman untuk bicara. Karena tak ada orang yang bersamanya, akhirnya ia bicara pada ikan, pada burung, pada Tuhan dan pada dirinya sendiri.
ERNEST HEMINGWAY (1898-1961)
Biografi Adalah perang dan perhatiannya terhadap kondisi kelanjutan umat manusia yang banyak mempengaruhi karya-karyanya. Pera pembaca sendiri dimasa Perang Dunia ke-2 dan tidak lama setelahnya tetap menemukan inspirasi dalam sebuah simbol ritual yang didedikasikan untuk suatu usaha bertahan hidup ditengah-tengah kekacauan. Hemingway sendiri biasa menciptakan sebuah revolusi dalam bahasa yang banyak mempengaruhi narasi dan dialog dari dua generasi novelis. Selama 20 tahun terakhir hidupnya hanya sedikit yang ia hasilkan. Ia lebih banyak menjalani hidup sebagai petualang, pemburu, dan jurnalis. Bahkan terkadang ia terlihat menyerupai salah satu tokoh hasil ciptaannya. Pada tahun 1952, ia menemukan kembali “jalan hidupnya” melalui The Old Man and The Sea . Sebuah novel pendek yang mendekati kesempurnaan, yang meraih penghargaan Pulitzer pada tahun 1953 dan Nobel pada tahun 1954. Lahir di Oak Park, dekat Chicago, pada 21 Juli 1898, Ernest Miller Hemingway adalah anak seorang dokter bernama Clarence Hemingway yang sering membawanya kedalam “ritual” berburu dan memancing di hutan dekat Michigan, dan juga mengajarinya bertinju dan sepak bola. Pada September 1913, ia masuk sekolah menengah atas di River Forest dan lulus pada Juni 1917. Ia berbakat di bidang akademik dan atletik. Ia bertinju, bermain bola, dan menunjukkan bakatnya di kelas bahasa Inggris. Pengalaman menulisnya yang pertama adalah menulis untuk "Trapeze" dan "Tabula" (Koran sekolah dan majalah sastra) di tahun pertama, lalu menjadi editor saat ia menjadi senior. Kadang ia menulis dengan nama pena Lardner, Jr., sebagai wujud kekagumannya kepada Ring Lardner. Lulus dari sekolah menengah atas, Hemingway memutuskan menjadi wartawan untuk surat kabar Kansas City Star pada tahun 1917. Meskipun ia bekerja di Koran itu hanya selama enam b ulan (17 Oktober 1917-30 April 1918), disepanjang hidupnya ia menggunakan pedoman yang didapatkannya dari koran itu sebagai dasar gaya penulisannya. Menggunakan kalimat-kalimat pendek. Menggunakan paragrap pertama yang pendek. Me nggunakan bahasa yang bersemangat. Positif, bukan negatif. Ditahun yang sama, Hemingway juga menjadi sukarelawan perang pada unit ambulans Amerika di Prancis, serta menjadi sukarelawan infantri di barisan depan pasukan Italia untuk tugas perang. Pada 8 Juli 1918, dalam tugas
tersebut, Hemingway menderita luka serius yang hampir merenggut nyawanya. Namun atas keberaniannya, ia mendapatkan tanda jasa
The Silver Medal of Military Valor (medaglia
d'argento) dari pemerintah Italia.
Tahun 1920-1921, ia tinggal di sebelah utara Chicago dan kembali bekerja untuk sebuah surat kabar kecil. 1921, ia menikahi Hadley Richardson. Atas saran Sherwood Anderson, mereka kemudian tinggal di Paris. Lalu ia pergi meliput perang Graeco-Turki untuk Kansas City Star . Setelah ia kembali ke Paris, Anderson merujuknya kepada Gertrude Stein, yang kemudian menjadi mentornya dan memperkenalkannya pada "Gerakan Modern Paris". Inilah yang menjadi awal komunitas ekspatriat Amerika yang dikenal sebagai "Generasi Yang Hilang", dipopulerkan oleh Hemingway pada inskripsi novelnya, The Sun Also Rises, dan memoirnya, A Moveable Feast . Dua novel perang dan dua buku dengan topik
unik yang menarik yang dibawa Hemingway ke akhir pemenuhan terbesarnya pada tahun 1940. Setelah perang, Paris dipenuhi oleh artis-artis muda. Pembentukan intelektual dan pemenuhan artistik merupakan pengekspresian yang sama terhadap kekalahan spiritual yang dicari oleh para ekspatriat selama pelarian. Dalam novel pertamanya, Fiesta: The Sun Also Rises (1926), yang dikomentari ole h Gertrude Stein, “kalian adalah generasi yang hilang”,
merupakan sebuah inskripsi, atau seperti karakter Lady Brett dan Jake Barnes, jurnalis tanpa arah karena luka perang yang diekspresikan dalam bentuk lain pada puisi karya Eliot, The Waste Land (1922).
Pada April 1925, dua minggu setelah penerbitan The Great Gatsby , Hemingway bertemu dengan F. Scott Fitzgerald. Mereka adalah teman baik, sering berdiskusi bersamasama. Mereka sering bertukar karya, dan Fitzgerald melakukan banyak hal untuk mendongkrak karir Hemingway. Hemingway menceraikan Hadley Richardson pada 1927 dan menikahi Pauline Pfeiffer, seorang wartawan fashion. Tahun itu diterbitkan Men Without Women, sebuah kumpulan cerita pendek, yang memuat "The Killers", salah satu cerpennya
yang terkenal. Tahun 1928, ayah Hemingway, menderita diabetes dan masalah keuangan, yang menyebabkannya bunuh diri dengan pistol. Hal itu sangat melukai Hemingway, digambarkannya pada kejadian bunuh diri ayah Robert Jordan dalam novel For Whom the Bell Tolls. Di saat yang sama, Harry Crosby, pendiri penerbitan Black Sun Press dan seorang
temannya di Paris juga bunuh diri.
Dua novel perang dan dua buku dengan topik unik yang menarik yang dibawa Hemingway ke akhir pemenuhan terbesarnya pada tahun 1940. A Farewell to Arms (1929), novel yang didasarkan selama ia menjadi “ Italian Service”, adalah novel perang yang berbeda dengan novel perang lainnya, meskipun didalamnya terdapat persamaan emosional dan bahasa. Dalam novel ini, Hemingway menolak tragedi klasik yang mengalahkan para pencinta. Di novel terbaiknya yang lain, For Whom the Bell Tolls (1940), kembali kita menemukan kisah percintaan, kehilangan, sesuatu yang telah menjadi ketentuan alam. Tahun 1932, Hemingway menulis sebuah novel tentang Spanyol dan adu banteng dalam Death in the Afternoon yang juga terdapat pada novel pertamanya, Fiesta: The Sun Also Rises . Disini,
ia memberikan interpretasi mengenai adu banteng seba gai suatu cobaan dan ritual. Salah satu kalimat yang paling terkenal dalam novel ini adalah: “sangatlah bermoral bagiku karena aku merasakan sangat sehat ketika aku merasakan hidup, mati, dan akan mati”. Di dalam The Green Hills of Africa (1935), Hemingway menegaskan pernyataannya; “menulis sebaik yang saya bisa dan belajar sejauh saya mampu. Pada saat yang sama saya memiliki kehidu panku yang mana sebuah kehidupan baik yang terkutuk”. Dalam novelnya yang lain, ia juga menegaskan keyakinannya; “aku mencoba belajar unt uk menulis, memulainya dengan hal-hal sederhana, dan salah satu hal-hal yang paling sederhana dan mendasar adalah kematian”. Kematian menjadi tema fiksinya, batas ekstrim dari pengalaman dan ujian terakhir dari siksaan sejati. Kematian tampak dalam tulisannya dalam bentuk yang berat, atau menganggap sebagai “keberuntungan yang buruk”, atau simbol
yang
terproyeksikan sebagai perusakan atau kemandulan pada Jake Barnes, Nick Adams, dan tokoh-tokoh protagonis dalam novel To Have and Have Not (1937) dan Across the River and Into The Trees (1950), dua novelnya yang dia anggap mengalami “kegagalan”.
Hemingway meninggalkan pertaniannya di Kuba pada bulan November, 1960, untuk “rumah terakhir” yang baru disebuah daerah terpencil dekat Ketchum, Idaho. Selama delapan bulan berikutnya, ia menderita dua penyakit parah yang membuatnya masuk rumah sakit. Pada pagi hari tanggal 2 Juli 1961, berdiri disamping rak senjatanya yang ia sukai di rumahnya, Hemingway meninggal dengan luka tembak di kepala yang disebabkan oleh p istol kesukaannya, yang berada di tangannya. Hemingway melakukan bunuh diri pada musim semi tahun itu. Sama halnya dengan Fitzgerald, Hemingway menjadi juru bicara bagi generasinya. Namun, bukannya melukiskan keglamoran seperti Fitzgerald, yang tak pernah bertempur di Perang Dunia I, Hemingway menulis tentang perang, kematian, dan “generasi yang hilang” dari orang-orang yang selamat namun sinis. Karakter-karakternya bukanlah para pemimpi,
melainkan petarung, tentara, bahkan atlet. Jika seorang intelektual, mereka adalah orang yang sangat terluka dan kecewa. Hemingway adalah seorang novelis, cerpenis, dan jurnalis yang sangat mempengaruhi penulis-penulis Amerika pada masanya. Banyak dari hasil karyanya yang telah dinobatkan sebagai sastra klasik Amerika dan beberapa telah diadaptasi dalam film layar lebar. Adapun karya-karya Ernest Hemingway yang diketahui:
Novel (1926) The Torrents of Spring (1926) Fiesta: The Sun Also Rises (1929) A Farewell to Arms (1937) To Have and Have Not (1940) For Whom the Bell Tolls (1950) Across the River and Into the Trees (1952) The Old Man and the Sea (1970) Islands in the Stream (1986) The Garden of Eden (1999) True at First Light (2005) Under Kilimanjaro
Essai dan Cerita pendek (1923) Three Stories and Ten Poems (1925) In Our Time (1927) Men Without Women (1933) Winner Take Nothing (1936) The Snows of Kilimanjaro (1938) The Fifth Column and the First Forty-Nine Stories (1969) The Fifth Column and Four Stories of the Spanish Civil War (1972) The Nick Adams St ories (1987) The Complete Short Stories of Ernest Hemingway (1995) Everyman's Library: The Collected Stories
Nonfiksi (1932) Death in the Afternoon (1935) Green Hills of Af rica (1962) Hemingway, The Wild Years (1964) A Moveable Feast (1967) By-Line: Ernest Hemingway (1970) Ernest Hemingway: Cub Reporter (1981) Ernest Hemingway Selected Letters (1985) The Dangerous Summer (1985) Dateline: Toronto
Bibliografi
Arafah, Burhanuddin. 2005. Cooperation versus Individualism in American Literature . Gora Pustaka Indonesia: Sungguminasa. Hemingway, Ernest. 1973. Lelaki Tua dan Laut . Yayasan Jaya Raya: Jakarta. Bradley, Sculley (ed.). 1962. American Tradition in Literature volume 2. W.W. Norton and Company, Inc.:New York. VanLuxemburg, Jan. 1992. Pengantar Ilmu Sastra . Gra media P ustaka: Jakarta. VanSpenckeren, Kathryn. ------. Garis Besar Kesusasteraan Amerika . United States Department of State. -- -----