Induksi Persalinan dengan Oksitosin
Oksitosin merupakan hormon polipeptida yang disekresikan oleh pituitary posterior yang berperan pada persalinan dan ejeksi ASI. Tujuan dari induksi atau augmentasi adalah untuk mempengaruhi aktivitas uterus sehingga mampu menghasilkan kontraksi yang adekuat untuk membuka serviks dan mendorong janin untuk turun (descent). Yang digunakan adalah oksitosisn sintesis. Dalam persalinan, ada dua kegunaan dari oksitosin (Saifuddin, 2010), menginduksi stimulasi kontraksi, sebelum onset persalinan spontan dimulai. augmentasi utuk menstimulasi kotraksi spontan yang tidak adekuat karena kegagalan progresivitas dilatasi serviks dan penurunan janin. Selama Penggunaan oksitosin denyut jantung janin harus dipantau pada kehamilan yang beresiko dengan palpasi atau merekam aktifitas listrik uterus (Saifuddin, 2010).
Farmakokinetika Oksitosin dapat diberikan secara intramuskular. Dimana dalam distribusinya adalah tidak terikat pada protein plasma. Di eliminasi oleh hati dan ginjal. Waktu paruh oksitosin hanya 5 menit sehingga dengan menghentikan pemberiannya akan segera menurunkan kadarnya dalam plasma dan efeknya terhadap kontraksi uterus turun dengan cepat pula (Saifuddin, 2010).
Farmakodinamika Bekerja melalui reseptor protein G dan fosfoinositol kalsium dan sistem second messenger untuk mengkontraksikan otot polos uterus. Selain itu juga menstimulasi prostaglandin dan leuketrien untuk augmentasi kontraksi uterus. Efek dari oksitosin adalah terhadap frekuensi dan kekuatan kontraksi uterus. Efek lainnya didapat pada mioepitel payudara. Penggunaan lainnya adalah untuk mengontrol perdarah uterus karena efek kontraksinya tersebut akan menjepit pembuluh darah di uterus (Saifuddin, 2010).
Indikasi (Saifuddin, 2010) : 1. persalinan per vaginam segera misalnya pada inkompatibilitas Rhesus, diabetes mellitus maternal, preeklampsia atau ketuban pecah dini. 2. gangguan lama persalinan seperti persalinan lama dan arrest disorder.
Kontraindikasi (Saifuddin, 2010) : 1. fetal distress 2. presentasi janin abnormal 3. CPD 4. predisposisi lain terhadap terjadinya ruptur uterus.
Oksitosin drip Kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosinon. Pemberiannya dapat diberikan secara intramuskular, intravena dan infus tetes dan secara bukal. Yang paling baik dan aman adalah pemberian infus tetes (drip) karena dapat di atur dan diawasi cara kerjanya (Saifuddin, 2010). Cara Pemberian (Saifuddin, 2010) 1. Kandung kemih dan rektum terlebih dahulu dikosongkan 2. Ke dalam 500 cc dekstrosa 5% dimasukkan 5 satuan oksitosin dan diberikan perinfus dengan kecepatan pertama 10 tetes per menit. 3. Kecepatan dapat dinaikkan 5 tetes setiap 15 menit sampai tetes maksimal 4-60 per menit 4. oksitosin drip akan lebih berhasil bila nilai pelvik di atas 5 dan dilakukan amniotomi.
Dosis Oksitosin Untuk Stimulasi Persalinan Regimen
Low-dose
Starting dose
Peningkatan
Interval dosis
(mU/menit)
(mU/menit)
(menit)
0, 5-1
1
30-40
1-2 High-dose
15
~6
~6
15
6
6, 3, 1
20-40
Bahaya Dari Pemberian Oksitosin, antara lain (Saifuddin, 2010) : 1. Oksitosin memiliki efek antidiuretik yang dapat menyebabkan terjadi retensi cairan berlebih atau intoksikasi cairan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia, koma, konvulsi, gagal jantung, seizure hingga kematian 2. Menyebabkan kontraktilitas berlebih pada uterus, walaupun kasusnya jarang. Efek ini dapat menyebabkan gangguan uteroplasenta sehingga menyebabkan distres fetus, abruptio plasenta hingga ruptur uteri. 3. Pada neonatus akan meningkatkan resiko hiperbilirubinemia.
Oksitosin dihentikan bila jumlah kontraksi tetap >5x dalam periode 10 menit atau >15x dalam periode 15 menit atau didapat persisten nonreassuring fetal heart rate pattern (Saifuddin, 2010).
Saifuddin, Abdul Bari, 2010, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.