ANALISIS KINERJA PERKERASAN SEMI LENTUR DENGAN ASPAL MODIFIKASI ASBUTON DAN TAFPACK-SUPER Komang Wira Jaya1
Abstract The semi flexible pavement is a type of pavement with opened gradation based on porous asphalt, where the continuous pore in the mix composition is filled by mortar cement. The use of mortar cement can help performing a composite pavement which combines the strength of asphalt and cement as a bond material. The objective of using this composition is to increase the strength of asphalt from permanent deformation, cracks both in the wet condition and the temperature increment. In this research, Asbuton modification asphalt (15% & 20%) and Tafpack-Super modification asphalt (5% & 10%). The evaluation of the pavement performance was conducted by compression strength test, split tension test and Marshall stability test with temperature variation during test were 60 oC, 70oC and 80 oC. Based on the research, the compression strength resulted 2 2 from the compression strength test were fc = 15,80 kg/cm for A0; fc = 21,10 kg/cm for A15; fc = 2 2 2 21,90 kg/cm for A20; fc = 16,10 kg/cm for T5 and fc = 16,20 kg/cm for T10; while results of split tension test were ftr = 1,16 kg/cm2 for A0; ftr = 2,42 kg/cm 2 for A15; ftr = 1,83 kg/cm 2 for A20; ftr = 1,78 kg/cm2 for T5 and ftr = 1,62 kg/cm2 for T10. From the durability of mix composition point of view in Marshall stability test at temperature of 70 oC and 80 oC, the results showed that the Residual strength Index for Asbuton modification asphalt were more than 80% while for Tafpack-Super modification asphalt is less than 80% with a significant reduction in Marshall stability graph. From the various test results which have been done in this research, it can be concluded that the Asbuton modification asphalt (15% & 20%) has a better performance compared to Tafpack-Super modification asphalt (5% & 10%). Generally, the performance of semi flexible pavement tested in this research are ar e still unsatisfied and only meet the specification of Marshall stability for medium traffic load in the range of 550 kg up to 800 kg, while the Marshall stability required for high traffic load are 800 kg to 1.800 kg. : semi flexible, Asbuton, Tafpack-Super. Keywords :
Abstrak Perkerasan semi lentur adalah jenis perkerasan bergradasi terbuka berbasis aspal porus, dimana rongga menerus dalam campuran diisi dengan mortar semen. Pengisian mortar semen ini dapat membentuk perkerasan komposit yang memadukan kekuatan aspal dan semen sebagai bahan pengikat. Diharapkan perkerasan jenis ini lebih tahan terhadap deformasi permanen dan retakretak pada kondisi basah maupun peningkatan suhu. Pada penelitian ini dipergunakan aspal modifikasi Asbuton (15% & 20%) dan Tafpack-Super (5% (5% & 10%). Evaluasi kinerja perkerasan ini dilakukan dengan uji tekan, uji tarik belah dan uji stabilitas Marshall dengan variasi suhu pengujian 60 oC; 70 oC dan 80 oC. Penelitian ini memperoleh hasil uji kuat tekan fc = 15,80 kg/cm 2 (A0); 21,10 kg/cm2 (A15); 21,90 kg/cm2 (A20); 16,10 kg/cm 2 (T5) dan 16,20 kg/cm 2 (T10); sedangkan hasil uji kuat tarik belah diperoleh hasil ftr = 1,16 kg/cm 2 (A0); 2,42 kg/cm 2 (A15); 2 2 2 1,83 kg/cm (A20); 1,78 kg/cm (T5) dan 1,62 kg/cm (T10). Ditinjau dari durabilitas campuran terhadap stabilitas Marshall, diperoleh hasil Indek Kekuatan Sisa (IKS) pada suhu pengujian 70 oC dan 80oC untuk aspal modifikasi Asbuton adalah di atas 80%, sedangkan aspal modifikasi Tafpack-Super kurang dari 80%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perkerasan semi lentur dengan aspal modifikasi Asbuton (15% & 20%) menunjukan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan aspal modifikasi Tafpack-Super (5% & 10%). Secara umum kinerja perkerasan semi lentur yang diuji dalam penelitian ini belum menunjukan hasil yang memuaskan karena hanya memenuhi spesifikasi stabilitas Marshall untuk lalu-lintas sedang yaitu 550 kg hingga 800 kg, padahal diharapkan jenis perkerasan ini dapat memikul lalu-lintas berat dengan stabilitas Marshall stabilitas Marshall mencapai mencapai 800 kg sampai dengan 1.800 kg. Kata kunci : perkerasan semi lentur, Asbuton, Tafpack-Super . 1
Direktur CV. Widya Wahana Perumahan Karunia Indah Blok G. No. 1 Sukabumi Sukabumi Bandar Lampung Email :
[email protected]
Jurnal Rekayasa, Vol 16, No. 2, Agustus 2012
1.
PENDAHULUAN
Pelayanan umum di bidang transportasi terutama transportasi darat di Indonesia saat ini masih jauh dari memuaskan. Hal ini terlihat dari kondisi jalan yang hampir diseluruh pelosok tanah air kondisinya sangat memprihatinkan khususnya jalan arteri nasional yaitu jalan Lintas Sumatera, Lintas Pantura, Lintas Kalimantan, Lintas Sulawesi dan lain-lain, kondisi fisik rusak ringan sampai berat sehingga menyebabkan arus lalu-lintas tidak lancar (Aly, 2007). Fokus penanganan jaringan jalan untuk saat ini adalah struktur perkerasan jalan, dimana hasil pengamatan kinerja perkerasan lentur di Indonesia untuk lalu-lintas berat sejak tahun 1970, menunjukan hasil yang kurang baik dengan masa layan tidak lebih dari 5 tahun bahkan kurang. Generasi pertama yang diterapkan di Indonesia tahun 1970an adalah Asphaltic Concrete (AC) bergradasi menerus dari spesifikasi AASHTO USA, setelah masa layan 5 tahun ditemukan retak-retak (cracking ) dan lubang-lubang ( pot holes) padahal belum banyak kendaraan berat yang lewat. Kegagalan tersebut diduga kerena kurangnya kadar aspal, maka generasi kedua dicoba gradasi senjang yang disebut Hot Rolled Sheet (HRS) dari Inggris dengan kadar aspal yang lebih besar. Keluhan yang timbul berikutnya adalah banyaknya alur (rutting ) pada jalur roda. Pada tahun 1990an dicoba teknologi baru dari Jerman Split Mastic Asphalt (SMA), High Stifnes Modulus Asphalt (HSMA) dan Gilsonite untuk bahan tambah aspal. Teknologi baru tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan retak, alur, jembul, sungkur dan lain-lain, tapi ternyata hasilnya juga kurang memuaskan. Uji coba pelapisan ulang (overlay) di sirkuit Sentul tahun 1996, dengan indikasi temperatur pada permukaan jalan mencapai lebih dari 73oC. Hasil observasi menunjukan kerusakan yang timbul bukan dari tipe perkerasan yang dipakai melainkan dari properties aspal dengan titik lembek yang rendah (Soehartono, 2011). Berdasarkan pengalaman tersebut perlu usaha untuk meningkatkan titik lembek aspal yaitu dengan cara menambahkan bermacam-macam aditif seperti polymer , serat selulosa, gilsonite, Asbuton dan lain-lain. Pada penelitian ini akan dicoba aditif Asbuton dan Tafpack-Super yang ditambahkan pada aspal minyak Pen. 60/70 untuk meningkatkan titik lembek aspal modifikasi. Selanjutnya aspal modifikasi tersebut akan diaplikasikan untuk perkerasan semi lentur guna mengatasi kerusakan pekerasan sebelum habis masa layan akibat pengaruh suhu ekstrim dan air. Untuk mengatasi hal tersebut dicoba jenis perkerasan baru yaitu perkerasan semi lentur. Jenis perkerasan tersebut memadukan campuran beraspal gradasi terbuka dengan pasta semen. Diharapkan jenis perkerasan ini lebih tahan terhadap pengaruh air dan cocok diterapkan pada daerah dengan muka air tanah tinggi dan jalan dengan sistem drainase yang buruk. 1.1
Properties Perkerasan Semi Lentur
Perkerasan semi lentur adalah perkerasan yang memiliki gradasi terbuka dan sedikit sekali mengandung agregat halus. Oleh sebab itu perkerasan semi lentur memiliki pori pori udara antara 15% - 28%. Pori-pori udara ini kemudian diisi pasta semen. Dengan demikian perkerasan ini mengkombinasikan kekuatan semen (sebagai perkerasan kaku) dan aspal (sebagai perkerasan lentur).
Komang Wira Jaya, Analisis Kinerja Perkerasan…
86
Jurnal Rekayasa, Vol 16, No. 2, Agustus 2012
Perkerasan semi lentur saat ini dapat diklasifikasikan sebagai sebuah metode baru dan cukup baik dalam memecahkan masalah kerusakan perkerasan jalan raya. Penelitian di Inggris mendapatkan hasil yang cukup baik. Demikian juga para Peneliti Jepang telah menerapkan perkerasan semi lentur di beberapa tempat pada jalan-jalan di lokasi khusus seperti tempat penyeberangan jalan raya, terminal bus, pintu tol, pemberhentian bus dan pelabuhan penyeberangan kapal laut. Perkerasan semi lentur mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan perkerasan konvensional biasa antara lain: (a) lebih tahan terhadap alur; (b) tidak menimbulkan efek yang menyilaukan/menyerap cahaya; (c) lebih nyaman; (d) tahan terhadap kelelehan dan (e) tahan terhadap keausan (Nakanishi, 2001). Dalam penelitian Hasan dan Setyawan (2002) menjelaskan formulasi pasta yang menggunakan abu silika dan abu batubara ( fly ash) menghasilkan kekuatan yang tinggi, meningkatkan kekedapan air dan meningkatkan keawetan campuran beraspal. Nakanishi (2002) telah melakukan penelitian di Jepang, juga mengiformasikan bahwa perkerasan semi lentur mempunyai nilai lebih bila dibandingkan dengan perkerasan biasa. Kelebihan tersebut seperti tahan terhadap alur roda, tahan terhadap tumpahan minyak, warna perkerasan menjadi lebih cerah, lebih nyaman untuk berkendaraan dan lebih tahan terhadap keausan akibat roda kendaraan. Perkerasan semi lentur ini juga mengkombinasikan kualitas yang sangat baik antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur, sehingga perkerasan ini sangat tahan terhadap beban yang berat dan tahan terhadap keausan akibat beban roda. (Zoorob, 2002). Sundhal dan Hede (2002) menyatakan bahwa perkerasan semi lentur mempunyai hasil yang sangat bagus pada uji coba yang telah dilakukan dibeberapa tempat yang ada di Denmark seperti lapangan terbang, pelabuhan kapal laut, fasilitas industri dan terminal bus. Bahkan di Belanda, Jerman dan Amerika uji coba perkerasan ini juga dilakukan di lapangan udara dan pelabuhan kapal laut dengan hasil yang sangat baik. Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2004), juga menunjukkan nilai stiffnes modulus, creep stiffness dan fatigue perkerasan semi lentur lebih tinggi dibandingkan dengan perkerasan konvensional. Bahan pasta adalah bahan yang digunakan untuk mengisi pori-pori udara menerus atau continous air void (CAV) dan pori-pori udara semi efektif yang dikandung oleh campuran beraspal. Pasta harus cukup cair ( fluid ) sehingga mampu mengalir masuk ke dalam lubang, baik secara gravitasi maupun diinjeksi ( grouting ). Untuk jalan bebas hambatan (highway) kuat tekan yang dipersyaratkan adalah 150 – 360 kg/cm2, sedangkan untuk jalan umum biasa ( general road ) kuat tekan yang dipersyaratkan adalah 100 – 300 kg/cm2 (Nakanishi, 2002). 1.2
Spesifikasi Perkerasan Semi Lentur
Gradasi dan spesifikasi perkerasan semi lentur yang dipakai pada penelitian ini adalah seperti Tabel 1 di bawah ini.
Komang Wira Jaya – Analisis Kinerja Perkerasan…
87
Jurnal Rekayasa, Vol 16, No. 2, Agustus 2012
Tabel 1. Gradasi dan spesifikasi perkerasan semi lentur % Lolos (mm) Properties Highway Saringan Saringan
General Road
Satuan
26,9 19,0
100 93-100
Tumbukan Density
50 -
50 ≥ 1,9
Gr/cm3
13,2 4,75 2,36 0,6 0,3 0,15 0,075 Kadar Aspal
40-70 12-30 7-20 6-14 5-12 4-8 2-6 4,5% -5,5%
VIM Stabilitas Flow Pasta Semen Flow Pasta Kuat tekan Kuat tarik
21 - 25 ≥ 250 o 20 C-7hari 9 - 13 150 - 360 ≥ 20
20 - 28 ≥ 350 20 - 40 20oC-7hari 9 - 13 100 - 300 ≥ 20
% kg 1/10 mm Satuan detik Kg/cm2 Kg/cm2
Sumber: Hiromitshu Nakanishi, 2001.
1.3
Pembuatan Campuran Perkerasan Semi Lentur
Campuran aspal porus merupakan campuran bergradasi terbuka, agar memperoleh kadar rongga yang tinggi (15% - 28%). Setelah rongga dalam campuran diisi dengan mortar semen, maka perkerasan tersebut menjadi perkerasan semi lentur. Pada umumnya kadar rongga udara (VIM) target sebesar 20%, dengan ketahanan terhadap kehancuran sebesar 20% untuk uji cantabro normal dan 30% untuk uji cantabro rendaman serta pengaliran aspal sebesar 0,3%. Dari data VIM dan kehancuran dibuatkan grafik berordinat ganda dengan kadar aspal sebagai absis, juga buat grafik hubungan antara pengaliran aspal dan stabilitas Marshall dengan kadar aspal (Yamin dan Siswosubroto, 2002; Diana, 2004). 1.4
Uji Cantabro
Uji cantabro ini dimaksudkan untuk megevaluasi campuran beraspal terhadap disitegrasi yaitu pelepasan butir agregat akibat menurunnya kelekatan aspal karena pengaruh suhu maupun air. Pengujian ini dilakukan dalam kondisi normal tanpa rendaman dan kondisi rendaman selama 24 jam. Peralatan uji yang dipakai adalah mesin Los Angeles dengan 300 rotasi tanpa bola baja. Cantabro abration loss (CAL) dihitung dengan membandingkan berat benda uji semula dengan berat sisa setelah diadakan pengujian. Nilai CAL yang diperoleh menurut spesifikasi adalah ≤ 20% untuk uji normal dan ≤ 30 untuk uji rendaman. CAL = (m2/m1).100% ≤ 20% - 30%
(1)
dimana: CAL = Cantabro abration loss; m1 = Berat benda uji semula; m2 = Berat benda uji setelah dirotasi 300 putaran. 1.5
Uji Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah
Perkerasan semi lentur dengan injeksi mortar semen menyerupai beton, maka pengujiannya dicoba menggunakan uji tekan beton. Sedangkan uji tarik belah untuk mengevaluasi perkerasan semi lentur terhadap kuat geser untuk daerah khusus seperti tikungan tajam, tanjakan/turunan. Pada uji stabilitas Marshall hal tersebut belum
Komang Wira Jaya, Analisis Kinerja Perkerasan…
88
Jurnal Rekayasa, Vol 16, No. 2, Agustus 2012
terakomodir, sehingga kerusakan jalan pada lokasi khusus tersebut belum teratasi. Formula yang dipakai untuk menghitung kuat tekan dan kuat tarik belah adalah sebagai berikut :
dan
(2)
dimana : f c = Tegangan tekan (kg/cm 2); P = Gaya tekan (kg); A= = Luas (cm2); f tr = Tegangan tarik belah (kg/cm2); Atr = ½. = Luas setengah lingkaran (cm2). 2.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya dan Laboratorium Bahan & Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Bahan penelitian terdiri dari: agregat kasar dari Tanjungan Lampung Selatan, agregat halus berupa pasir dari Gunung Sugih Lampung Tengah dan filler dari semen Baturaja. Bahan pengikat dipergunakan aspal Pen. 60/70 dimodifikasi Asbuton (15% & 20%) dan Tafpack-Super (5% & 10%). Pengujian yang dilakukan berupa: uji properties aspal, agregat dan campuran, uji cantabro, uji aspalt flow down dan uji Marshall untuk menentukan kadar aspal optimum (KAO). Uji lanjutan pada KAO yang telah diinjeksi dengan mortar semen berupa uji kuat tekan, uji kuat tarik dan uji stabilitas Marshall dengan variasi suhu pengujian 60oC; 70oC dan 80oC disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rincian jumlah dan jenis pengujian Variasi Penambahan Aditif Pada Aspal Pen. 60/70 Jenis Pengujian 0% 15% Asb, 20% Asb. 5% TPS 10% TPS Kode Benda Uji A0 A15 A20 T5 T10 Kuat Tekan 3 3 3 3 3 Kuat Tarik Belah Marshall 60;70&80oC
3
3
3
3
3
6
6
6
6
6
Jumlah
12
12
12
12
12
Setelah data terkumpul dilakukan analisis serta pembahasan untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian ini. 3. 3.1
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Aspal Optimum
Pada Gambar 1 terlihat bahwa kadar aspal minimum dengan cantabro loss maksimum 20% adalah 4%, sedangkan kadar aspal maksimum dengan nilai VIM minimal 20% adalah 4,5%. Nilai tengah KAO (4,0% + 4,5%) = 4,25% diploting pada grafik asphalt flow down diperoleh nilai 0,15% ≤ 0,3% memenuhi persyaratan dengan stabilitas Marshall ≥ 350 kg. Hasil tersebut mendekati hasil penelitian terdahulu sebesar 4,3% (Buntoro, 2003; Yamin dan Siswosubroto, 2002).
Komang Wira Jaya – Analisis Kinerja Perkerasan…
89
Jurnal Rekayasa, Vol 16, No. 2, Agustus 2012
30
30
s s o L 20 ) o r b % a ( t n 10 a C
20 CANTABRO LOSS(%)
) % ( 10 M I V
0
0 4
4,5
5
5,5
Kadar Aspal (%)
6
0,6
600
w ) o l 0,4 F % ( t l n a h w 0,2 o p s D A
400 )
0 4
4,25 4,5
5
5,5
6
Kadar Aspal (%)
Asphalt Flow Down (%)
g K ( 200 s a t i l i 0 b a t S
Gambar 1. Penentuan kadar aspal optimum 3.2
Properties Perkerasan Semi Lentur
A.
Ketahanan Terhadap Kuat Tekan
Adanya injeksi mortar semen kedalam rongga menerus perkerasan semi lentur, akan membentuk perkerasan komposit yang lebih kaku. Uji kuat tekan dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan perkerasan semi lentur tersebut. Hasil uji kuat tekan ditunjukan Pada Gambar 2, dimana terlihat bahwa tipe campuran yang mempunyai nilai tertinggi adalah aspal modifikasi Asbuton (A15 dan A20) mencapai 21,1 kg/cm 2 dan 21,9 kg/cm2. Hal tersebut disebabkan kandungan filler alam pada Asbuton dapat menyatu secara baik dengan mortar semen sehingga perkerasan semi lentur menjadi lebih masif. Untuk aspal modifikasi Tafpack-Super dari bahan polimer , menyebabkan campuran menjadi lebih elastis kurang kuat menahan gaya tekan. Hasil ini mendekati hasil penelitian yang terdahulu 19,04 kg/cm2 - 23,37 kg/cm2 (Setyawan, 2004; Karami dan Diana, 2005). 25,0 20,0 ) 2 m15,0 c / g K ( 10,0 c F
A15; 21,1
A20; 21,9
A0; 15,8
T5; 16,1
T10; 16,2
5,0 0,0 A0
A15
A20
T5
T10
Tipe Campuran
Gambar 2. Grafik tegangan tekan dengan tipe campuran
Komang Wira Jaya, Analisis Kinerja Perkerasan…
90
Jurnal Rekayasa, Vol 16, No. 2, Agustus 2012
B.
Ketahanan Terhadap Kuat Tarik Belah
Perkerasan jalan pada lokasi khusus seperti tikungan tajam, tanjakan/turunan serta pemberhetian bus dan simpang bersinyal dapat menimbulkan gaya tambahan berupa gaya sentrifugal, sehingga dibutuhkan kuat tarik belah untuk menahan gaya tersebut. Pada uji Marshall hal tersebut belum diakomodir, maka pada penelitian ini dicoba mengadopsi pengujian tarik belah beton. Hasil pengujian kuat tarik belah disajikan pada Gambar 3. 3,0 A15; 2,42
2,5 ) 2 2,0 m c / g 1,5 K ( h t 1,0 F
T5; 1,78 A20; 1,83 T10; 1,62 A0; 1,16
0,5 0,0 A0
A15
A20
T5
T10
Tipe Campuran
Gambar 3. Grafik tegangan tarik belah dengan tipe campuran Pada Gambar 3 terlihat kuat tarik belah yang paling baik adalah 2,42 kg/cm2 untuk tipe campuran A15, sedangkan yang lainnya hampir merata 1,16 kg/cm 2 - 1,83 kg/cm2. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan kuat tekan yaitu kepadatan sangat berpengaruh terhadap kuat tarik belah, untuk itu metode injeksi mortar semen perlu dikaji lebih lanjut. Hasil ini mendekati hasil penelitian terdahulu yaitu 2,30 kg/cm2 s.d. 2,65 kg/cm2. (Setyawan, 2004; Karami dan Diana, 2005). C.
Durabilitas Terhadap Stabilitas Marshall
Uji stabilitas Marshall dilakukan pengujian standar yaitu direndam pada suhu 60oC selama 30 menit, selanjutnya diadakan pengujian stabilitas Marshall modifikasi dengan menaikkan suhu pengujian menjadi 70oC dan 80oC. Maksud dari menaikan suhu pengujian untuk melihat kehandalan perkerasan semi lentur terhadap perubahan suhu, mengingat suhu di daerah tropis seperti di Indonesia bisa mencapai 75oC di siang hari. Pada Gambar 4 terlihat bahwa stabilitas Marshall terbaik ada pada tipe campuran T5 dan T10, sedangkan untuk tipe campuran A15 dan A20 nilainya cukup baik yaitu masih memenuhi spesifikasi untuk lalu lintas sedang (550 kg s.d 800 kg). Hasil ini masih jauh dari hasil penelitian terdahulu yaitu di atas 1000 kg. Hal tersebut disebabkan kurang padatnya perkerasan semi lentur akibat rongga menerus tidak sepenuhnya terisi mortar semen.
Komang Wira Jaya – Analisis Kinerja Perkerasan…
91
Jurnal Rekayasa, Vol 16, No. 2, Agustus 2012
700
664,22 631,89 628,25 591,05 582,53 544,45 541,09 508,19 517,06 503,54 500 521,9 ) 498,9 477,8 g 455,35 K ( 400 s 634,01
600
Keterangan :
60oC
a t i l i b300 a t S200
70oC 80oC
100 0 A0
A15
A20
T5
T10
Gambar 4. Grafik stabilitas Marshall , tipe campuran dan suhu pengujian. Hasil pengujian menunjukan bahwa stabilitas Marshall menurun seiring dengan meningkatnya suhu pengujian, sebaliknya nilai kelelehan ( flow) meningkat meskipun tidak signifikan. Nilai stabilitas Marshall sebesar 508,19 kg (A0), 591,05 kg (A15); 535,1 kg (A20); 631,89 kg (T5) dan 664,22 kg (T10). Nilai kelelehan berkisar antara 6 s.d. 10 mm menunjukkan perkerasan semi lentur kurang kaku akibat rongga menerus tidak penuh terisi mortar semen. Indek kekuatan sisa (IKS) untuk modifikasi suhu pengujian 60oC – 70 oC masih di atas 80%, sedangkan untuk suhu pengujian 60oC – 80 oC nilai IKS masih di atas 75%.
) 100 % ( a s i S s a t i l i b a t S n e s r e P
Kurva Durabilitas
100
90
98,172 94,585 92,189 91,547
85
85,874
95
89,443 88,001
80
78,629 76,886 73,632
75 70 60
70 Suhu (oC) A0
A15
A20
80 T5
T10
Gambar 5. Kurva durabilitas Marshall dengan variasi suhu pengujian Dilihat dari Gambar 5 di atas ternyata tipe campuran yang lebih durabel terhadap peningkatan suhu pengujian dan yang memenuhi spesifikasi adalah tipe campuran A15. Meskipun tipe campuran A0 juga cukup baik, tetapi stabilitas Marshall di bawah 550 kg. Tipe campuran yang lainya menunjukan penurunan terlalu tajam, meskipun perlu penelitian lebih lanjut untuk mempelajari fenomena tersebut. 3.3
Penentuan Campuran Terpilih
Berdasarkan properties campuran yaitu kepadatan minimal 1,9 gr/cm 3 dan VIM dalam rentang 20% - 28% yang memenuhi persyaratan adalah campuran dengan aspal Pen. 60/70 (A0), aspal modifikasi Asbuton 15% (A15) dan 20% (A20). Dilihat dari hasil stabilitas Marshall juga memenuhi syarat yaitu ≥ 350 kg. Sedangkan untuk aspal
Komang Wira Jaya, Analisis Kinerja Perkerasan…
92
Jurnal Rekayasa, Vol 16, No. 2, Agustus 2012
modifikasi TPS hanya kepadatan tidak memenuhi syarat yaitu 1,8 gram/cm 3. Indek kekuatan sisa (IKS) semuanya diatas 75%, hasil yang terbaik untuk A15 sebesar 91,55% (60oC – 70 oC) dan 88,30% (60oC – 80 oC). Bila ditinjau dari kepadatan setelah diinjeksi dengan mortar semen, semua jenis campuran memenuhi persyaratan yaitu semuanya di atas 2,0 gram/cm3, termasuk juga stabilitas Marshall memenuhi persyaratan. Bila dilihat dari hasil uji kuat tekan dan kuat tarik belah nilai yang paling baik yaitu tipe campuran A15 (f c = 21,9 kg/cm2 & f tr = 2,42 kg/cm2) dan A20 (f c = 21,9 kg/cm2 & f tr = 1,83 kg/cm2). Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan tipe campuran yang terpilih adalah campuran dengan modifikasi Asbuton sebesar 15% (A15). 4.
SIMPULAN
Dari hasil pengolahan data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan : 1. Properties campuran dan Marshall perkerasan semi lentur dengan aspal modifikasi Asbuton dan Tafpack-Super semuanya memenuhi syarat spesifikasi teknis, yaitu VIM di atas 20% dan density di atas 2,0 gram/cm3 serta stabilitas Marshall lebih besar dari 350 kg; 2. Hasil pengujian kuat tekan (fc) perkerasan lentur dan semi lentur diperoleh: A0 (aspal tanpa modifikasi) = 15,8 kg/cm2; A15 = 21,10 kg/cm2; A20 = 21,9 kg/cm2; T5 = 16,1 kg/cm2 dan T10 = 16,2 kg/cm2. Hal tersebut menunjukkan kinerja yang cukup baik adalah campuran dengan aspal modifikasi Asbuton 15% & 20%; 3. Hasil pengujian kuat tarik belah (ftr) perkerasan lentur dan semi lentur diperoleh: A0 (aspal tanpa modifikasi) = 1,16 kg/cm2; A15 = 2,42 kg/cm2; A20 = 1,83 kg/cm2; T5 = 1,78 kg/cm2 dan T10 = 1,62 kg/cm2. Hal tersebut menunjukkan kinerja yang cukup baik adalah campuran dengan aspal modifikasi Asbuton 15%; 4. Tipe campuran perkerasan semi lentur yang memberikan kinerja yang paling baik pada penelitian ini adalah campuran dengan modifikasi Asbuton 15% (A15), dengan nilai stabilitas Marshall 591,05 kg dan indek kekuatan sisa 91,55% (60oC-70oC) dan 88,30% (60oC-80oC). Kuat tekan (fc) = 21,10 kg/cm2 dan kuat tarik belah (ftr) = 2,42 kg/cm2 dengan kepadatan 2,09 gram/cm3. 5. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini belum menunjukan hasil yang maksimal. Baik ditinjau dari kuat tekan (fc) dan kuat tarik belah (ftr) serta stabilitas Marshall hanya memenuhi spesifikasi untuk lalu-lintas sedang di atas 550 kg sampai dengan 800 kg. Padahal yang diharapkan dari perkerasan semi lentur ini mencapai rentang 800 kg sampai dengan 1800 kg untuk lalu-lintas berat.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, M.A., 2007. Meningkatkan Pelayanan Umum Yang Efisien di Bidang Transportasi, Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 110 September 2007. Pp. 3-4. Yamin R,A. dan Siswosubrotho, I. 2002. Modifikasi Marshall Dalam Perencanaan Campuran Aspal Porus Untuk Cement Treated Asphalt Mixture (CTAM), Jurnal Litbang Jalan, Volume 19 No. 3 Desember 2002. Pp. 102-110. Buntoro. 2003. Evaluasi Laboratorium Kinerja Perkerasan Semi-Lentur . Skripsi Jurusan Teknik Sipil, FT Unila. Diana, IW. 2004. Perancangan Resep Campuran Aspal Porus, Jurnal Rekayasa Vol. 8 No. 2 Agustus 2004. Pp. 23-33. Hasan, KE dan Setyawan, A. 2002. Effect of Cementitious Grouts on The Properties of Semi-flexible Bituminous Pavement , Abstrak 4th European Symposium on
Komang Wira Jaya – Analisis Kinerja Perkerasan…
93
Jurnal Rekayasa, Vol 16, No. 2, Agustus 2012
Performance on Bituminous and Hydraulic Materials in Pavement 11-12th, April 2002. Karami, M. dan Diana, IW. 2005. The Performance Of Semi Flexible Bituminous Mixtures. Proceeding International Seminar and Exhibition on Road Consructions : Construct High Durability, Easy and Economical on Maintenace of Road Construction. Semarang May 26, 2005 Volume 3 Tahun 2005, ISSN: 1411-7053. Nakanishi, H. 2001. Semi-Flexible Pavement . Engineering Research Lab. Taiyu Kensetsu. Co.Ltd. Nagoya City. Japan. Setyawan, A. 2004. Porous Aspal Campuran Dingin untuk Perkerasan Semi Lentur (Grouted Macadam), Prosiding Simposium VII Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Universitas Katolik Parahyangan 11 September 2004. Soehartono. 2011. An Indication to More Stronger Asphalt Binder Requirement for Pavement on Heavy Loaded Road in Tropical Environment , Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 115 Nopember 2011. Pp. 31. Sundhal, J dan Hede, J. 2002. Semi-Flexible Materials for Heavy Duty Pavement , Abstrak dari RAMBOLL Departement of Road and Airfield Denmark. Zoorob, SE. 2002. Cold Mix Clod Laid Semi-Flexible Grouted Macadams; Mix Design and Propertie, Abstrak dari Civil Engineering Research Institute (CEMU Research).
Komang Wira Jaya, Analisis Kinerja Perkerasan…
94