PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT SECARA TITRASI PERMANGANOMETRI
TUGAS AKHIR
OLEH: DEVI NURIANTI NIM 092410049
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT SECARA TITRASI PERMANGANOMETRI TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Oleh:
DEVI NURIANTI NIM 092410049
Medan,
Juni 2012
Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt. NIP 194909101980031002
Disahkan Oleh: Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Dalam Sediaan Pewarna Rambut Secara Titrasi Permanganometri”, yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan menyelesaikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt., yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini. 3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU. 4. Bapak Drs. Agus Prabowo, M.S., selaku Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan yang telah memberi izin pelaksanaan praktek kerja lapangan. 5. Ibu Zakiah Kurniati, S.Farm., Apt., selaku koordinator pembimbing praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.
Universitas Sumatera Utara
6. Ayahanda Ayahanda Muhammad Nur dan Ibunda Mariati tercinta yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan. 7. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan. 8. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 9. Teman dekat dekat dan sahabat penulis penulis yang selalu memberikan dukungan dukungan kepada kepada penulis. 10. Seluruh teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan, Juni 2012 Penulis,
Devi Nurianti NIM 092410049
Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT SECARA TITRASI PERMANGANOMETRI
Abstrak
Hidrogen peroksida memiliki peranan pada saat melakukan pewarnaan rambut. Suatu kosmetika pewarna rambut memiliki kandungan hidrogen peroksida karena sifat senyawa hidrogen peroksida yang tidak berwarna, berbau keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar hidrogen peroksida di dalam sediaan pewarna rambut. Penentuan kadar hidrogen peroksida dilakukan menurut metode titrasi permanganometri sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di laboratorium Kosmetika dan Alat Kesehatan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan. Dari hasil pengujian hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri, diperoleh kadar hidrogen peroksida sebesar 9,44% pada Sasha Professional Hair Colorant; 5,90% pada Tancho Treatmant Hair Dye; 6,23% pada Marimar Hair Dye; dan 6,14% pada Miranda Hair Color. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pewarna rambut yang diperiksa mengandung kadar hidrogen peroksida yang memenuhi persyaratan menurut PerMenKes No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010, yaitu ≤ 12%. Kata kunci: pewarna rambut, penetapan kadar, hidrogen peroksida, permanganometri.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................
i
Lembar Pengesahan ................................................................................
ii
Kata Pengantar ....................................................................................
iii
Abstrak ...............................................................................................
v
Daftar Isi .............................................................................................
vi
Daftar Lampiran ..................................................................................
ix
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................
1
1.2 Tujuan ..................................................................................
2
1.3 Manfaat ................................................................................
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
4
2.1 Kosmetika ............................................................................
4
2.1.1 Pengertian Kosmetika .................................................
4
2.1.2 Penggolongan Kosmetika ...........................................
5
2.1.3 Tujuan Penggunaan Kosmetika ..................................
5
2.2 Kosmetika Rias Rambut .......................................................
6
2.3 Pewarna Rambut ..................................................................
6
2.3.1 Zat Pewarna Rambut ...................................................
7
2.3.2 Klasifikasi Pewarna Rambut........................................
10
2.3.3 Proses Sistem Pewarnaan ............................................
12
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hidrogen Peroksida...............................................................
12
2.4.1 Hidrogen Peroksida Pada Pewarna Rambut ................
13
2.4.2 Efek Hidrogen Peroksida ............................................
13
2.5 Titrasi Permanganometri .........................................................
14
2.5.1 Penggunaan Kalium Permanganat Pada Titrasi Permanganometri ........................................................
14
2.5.2 Indikator Titrasi Permanganometri .............................
15
2.5.3 Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Pada Titrasi Permanganometri ........................................................
16
BAB III. METODOLOGI ...................................................................
18
3.1 Tempat Pengujian ................................................................
18
3.2 Alat ......................................................................................
18
3.3 Bahan ...................................................................................
18
3.4 Sampel .....................................................................................
18
3.5 Prosedur ...............................................................................
20
3.5.1 Pembuatan Pereaksi ....................................................
20
3.5.1.1 Asam Sulfat 2 N .............................................
20
3.5.1.2 Kalium Permanganat 0,1 N .............................
20
3.6 Pembakuan Kalium Permanganat .........................................
20
3.7 Cara Pengujian .....................................................................
21
3.8 Penetapan Kadar ..................................................................
21
3.9 Persyaratan ..........................................................................
21
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................
22
4.1 Hasil ....................................................................................
22
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan .........................................................................
22
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
24
5.1 Kesimpulan ..........................................................................
24
5.2 Saran ....................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
25
LAMPIRAN .......................................................................................
27
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Pembakuan Kalium Permanganat 0,1 N............................
27
Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Dalam Sediaan Pewarna Rambut ................................................
28
Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT SECARA TITRASI PERMANGANOMETRI
Abstrak
Hidrogen peroksida memiliki peranan pada saat melakukan pewarnaan rambut. Suatu kosmetika pewarna rambut memiliki kandungan hidrogen peroksida karena sifat senyawa hidrogen peroksida yang tidak berwarna, berbau keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar hidrogen peroksida di dalam sediaan pewarna rambut. Penentuan kadar hidrogen peroksida dilakukan menurut metode titrasi permanganometri sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di laboratorium Kosmetika dan Alat Kesehatan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan. Dari hasil pengujian hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri, diperoleh kadar hidrogen peroksida sebesar 9,44% pada Sasha Professional Hair Colorant; 5,90% pada Tancho Treatmant Hair Dye; 6,23% pada Marimar Hair Dye; dan 6,14% pada Miranda Hair Color. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pewarna rambut yang diperiksa mengandung kadar hidrogen peroksida yang memenuhi persyaratan menurut PerMenKes No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010, yaitu ≤ 12%. Kata kunci: pewarna rambut, penetapan kadar, hidrogen peroksida, permanganometri.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepanjang
sejarah
peradaban
manusia,
rambut
selalu
menempati
kedudukan penting. Kedudukan penting tersebut berkaitan langsung dengan fungsi rambut yang antara lain sebagai pelindung bagi kepala, sebagai penghangat, dan sebagai pertanda sosial pada beberapa bangsa. Seiring dengan berkembangnya peradaban dan ketika manusia semakin menyadari betapa pentingnya penampilan sebagai penunjang keberhasilan, maka satu persatu fungsi alami rambut mulai tergeser oleh fungsi utamanya sekarang, yaitu sebagai penunjang penampilan (Chakim, 2006). Selain karena hal diatas, memang sudah menjadi sifat manusia untuk terkadang ingin tampil berbeda. Keadaan ini dikarenakan arus globalisasi yang sudah merambah dikalangan anak muda abad ini, mereka berlomba-lomba untuk mengikuti trend, salah satunya adalah trend mewarnakan rambut. Ada 3 tipe pewarnaan rambut, salah satunya adalah pewarnaan rambut permanen. Pewarna rambut mengandung Hidrogen peroksida (H 2O2) dan pewarna, untuk mengubah warna, peroksida harus dimasukkan ke dalam korteks rambut agar dapat mengubah susunan kimia pada pigmen rambut. Warna hitam pada rambut harus dipudarkan lebih dulu agar menjadi lebih terang, sehingga lebih mudah diubah menjadi warna lain. Semakin sering rambut dipudarkan, kutikula akan rusak dan membentuk sisik. Padahal, kutikula adalah pelindung rambut. Kerusakan pada
Universitas Sumatera Utara
kutikula dapat mengakibatkan rambut mudah kusut saat basah, bersisik dan kering (Chakim, 2006). Apabila rambut sudah terkena kandungan H 2O2 yang terkandung dalam kosmetik pewarnaan, maka batang rambut yang tidak kuat dalam menahan bahan kimia membuat rambut mudah rusak yang mengakibatkan batang rambut terbuka, sehingga rambut pecah-pecah, rontok, patah, dan kering (Purba, 2006). Menyadari akan hal ini, bahwa efek yang ditimbulkan oleh hidrogen peroksida dapat merugikan konsumen, maka penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir “Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida dalam Sediaan Pewarna Rambut Secara Titrasi Permanganometri”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan. Analisis hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut dapat dilakukan dengan metode titrasi permanganometri karena reagensia ini mudah diperoleh, murah, dan tak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer (Day dan Underwood, 1986).
1.2 Tujuan
i. Untuk mengetahui kadar hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri. ii. Untuk mengetahui kadar hidrogen peroksida dalam pewarna rambut yang digunakan memenuhi persyaratan kadar hidrogen peroksida yang diizinkan oleh pemerintah Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Manfaat
i. Memberikan informasi tentang metode yang digunakan untuk analisis hidrogen peroksida. ii. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar hidrogen peroksida yang terdapat dalam pewarna rambut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetika
Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dar i bahan bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
2.1.1 Pengertian Kosmetika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/X/76, kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan t idak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Penggolongan Kosmetika
Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI yang dikutip dari berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika, membagi kosmetika dalam: 1. Preparat untuk bayi 2. Preparat untuk mandi 3. Preparat untuk mata 4. Preparat wangi-wangian 5. Preparat untuk rambut 6. Preparat untuk rias (make up) 7. Preparat untuk pewarna rambut 8. Preparat untuk kebersihan mulut 9. Preparat untuk kebersihan badan 10. Preparat untuk kuku 11. Preparat untuk cukur 12. Preparat untuk perawatan kulit 13. Preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaatmadja, 1997).
2.1.3 Tujuan Penggunaan Kosmetika
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan
Universitas Sumatera Utara
secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.2 Kosmetika Rias Rambut
Sediaan rias rambut adalah sediaaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias dengan maksud untuk pewarnaan rambut, pemucatan atau pemutihan rambut, pelurusan rambut, pengeritingan atau pengikalan rambut dan atau penghilang ketombe, pelembut rambut, penataan rambut, pembantu perawatan rambut, pelebatan dan atau penyuburan rambut (Ditjen POM, 1985). Sediaan rias rambut disajikan dalam berbagai bentuk sediaan, seperti bubuk, emulsi, gel atau jeli, krim, larutan, losio, dan pomit (Ditjen POM, 1985).
2.3 Pewarna Rambut
Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut
untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna
rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985). Warna rambut manusia bermacam-macam, hitam, merah, cokelat, keemasan (pirang) bergantung pada jenis pigmen yang terdapat di dalam korteks rambut. Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih, yang kurang disukai keberadaannya (Bariqina dan Ideawati, 2001). Untuk mengubah warna rambut diperlukan pengetahuan tentang warna dasar, yaitu warna primer yang terdiri atas merah, kuning, biru. Warna sekunder adalah warna yang dibentuk dari campuran warna primer, yaitu merah-kuning
Universitas Sumatera Utara
(oranye), kuning-biru (hijau), merah-biru (violet). Warna tersier adalah campuran warna sekunder, yaitu merah-oranye, oranye-kuning, dan sebagainya (Bariqina dan Ideawati, 2001). Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin di dalam rambut yang ada dalam lapisan korteks. Bahan asal pigmen melanin adalah melanosit yang berada dalam umbi rambut. Melanosit adalah sel-sel yang menghasilkan pigmen (zat warna) yang menyebabkan rambut asli dapat memiliki bermacam-macam warna (Bariqina dan Ideawati, 2001).
2.3.1 Zat Pewarna Rambut
Zat warna yang digunakan dalam pewarna rambut dapat berupa zat warna alam, sintetik, maupun logam (Ditjen POM, 1985). Zat warna alam yang lazim digunakan adalah zat warna yang diperoleh dari sumber alam berasal dari tumbuhan, baik sebagai simplisia, sediaan galenika seperti ekstrak dan rebusan, sari komponen warna, maupun zat semisintetik yang dibuat berdasarkan pola warna senyawa komponen warna yang terkandung dalam simplisianya (Ditjen POM, 1985). Pewarna dari bahan sintetik organik pada umumnya dikelompokkan dalam tiga jenis, berdasarkan kemampuan bertahannya di rambut. 1. Pewarna Azo - Pewarna Azo bersifat sementara. Banyak dibuat dari parahidroksi-azo-benzena (para-hydroxyazobenzene) . Molekul zat pewarnanya besar dan tidak dapat melewati celah imbrikasi selaput rambut guna masuk ke kulit rambut dan hanya melapisi selaput rambut saja. Warnanya akan hilang
Universitas Sumatera Utara
dalam sekali pensampoan. Keuntungan menggunakan pewarna azo ialah sifatnya yang tidak merusak selaput rambut maupun kulit rambut; karena tidak mengandung ammonia dan t idak memerlukan proses oksidasi dengan hidrogen peroksida. Pewarna Azo baik digunakan juntuk mencoba warna rambut, sehingga jika hasilnya kurang memuaskan, dapat segera dihilangkan. 2. Pewarna Nitro - Pewarna nitro bersifat semi-permanen. Banyak dibuat dari bahan nitro-fenelen-diamina yang menghasilkan warna merah dan kuning; atau dari bahan antrakuinon yang menghasilkan warna biru. Molekul pewarna nitro sebagian dapat masuk ke kulit rambut melalui celah imbrikasi; sebagian lain hanya melapisi selaput rambut. Zat warnanya baru luntur setelah beberapa kali pensampoan. Keuntungan penggunaan pewarna nitro ialah tidak merusak selaput rambut dan kulit rambut; karena tidak mengandung amonia maupun memerlukan hidrogen peroksida dalam penggunaannya. Berhubung lunturnya sedikit demi sedikit, maka timbulnya kembali warna asli rambut berlangsung tidak mencolok. 3. Pewarna
Oksidasi
-
Pewarna
oksidasi
bersifat
permanen.
Molekul
pewarnanya mula-mula sangat kecil dan mampu melewati celah imbrikasi selaput rambut untuk masuk ke kulit rambut. Melalui proses oksidasi yang kebanyakan menggunakan larutan hidrogen peroksida, zat pewarnanya timbul dan molekul tersebut mengembang menjadi molekul raksasa, sehingga tidak dapat keluar lagi dari kulit rambut. Pewarna oksidasi banyak dibuat dari bahan dasar keturunan aniline, seperti para-fenelin-diamina yang menghasilkan warna hitam; para-toluen-diamina
Universitas Sumatera Utara
yang menghasilkan warna cokelat; para-amino-fenol yang menghasilkan warana merah kecokelatan; meta-dihidroksi-benzena, yang menghasilkan warna abu-abu. Keuntungan menggunakan pewarna oksidasi ialah hasil warnanya permanen, indah, dan cemerlang. Kerugiannya adalah sama dengan kerugian yang ditimbulkan oleh proses pengeritingan yang terlalu sering. Selaput rambut dapat menjadi terlalu porus, kasar, kering, mudah patah, dan kulit rambut juga menjadi kering, rusak, menurun tingkat elastisitasnya, tampak kusam, kekuning-kuningan, dan atau kemerah-merahan. 4. Pewarna Logam - Pewarna logam melapisi batang rambut dengan kuat dan dikategorikan sebagai pewarna permanen; serta sering dipasarkan sebagai color restorer atau pengembali warna semula. Pewarna jenis ini menggunakan bahan dasar logam, seperti timah yang menghasilkan warna hitam-lembayung; perak menghasilkan hitam-kehijauan; dan tembaga menghasilkan warna hitam pekat (Kusumadewi, 2003). Dalam zat warna senyawa logam, peranan pewarnaan rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam, jenis pembangkit warna, dan suasana lingkungan pembawanya (Ditjen POM, 1985). Oleh karena itu zat warna senyawa logam meliputi, senyawa logam, zat pembangkit warna, asam, alkalis, dan pembawa. Senyawa logam meliputi bismut sitrat, kadmium sulfat, kobalt sulfat, nikel sulfat, perak nitrat, tembaga sulfat, dan timbal asetat (Ditjen POM, 1985).
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Klasifikasi Pewarna Rambut
Pewarna rambut dapat digolongkan berdasarkan lama bertahannya pewarna dalam helai rambut, dikenal tiga kategori pewarnaan rambut: 1.
Pewarnaan Sementara (Temporary Color) Pewarna jenis ini adalah pewarna yang paling lembut. Penggunaannya adalah dengan cara mencuci rambut dengan air larutan bahan pewarna ini sehingga warna yang terkandung di dalamnya tertinggal pada permukaan kulit ari. Sifat pewarna ini akan mudah hilang bila rambut dikeramas atau dihapus dengan tisu/ kapas. Pewarnaan ini digunakan ketika diperlukan saja. Setelah itu, warna tersebut dapat dihilangkan dengan cara menghapus atau mencuci dengan air.
2.
Pewarna Semi Permanen (Semi Permanent Color) Bahan pewarna ini hanya dapat dipakai sebagai pengganti rona rambut dan tidak dapat memudakan (mencerahkan) warna. Warnanya dapat meresap ke dalam kulit ari, tetapi akan hilang setelah enam sampai delapan kali pencucian rambut. Fungsi bahan ini bisa sebagai penyamar ( camouflage) warna rambut yang sebenarnya atau sekadar mengikuti trend. Pewarna semi permanen tidak mengandung amoniak dan peroksida yang membuka kutikula rambut sehingga zat warna tertinggal di bagian rambut saja. Tujuan pemberian bahan pewarna semi permanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan pada saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut
Universitas Sumatera Utara
putih yang dicat hitam dengan jenis cat yang bersifat semi permanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan. 3.
Pewarna Tetap (Permanent Color) Pewarna
tetap
dibuat
dari
cat
yang
bermolekul
kecil,
yaitu
parafenilendiamina. Pemakaian pewarna jenis ini, dalam pelaksanaan pengecatan rambut, memerlukan hidrogen peroksida untuk menghantarkan zat pewarna agar dapat meresap ke dalam lapisan korteks/kulit rambut sampai pada bagian yang paling dalam dari lapisan kulit rambut tersebut. Pewarna tetap terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jelly, dan cairan. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warnawarna yang mendekati warna asli lain menurut selera atau zaman. Untuk rambut yang telah diwarnai dengan pewarna tetap, sebaiknya digunakan pula sampo yang berformula lembut dengan pengondisinya (Bariqina dan Ideawati, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Proses Sistem Pewarnaan
Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi dalam 2 golongan: 1. Pewarnaan Rambut Langsung Sediaan pewarnaan rambut lansung telah mengandung zat warna, sehingga dapat lansung digunakan dalam pewarna rambut, tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna (Ditjen POM, 1985). 2. Pewarnaan Rambut Tidak Langsung Sediaan pewarnaan rambut tidak lansung disajikan dalam 2 kemasan, masingmasing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Jika hendak digunakan terlebih dahulu harus dicampur komponen satu dengan yang lainnya (Ditjen POM, 1985).
2.4 Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2O2, pH 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan (Anonim, 2012). Hidrogen peroksida mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. a. Bukan asam, tetapi dapat mengubah warna lakmus menjadi merah. b. Larutan pekat hidrogen peroksida dapat merusak kulit. c. Memiliki daya desinfektan (Bariqina dan Ideawati, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Hidrogen Peroksida Pada Pewarna Rambut
Hidrogen peroksida sangat berguna dalam pembuatan kosmetika penataan rambut seperti yang tersebut berikut ini. a.
Sebagai bahan penambah dalam larutan pengeriting dan bahan cat rambut untuk memudahkan meresapnya bahan-bahan tersebut ke dalam korteks rambut.
b.
Sebagai bahan untuk menghilangkan atau memudakan warna pigmen rambut (bleaching). Di dalam bahan kosmetika untuk pengeritingan rambut, hidrogen peroksida
digunakan untuk meregangkan hubungan antara sirip-sirip kutikula rambut dan menghentikan daya kerja larutan pengeriting dengan memulihkan ikatan antara molekul-molekul tanduk (Bariqina dan Ideawati, 2001).
2.4.2 Efek Hidrogen Peroksida
Kelainan-kelainan pada batang rambut yang tidak sampai mempengaruhi akar rambut, misalnya batang rambut yang terbelah ujungnya, kekeringan dan kekusaman akibat berjemur disinar matahari, rapuh karena tindakan pengeringan dengan alat-alat yang panas (blow-dry), pengeritingan, pelurusan, pewarnaan dan sasakan.
Sementara
itu
kelainan-kelainan
rambut yang
dapat
sampai
mempengaruhi akar rambut, misalnya rambut yang kusut sehingga waktu disisir banyak yang putus atau tercabut dengan akar rambutnya, infeksi karena jamur dan kuman serta keracunan bahan-bahan kimia atau cat rambut yang sampai ke akar rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Kandungan hidrogen peroksida membantu memulai proses pembentukan warna dan menciptakan warna yang tahan lama. Semakin besar volume peroksida, berarti makin besar pula jumlah sulfur yang hilang dari rambut. Hilangnya sulfur bisa menyebabkan rambut kaku dan rapuh. Itulah sebabnya, pada kosmetik pewarna rambut yang baik, kandungan hidrogen peroksidanya sekitar 30 persen atau kurang (Anonim, 2002).
2.5 Titrasi Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung dengan alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg yang dapat diendapkan sebagai oksalat (Anonim, 2008).
2.5.1 Penggunaan Kalium Permanganat Pada Titrasi Permanganometri
Dalam
permanganometri,
titran
yang
digunakan
adalah
kalium
permanganat. Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari seratus tahun. Pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetes
Universitas Sumatera Utara
permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan (Day dan Underwood, 1986). Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion 2+
permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat (Mn ) yang berwarna hijau (Rivai, 1995). Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut
tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial
elektroda sangat tergantung pada pH (Rivai, 1995). Menurut Day dan Underwood (1986), Kalium permanganat dibakukan dengan menggunakan natrium oksalat atau arsen (III) oksida sebagai standar primernya. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat adalah: 5 C2O42- + 2 MnO4- + 16 H + → 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
2.5.2 Indikator Titrasi Permanganometri
Titik akhir titrasi
dengan menggunakan KMnO4 sebagai pentiter atau
disebut juga dengan sebutan titrasi permanganometri akan ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat (Rivai, 1995). Warna pada titik akhir ini tidak tetap bertahan, setelah beberapa lama -
2+
lenyap kembali akibat reaksi antara kelebihan MnO 4 dengan ion Mn hasil titrasi:
Universitas Sumatera Utara
2+
3 Mn
-
+
+ 2 MnO4 + 2 H2O → 5 MnO2 (s) + 4 H
Namun karena reaksinya sangat lambat, warna tidak segera hilang dan tidak perlu menimbulkan keraguan apakah benar sudah tercapai titik akhir (Harjadi, 1993). Ada beberapa macam indikator yang dapat digunakan dalam titrasi redoks anatara lain: a. Suatu zat berwarna dapat bekerja sebagai indikator sendiri, misalnya larutan kalium permanganat demikian tua warnanya
hingga suatu kelebihan kecil
pereaksi ini dalam sutau titrasi dengan mudah dapat langsung diketahui. b. Sebuah indikator Spesifik adalah suatu zat yang bereaksi dengan cara yang khusus dengan salah satu pereaksi dalam suatu reaksi untuk menghasilkan suatu warna c. Indikator luar, atau
uji noda suatu waktu digunakan apabila tidak dapat
diperoleh indikator dalam. d. Potensial redoks dapat diikuti selama titrasi dan titik ekivalenya ditemukan dari perubahan yang besar dari potensial pada kurva titrasi. e. Akhirnya suatu indikator yang sendirinya mengalami oksidasi-reduksi dapat digunakan (Day dan Underwood, 1986).
2.5.3 Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Pada Titrasi Permanganometri
Larutan baku kalium permanganat dapat dipakai untuk menentukan beberapa zat yang bersifat sebagai reduktor (Rivai, 1995). Menurut Farmakope Edisi IV (1995) Larutan baku kalium permanganat hanya digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menetapkan kadar hidrogen peroksida dengan cara titrasi. Dimana tiap ml larutan kalium permanganat 0,1N setara dengan 1,701 mg hidrogen peroksida. Pada penetapan kadar tersebut, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: ↓2
-
+
MnO4 + 6 H + 5 H2O2
2+
2 Mn
+ 5 O2 + 8H2O
Karena 5 mol H 2O2 setara dengan 10 elektron, maka valensinya adalah 2 sehingga berat ekivalen (BE) sama dengan berat molekul dibagi 2 atau BE = BM/2 (Rohman dan Gandjar, 2007). Tanda panah ke arah bawah pada ion permanganat dalam persamaan reaksi di atas menunjukkan bahwa ion permanganat sebagai pentiter (Rivai, 1995).
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian penetapan kadar hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri dilakukan di Laboratorium Pengujian Kosmetika dan Alat Kesehatan, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan, Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, erlenmeyer 125 ml, buret 25 ml, labu ukur 1000 ml, pipet tetes, beaker glass, gelas ukur 20 ml.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah akuades, asam sulfat 2 N, kalium permanganat 0,1 N dan ammonium oksalat.
3.4 Sampel 1. Sampel I
Nama sampel
: Sasha Professional Hair Colorant
Komposisi
: Aqua,
Hydrogen
Peroxide,
Cetyl
Alcohol,
Ceteareth-25, Sodium stannate, Phosphoric Acid, Disodium Pyrophosphate.
Universitas Sumatera Utara
Nama Pabrik
: PT. Kinotari Era Kosmetindo
No. Reg
: POM C A18081003447
No. Bets
: 213191
Waktu daluarsa
:-
2. Sampel II
Nama sampel
: Tancho Treatmant Hair Dye
Komposisi
: Water, Hydrogen peroxide, cetyl alcohol, PEG-50, Lanolin, Sodium Laureth Sulfate, Etidronic acid, Tetrasodium pyrophosphate.
Nama Pabrik
: PT. Mandom Indonesia Tbk.
No. Reg
: POM C A18091006313
No. Bets
: 1GI11DX1
Waktu daluarsa
: September 2014
3. Sampel III
Nama sampel
: Marimar Hair Dye
Komposisi
: Demineralized
water,
8-Hydroxyquinoline,
Ceteareth 7, Hydrogen Peroxide. Nama Pabrik
: PT. Mustika Satya Nusantara
No. Reg
: POM CL 0701701951
No. Bets
: 01235
Waktu daluarsa
: Agustus 2014
Universitas Sumatera Utara
4. Sampel IV
Nama sampel
: Miranda Hair Color
Komposisi
: Deionized Water, Hydrogen Peroxide, Cetearyl Alcohol, Deceth-4, Disodium Phosphate, Perfume.
Nama Pabrik
: PT. Victoria Care Indonesia
No. Reg
: 486533
No. Bets
: MFP 16 KNN
Waktu daluarsa
: November 2014
3.5. Prosedur 3.5.1 Pembuatan Pereaksi 3.5.1.1 Asam Sulfat 2 N
Ditambahkan hati-hati dengan pengadukan 55,5 ml asam sulfat P pada lebih kurang 1000 ml air, biarkan dingin hingga suhu 25 o.
3.5.1.2 Kalium Permanganat 0,1 N
Dilarutkan lebih kurang 3,3 g kalium permanganat P dalam 1000 ml air dalam labu, dan dididihkan larutan selama lebih kurang 15 menit. Tutup labu, biarkan selama tidak kurang dari 2 hari, lalu disaring.
3.6 Pembakuan Kalium Permanganat
Ditimbang seksama lebih kurang 200 mg amonium oksalat P, yang o
sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 110 hingga bobot tetap, dan larutkan
Universitas Sumatera Utara
dalam 250 ml air. Tambahkan 7 ml asam sulfat P panaskan hingga suhu lebih o
kurang 70 dan kemudian tambahkan perlahan-lahan larutan kalium permanganat dari buret sambil diaduk hingga terjadi warna merah muda pucat yang mantap o
selama 15 detik. Suhu larutan selama titrasi tidak kurang dari 60 .
3.7 Cara Pengujian
Ditimbang saksama sejumlah ± 0,5 g contoh ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml, ditambah dengan 20 ml air dan dikocok hingga larut. Kemudian ditambah 20 ml asam sulfat 2 N, dititrasi dengan larutan kalium permanganat 0,1 N hingga warna merah muda yang stabil selama 15 detik.
3.8 Penetapan Kadar
Kadar H2O2 =
x 100%
Keterangan : 1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida V
= volume titran
N
= Normalitas KMnO4 yang telah dibakukan
W = berat sampel
3.9 Persyaratan
Menurut PerMenKes No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010, sediaan perawatan rambut mengandung hidrogen peroksida ≤ 12%.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Dalam Sediaan Pewarna Rambut Kadar
Nama Sampel
Kadar 1
Kadar 2
Sasha Professional Hair Colorant
9,44%
9,43%
9,44%
Tancho Treatment Hair Dye
5,89%
5,91%
5,90%
Marimar Hair Dye
6,28%
6,17%
6,23%
Miranda Hair Color
6,14%
6,13%
6,14%
rata-rata
4.2 Pembahasan
Dalam pengujian ini zat yang akan dititrasi adalah H 2O2 yang biasanya dalam proses tekstil digunakan dalam proses bleaching. H2O2 bersifat oksidator sehingga tidak memerlukan indikator dalam proses titrasinya. Umumnya titrasi larutan KMnO4 menggunakan larutan yang tidak berwarna karena KMnO 4 sendiri sudah berwarna violet. Titrasi permanganometri harus dalam suasana asam kuat sehingga harus digunakan H 2SO4 sebagai pengasamnya. Hal ini dilakukan karena jika t idak berada dalam suasana asam kuat maka perubahan warna KMnO 4 tidak akan terlihat. Volume H2SO4 yang digunakan sebanyak 20 ml. Dalam proses reaksi ini H2SO4 hanya berfungsi sebagai pengasam sehingga H 2SO4 tidak ikut bereaksi, maka keakuratan volume H 2SO4 tidak mempengaruhi hasil titrasi. Dari hasil pengujian hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri diperoleh kadar hidrogen peroksida sebesar 9,44%
Universitas Sumatera Utara
pada Sasha Professional Hair Colorant; 5,90% pada Tancho Treatmant Hair Dye; 6,23% pada Marimar Hair Dye; dan 6,14% pada Miranda Hair Color. Kadar hidrogen peroksida yang diperoleh dalam semua sampel memenuhi persyaratan kadar
hidrogen
peroksida
yang
diizinkan
menurut
PerMenKes
No.
1176/Menkes/Per/VIII/2010, yaitu ≤ 12%. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang mampu mengoksidasi sebagian besar reduktor secara kuantitatif, selain bahwa larutannya yang berwarna yang menjadikannya sekaligus sebagai indikator titik ekuivalensi (kelebihan 1 tetes larutan 0,1 N sudah dapat menghasilkan warna ungu terang dalam volum larutan
yang
besar).
Larutan
permanganat
yang
diterapkan
biasanya
berkonsentrasi sekitar 0,1 N (atau 0,05 M). Untuk larutannya yang lebih encer, pada titik akhir perubahan warna, ion permanganat kurang terang, dan disarankan untuk membubuhinya dengan indikator ortofenantrolin (HAM, 2006).
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
i. Kadar Hidrogen Peroksida yang diperoleh sebesar 9,44% pada Sasha Professional Hair Colorant; 5,90% pada Tancho Treatmant Hair Dye; 6,23% pada Marimar Hair Dye; dan 6,14% pada Miranda Hair Color. ii. Kadar hidrogen peroksida yang diperoleh dalam semua sampel memenuhi persyaratan kadar hidrogen peroksida yang diizinkan menurut PerMenKes No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010, yaitu ≤ 12%.
5.2 Saran
i. Konsumen diharapkan dapat berhati-hati dalam menggunakan produk pewarna rambut. ii. Konsumen diharapkan lebih teliti dalam memilih produk yang akan dibeli, terutama jika produk tersebut tidak memiliki izin edar.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2002). Cat Rambut: Antara Keindahan dan Kesehatan. Available from: http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=health+woman&y =cybermed%7C0%7C0%7C14%7C226. Tgl: 12 Mei 2012. Anonim. (2008). Permanganometri. Available from: http://id.wikipedia.org/wiki/ Permanganometri. Tgl: 13 Mei 2012. Anonim. (2012). Hydrogen Peroxide. Available from: http://en.wikipedia.org/ wiki/Hydrogen_peroxide. Tgl: 13 Mei 2012. Bariqina, E., dan Ideawati, Z., (2001). Perawatan dan Penataan Rambut . Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Hal. 3, 26-27. Chakim, Thoiful. (2006). Hubungan Antara Kandungan Hidrogen Peroksida Dalam Pewarna Rambut Terhadap Kerusakan Rambut . Semarang: Program Pendidikan Sarjana Universitas Diponegoro. Hal. 3-4. Day, R.A, dan Underwood A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 290-293. Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Hal. 189. Ditjen POM. (1993). Metode Analisa Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional No.12/KO/05 tentang Penetapan Kadar Hidrogen peroksida. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan R.I . Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. hal. 1135, 1160. HAM, Mulyono. (2006). Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 151. Harjadi, W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar . Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 176. Khopkar, SM. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 53. Kusumadewi. (2003). Rambut Anda: masalah, perawatan dan penataannya. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Hal. 59-60. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010 Kosmetika.
Republik Indonesia. (2010). tentang Persyaratan Teknis Bahan
Universitas Sumatera Utara
Purba, Michael. (2006). Kimia Untuk SMA 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 57. Rivai, Harrizul. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press. Hal. 362-363. Rohman, A., dan Gandjar, I. G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 155-157. Tranggono, R. I. S. dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 7-8, 21. Wasitaatmadja, Syarif M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik . Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 26-29, 40, 63, 122-124.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Pembakuan KMnO4 0,1 N dengan ammonium oksalat
BU1 = 201,9 mg
Vt 1 = 22,5 ml
BU2 = 204,5 mg
Vt 2 = 22,7 ml
Kesetaraan = 7,1 mg 1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 7,1 mg amonium oksalat
N1
=
= = = 0,1264 N
N2
=
= = = 0,1269 N
N rata-rata =
= 0,1266 N
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 Perhitungan Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Dalam Sediaan Pewarna Rambut Secara Titrasi Permanganometri
1. Sampel Sasha Professional Hair Colorant V1 = 24,8 ml
W1 = 565,8 mg
V2 = 22,3 ml
W2 = 509,1 mg
Normalitas KMnO4 = 0,1266 N 1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 = = = 9,44% Kadar2 H2O2 = = = 9,43% Kadar rata-rata H2O2 = = 9,44%
2. Sampel Tancho Treatment Hair Dye V1 = 14 ml
W1 = 511,9 mg
V2 = 14,5 ml
W2 = 528,6 mg
Normalitas KMnO4 = 0,1266 N
Universitas Sumatera Utara
1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 = = = 5,89% Kadar2 H2O2 = = = 5,91% Kadar H2O2 Rata-rata = = 5,90%
3. Sampel Marimar Hair Dye V1 = 15,5 ml
W1 = 531,5 mg
V2 = 15 ml
W2 = 523,2 mg
Normalitas KMnO4 = 0,1266 N 1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 = = = 6,28% Kadar2 H2O2 = = = 6,17%
Universitas Sumatera Utara