ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
SKRIPSI
OLEH :
MITRA SETIAWATI GULO NIM : 111000265
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
MITRA SETIAWATI GULO NIM : 111000265
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
MITRA SETIAWATI GULO NIM : 111000265
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Labuhan Angin menghasilkan limbah yang diklasifikasikan menjadi limbah padat berupa abu sebanyak 3 45ton/hari/unit operasi, limbah cair yang dihasilkan dengan debit 60 M /jam dan limbah gas yang berupa emisi gas SO x, NOx dan partikulat. Limbah ini menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis gambaran pengolahan limbah pada PLTU Labuhan Angin. Jenis penelitian ini adalah survei bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan lembar observasi, observasi langsung, dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah abu yang dihasilkan dibuang ke landfill terbuka dengan pelapis High Density Polyethylene (HDPE) yang kedap air. Petugas pengolah limbah sebagian besar memiliki tindakan yang baik dalam menangani limbah. Sarana pengolahan limbah cair dan gas pada PLTU Labuhan Angin sudah memenuhi syarat sehingga limbah yang dihasilkan tidak ada yang melebihi baku mutu yang ditetapkan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengolahan limbah PLTU Labuhan Angin sudah memenuhi syarat. Disarankan agar parameter yang sudah memenuhi baku mutu tetap dipertahankan, melakukan pengukuran kecepatan alir emisi, dan memberikan pelatihan kepada petugas pengolah limbah yang memiliki tindakan yang sedang dan kurang dalam menangani limbah. Kata Kunci : Pengolahan Limbah, Limbah Padat, Limbah Cair, Limbah Gas, Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Steam power plant Labuhan Angin producing waste that is classified into solid waste such as ash with quantity 45 tons / day / unit operation, liquid waste generated by the discharge of 60 M 3 / hr and gas waste in the form of the emission of SOx, NOx and particulates. This waste impacts to human health and the environment. The aims of this study is to identify and analyze the representative on the sewage treatment plant Labuhan Angin. This study was a descriptive survey. Data collection methods is done through interview using observation sheets, observation, and questionnaires. The results showed that the ash was generated dumped to opened landfill with layering High Density Polyethylene (HDPE) which is impermeable. Personnel who handle the waste mostly has good action in handling the waste. Wastewater treatment dan waste gas facilities at Labuhan Angin power plant has qualified so there is no waste generated parameter does not exist that exceed quality standards established. The conclusion from this study is the processing of waste treatment in Labuhan Angin Power Plant has qualified. It is recommended that parameter already qualified the quality standards can be sustained , measuring the flow rate of emissions, and providing training to personnel who handle the waste that has a medium and lower behavior in handling waste. Keywords: Waste Treatment, Solid Waste, Liquid Waste, Gas Waste, Power Plant
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Mitra Setiawati Gulo
Tempat Lahir
: Fodo
Tanggal Lahir
: 19 Oktober 1993
Suku Bangsa
: Nias
Agama
: Kristen Protestan
Nama Ayah
: Drs. Tehenasokhi Gulo
Suku Bangsa Ayah
: Nias
Nama Ibu
: Yaniria Zebua, S.Pd
Suku Bangsa Ibu
: Nias
Pendidikan Formal 1. 2. 3. 4.
SD/Tamat Tahun SMP/Tamat Tahun SMA/Tamat Tahun Lama Studi di FKM Usu
: SDN No. 070981 Fodo / 2005 : SMP Negeri 1 Gunungsitoli / 2008 : SMA Negerti 1 (Plus) Matauli Pandan : 4 tahun
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segalakasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“ANALISIS
PENGOLAHAN
LIMBAH
PADA
PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH”
.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril dan materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1.
Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
2.
Ir. Evi Naria, MKes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3.
Ir. Evi Naria, M. Kes, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4.
dr. Devi Nuraini Santi, M. Kes selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
5.
Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan bimbingan, saran serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
6.
Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan bimbingan, saran serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
7.
Seluruh Dosen, dan Staf di FKM USU yang telah banyak membantu dan memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.
8.
Bapak Ombun Sihombing, selaku Manager Sektor PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Utara Sektor Labuhan Angin, yang telah banyak membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di PLTU Labuhan Angin.
9.
Seluruh keluarga besar PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Utara Sektor Labuhan Angin, khususnya Bapak Adang Taufik Hermansyah, selaku Asisten Manager PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Utara Sektor Labuhan Angin, Bapak Andre Diaryan Tampubolon, selaku Junior Enjiner Lingkungan & K2, Bang Ricky dan Alva, yang juga turut berpartisipasi dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian di l apangan.
10. Teristimewa kepada orangtuaku tersayang, Drs. Tehenasokhi Gulo dan Yaniria Zebua, S.Pd
serta adikku, Stefan Kristianto Gulo yang selalu
mendoakan yang terbaik untukku dan sudah menjadi motivator terbaikku. 11. Kepada Baya A. Yogi Lase sekeluarga dan juga Kak Pdt. Martina Gulo, S.Th, yang memberi tumpangan dan kasih sayang yang tulus selama melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
15. Untuk Bapak Sa’a dan Mama Sa’a (A/I. Happy Gulo), Bapak Talu dan Mama Talu (A/I. Dema Gulo), Bapak Sakhi dan Mama Sakhi (A/I. Bertha Gulo) sekeluarga dan keluarga besar yang lain, yang telah mendukung dalam doa. 16. Kepada warga jemaat gereja BNKP Betania dan seluruh rekan pelayanan di Chapel Oikumene USU khususnya kepada Ibu Pdt. Gloria I. Balle dan Bapak Pnt. Dhani Barus yang telah mendukug dalam doa. 17. Kepada keluarga besar POMK FKM terkhusus KK Sammantha (Dian, Herna, Ita, Renita, Ririn) dan Anunciata Dominik (Asrina, Erafita, Monalisa, Nenny, Vero) yang senantiasa mendukung dalam doa. 18. Kepada seluruh mahasiswa FKM USU 2011, terkhusus peminatan Kesehatan Lingkungan, Alayers, teman-teman PBL dan LKP, dan masih banyak lagi, yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak memberi semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Medan,
Juli 2015
Mitra Setiawati Gulo
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
i
ABSTRAK ........................................................................................................
ii
ABSTRACT ....................................................................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1 LatarBelakang ................................................................................. 1.2 RumusanMasalah ............................................................................ 1.3 TujuanPenelitian ............................................................................. 1.3.1 TujuanUmum .......................................................................... 1.3.2TujuanKhusus........................................................................... 1.4 ManfaatPenelitian ..........................................................................
1 1 3 3 3 4 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5 2.1PengertianLimbahIndustri................................................................ 5 2.2KlasifikasiLimbahIndustri ............................................................... 5 2.3DefenisiPembangkitListrikTenagaUap (PLTU) ............................. 7 2.4LimbahPembangkitListrikTenagaUap (PLTU) ............................... 11 2.4.1LimbahPadat PLTU ................................................................. 11 2.4.1.1 SumberLimbahPadat ....................................................... 11 2.4.1.2 KarateristikLimbahPadat ................................................. 12 2.4.1.3 PengolahanLimbahPadat ................................................. 13 2.4.1.4PersyaratanPengumpulandanPenyimpananLimbah B3....14 2.4.1.5 DampakLimbahPadat ...................................................... 16 2.4.2 LimbahCair PLTU ................................................................. 17 2.4.2.1 SumberLimbahCair ......................................................... 17 2.4.2.2 KarateristikLimbahCair ................................................... 18 2.4.2.3 Parameter LimbahCair..................................................... 19 2.4.2.4 PengolahanLimbahCair ................................................... 21 2.4.2.5 DampakLimbahCair ........................................................ 24 2.4.3 Limbah Gas PLTU ................................................................. 25 2.4.3.1 SumberLimbahGas .......................................................... 25
Universitas Sumatera Utara
2.4.3.2 KomposisiLimbahGas ..................................................... 2.4.3.3 Parameter LimbahGas ..................................................... 2.4.3.4 PengolahanLimbah Gas ................................................... 2.4.3.5 DampakLimbah Gas ....................................................... 2.5 KerangkaKonsep .........................................................................
26 26 26 29 31
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 3.1 JenisPenelitian ............................................................................. 3.2 LokasidanWaktuPeelitian ............................................................ 3.2.1 LokasiPenelitian ................................................................. 3.2.2 WaktuPenelitian ................................................................. 3.3 ObjekPenelitian ........................................................................... 3.4 MetodePengumpulan Data ......................................................... 3.4.1 Data Primer ....................................................................... 3.4.2 Data Sekunder .................................................................... 3.5 DefenisiOperasional .................................................................... 3.6 AspekPengukuran ........................................................................ 3.7 Analisis Data ..............................................................................
32 32 32 32 32 32 33 33 33 33 35 36
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 4.1 GambaranUmum Perusahaan ..................................................... 4.1.2 StrukturOrganisasi ........................................................... 4.2 HasilPenelitian............................................................................. 4.2.1 JumlahLimbah Yang Dihasilkan........................................ 4.2.2 KarateristikPetugas Yang MenanganiPengolahan Limbah ............................................................................... 4.2.2.1 UmurResponden .................................................. 4.2.2.2 JenisKelamin........................................................ 4.2.2.3 Tingkat Pendidikan .............................................. 4.2.2.4 Lama Bekerja ....................................................... 4.2.2.5 TindakanResponden............................................. 4.2.3 SaranaPengolahanLimbah.................................................. 4.2.4 Proses PengolahanLimbah ................................................. 4.2.4.1 LimbahPadat ........................................................ 4.2.4.2 LimbahCair .......................................................... 4.2.4.3 Limbah Gas .......................................................... 4.2.5 KarakteristikBangunan/TempatPenyimpananKemasan Bekas B3 ............................................................................ 4.2.6 KualitasLimbahCair ........................................................... 4.2.7 KualitasEmisi .....................................................................
37 37 38 38 38
BAB V
PEMBAHASAN ............................................................................... 5.1 JumlahLimbah Yang Dihasilkan ................................................. 5.2 KarateristikPetugas Yang MenanganiPengolahanLimbah .......... 5.3 SaranaPengolahanLimbah ........................................................... 5.4 Proses PengolahanLimbah...........................................................
39 39 39 39 40 41 42 44 44 44 48 50 51 52 54 54 54 57 59
Universitas Sumatera Utara
5.4.1 PenangananLimbahPadat................................................. 5.4.2 PengolahanLimbahCair ................................................... 5.4.3 PengolahanLimbah Gas ................................................... 5.5 KarakteristikBangunan/TempatPenyimpananKemasan Bekas B3...................................................................................... 5.6 KualitasLimbahCair .................................................................... 5.7 KualitasEmisi ..............................................................................
59 61 62 62 63 64
BAB VI Kesimpulandan Saran ..................................................................... 65 6.1 Kesimpulan.................................................................................. 65 62 Saran ........................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67 LAMPIRAN ........................................................................................................ 70
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 DistribusiRespondenBerdasarkanKelompokUmur PadaPetugas Yang MenanganiPengolahanLimbah di PLTU LabuhanAnginTahun 2015 ............................................... 39 Tabel 4.2 DistribusiRespondenBerdasarkan Tingkat Pendidikan PadaPetugas Yang MenanganiPengolahanLimbah di PLTU LabuhanAnginTahun 2015 .............................................. 40 Tabel 4.3 DistribusiRespondenBerdasarkan Lama Bekerja PadaPetugas Yang MenanganiPengolahanLimbah di PLTU LabuhanAnginTahun 2015 ............................................... 40 Tabel 4.4 DistribusiRespondenBerdasarkanPertanyaanPadaKuesioner PadaPetugas Yang MenanganiPengolahanLimbah di PLTU LabuhanAnginTahun 2015 ............................................... 41 Tabel 4.5 DistribusiRespondenBerdasarkanTindakanDalamMenangani LimbahPadaPetugas Yang MenanganiPengolahanLimbah di PLTU LabuhanAnginTahun 2015 ............................................... 42 Tabel 4.6 Data HasilPengukuranKualitasLimbahCair PLTU LabuhanAnginTahun 2015.................................................... 52 Tabel 4.7 Data HasilPengukuranKualitasLimbahCair PLTU LabuhanAnginTahun 2015.................................................... 53
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. PrinsipKerja PLTU .......................................................................
8
Gambar 2. KerangkaKonsep ............................................................................ 31 Gambar 3. SkemaPenanganan fly ash............................................................... 44 Gambar 4. SkemaWaste Water Treatment Plant (WWTP) ............................ 47 Gambar 5. SkemaCoal Waste Water Treatment Plant (CWWTP).................. 48 Gambar 6. SkemaPengolalahanEmisi.............................................................. 50
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
LembarObservasiPenelitian ...................................................... 67
Lampiran 2.
KuesionerPenelitian .................................................................. 74
Lampiran 3.
KeputusanKa. Bapedal No. 1 Tahun 1995 ............................... 75
Lampiran 4.
Lampiran I dan II Permen LH No.08 tahun 2009 .................... 77
Lampiran 5.
Lampiran I B Permen LH No.09 tahun 2001 ........................... 79
Lampiran 6.
Data HasilPengukuranLimbahCair ........................................... 80
Lampiran 7.
Data HasilPengukurankualitasEmisi ......................................... 82
Lampiran 8.
StrukturOrganisasi .................................................................... 83
Lampirna 9.
Pengolahan Data SPSS ............................................................. 84
Lampiran 10. PermohonanIzinSurveiPendahuluan ......................................... 89 Lampiran 11. PermohonanIzinPenelitian/Riset ............................................... 90 Lampiran 12. Surat Keterangan dari PLTU LabuhanAngin ............................ 91 Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 92
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Labuhan Angin menghasilkan limbah yang diklasifikasikan menjadi limbah padat berupa abu sebanyak 3 45ton/hari/unit operasi, limbah cair yang dihasilkan dengan debit 60 M /jam dan limbah gas yang berupa emisi gas SO x, NOx dan partikulat. Limbah ini menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis gambaran pengolahan limbah pada PLTU Labuhan Angin. Jenis penelitian ini adalah survei bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan lembar observasi, observasi langsung, dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah abu yang dihasilkan dibuang ke landfill terbuka dengan pelapis High Density Polyethylene (HDPE) yang kedap air. Petugas pengolah limbah sebagian besar memiliki tindakan yang baik dalam menangani limbah. Sarana pengolahan limbah cair dan gas pada PLTU Labuhan Angin sudah memenuhi syarat sehingga limbah yang dihasilkan tidak ada yang melebihi baku mutu yang ditetapkan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengolahan limbah PLTU Labuhan Angin sudah memenuhi syarat. Disarankan agar parameter yang sudah memenuhi baku mutu tetap dipertahankan, melakukan pengukuran kecepatan alir emisi, dan memberikan pelatihan kepada petugas pengolah limbah yang memiliki tindakan yang sedang dan kurang dalam menangani limbah. Kata Kunci : Pengolahan Limbah, Limbah Padat, Limbah Cair, Limbah Gas, Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Steam power plant Labuhan Angin producing waste that is classified into solid waste such as ash with quantity 45 tons / day / unit operation, liquid waste generated by the discharge of 60 M 3 / hr and gas waste in the form of the emission of SOx, NOx and particulates. This waste impacts to human health and the environment. The aims of this study is to identify and analyze the representative on the sewage treatment plant Labuhan Angin. This study was a descriptive survey. Data collection methods is done through interview using observation sheets, observation, and questionnaires. The results showed that the ash was generated dumped to opened landfill with layering High Density Polyethylene (HDPE) which is impermeable. Personnel who handle the waste mostly has good action in handling the waste. Wastewater treatment dan waste gas facilities at Labuhan Angin power plant has qualified so there is no waste generated parameter does not exist that exceed quality standards established. The conclusion from this study is the processing of waste treatment in Labuhan Angin Power Plant has qualified. It is recommended that parameter already qualified the quality standards can be sustained , measuring the flow rate of emissions, and providing training to personnel who handle the waste that has a medium and lower behavior in handling waste. Keywords: Waste Treatment, Solid Waste, Liquid Waste, Gas Waste, Power Plant
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak revolusi industri abad ke-18 telah terjadi perubahan tatanan ekonomi masyarakat dunia, dari sistem agraris menjadi sistem industrialisasi yang berbasis pada teknologi yang membutuhkan bahan bakar minyak bumi, gas dan batubara. Proses industri semacam ini menghasilkan produk samping serta limbah yang dibuang ke lingkungan (Kristanto, 2013). Salah satu industri yang menghasilkan limbah adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) (Kristanto, 2013). PLTU merupakan pembangkit listrik yang mengandalkan energi dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar batubara, minyak atau gas sebagai sumber energi primer (Marsudi, 2005). Selain menghasilkan listrik yang bermanfaat bagi manusia, PLTU berbahan bakar batubara juga menghasilkan aneka limbah yang dapat mencemari lingkungan. Proses pembakaran batubara pada unit pembangkit uap( boiler ) menghasilkan dua jenis abu yaitu abu terbang ( fly ash) danabu dasar (bottom ash). Komposisi abu batubara yang dihasilkanterdiri dari 10 - 20 % abu dasar, sedang sisanya sekitar 80 - 90 %berupa abu terbang.Beberapa logam berat juga terkandung dalam abu batubara seperti Cu, Pb, Zn, Cd, dan Cr (Munir, 2008). Hasil analisis pada PLTU 50 MWatt dengan bahan bakar batubara sebanyak 210,1 ton/hari dihasilkan limbah padat berupa abu layang sebanyak
Universitas Sumatera Utara
1.7284,65 kg (Megasari, K., dkk., 2008). Limbah abu ini mengandung unsur toksik dan berpotensi besar menjadi masalah lingkungan, bahkan Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) telah menetapkannya ke dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (Lestiani, DD., dkk, 2010). Kegiatan operasi PLTU batubara juga menghasilkan limbah cair yang secara umum tergolong zat pencemar dengan kriteria yang bersifat fisika dan kimia termasuk kandungan unsur logam dan minyak (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007).
Menurut laporan Sprint Consultant (2014), hasil
pemantauan pH air PLTU Paiton pada inletwaste water treatment plant (WWTP) periode Mei 2014 adalah 10,43. PLTU batubara juga menghasilkan limbah gas yang dapat menimbulkan emisi pencemaran udara. Emisi yang dihasilkan terdiri dari SO x, NOx, COx, dan partikel debu yang mengandung unsur radioaktif (Iswan, 2010). Gas SO 2 di udara bereaksi dengan uap air atau larut pada tetesan air membentuk H 2SO4 yang merupakan komponen utama dari hujan asam. Dengan cara yang sama, NO x diudara bereaksi dengan uap air atau larut pada tetesan air membentuk HNO 3 yang juga merupakan komponen utama dari hujan asam (Mulia, 2005). Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin merupakan salah satu penyuplai listrik yang berada di wilayah Desa Tapian Nauli 1, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Bahan bakar PLTU Labuhan Angin menggunakan batubara
(Togu,
2014).
Menurut
Herni,
dkk
(2009),
prediksi
emisi
Universitas Sumatera Utara
CO2berdasarkan konsumsi batubara di PLTU Labuhan Angin 115 MW dengan nilai efesiensi 35% dan laju alir batubara 70 ton/jam dihasilkan CO 2 sebanyak 103 ton/hari. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa PLTU Labuhan Angin menghasilkan ash sebanyak 45 ton/hari/uni operasi. Abu (ash) ini belum dilakukan pengolahannya. Saat ini pemanfaatan abu yang dihasilkan PLTU Labuhan angin sedang dalam tahap menjalin kerjasama dengan pihak ketiga . Upaya menjaga kesehatan lingkungan memerlukan pengolahan limbah yang tepat sehingga limbah yang dibuang ke lingkungan sesuai dengan baku mutu yang telah di tetapkan.Berdasarkan pemaparan di atas, penulis bermaksud untuk melakukan analisispengolahan limbah pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah. 1.2 Rumusan Masalah
Proses pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara menghasilkan limbah padat meliputi fly ash dan bottom ash, limbah cair meliputi 4-
perubahan pH air, TSS, Cl 2, Cr 2, Cu, Fe, Zn, PO , SO 4
(2-)
, salinitas, minyak dan
lemak, dan limbah gas berupa SO 2, NO2, dan total partikulat. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis pengolahan limbah pada PLTU Labuhan Angin tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengolahan limbah pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Labuhan Angin dan mengetahui kualitas limbah setelah diolah serta membandingkannya dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jumlah limbah padat, limbah cair dan limbah gas yang dihasilkan dari kegiatan operasional PLTU Labuhan Angin 2. Untuk mengetahui karakteristik petugas yang menangani pengolahan limbah di PLTU Labuhan Angin. 3. Untuk mengetahui sarana pengolahan limbah padat, limbah cair dan gas yang ada di PLTU Labuhan Angin. 4. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah padat, limbah cair dan gas yang ada di PLTU Labuhan Angin. 5. Untuk mengetahui karakteristik bangunan/tempat
penyimpanan kemasan
bekas bahan berbahaya dan beracun (B3). 6. Untuk menganalisis data hasil pengukuran kualitas limbah cair meliputi pH, TSS, Cl2, Cr, Cu, Fe, Zn, SO 4
(2-)
-4
, PO , temperatur, salinitas, minyak dan lemak
7. Untuk menganalisis data hasil pengukuran emisi berupa SO 2, NO2, total partikulat, dan opasitas. 1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada petugas yang menangani pengolahan limbah tentang dampak yang ditimbulkan dari limbah yang ditangani. 2. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam hal penanganan limbah industri khususnya PLTU. 3. Sebagai bahan informasi kepada pembaca tentang pengolahan limbah PLTU berbahan bakar batubara.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengertian Limbah L imbah Industri
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis (Kristanto, 2013). 2013). Menurut Menurut Palar (2004),
limbah industri industri adalah semua jenis jenis
bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia. 2.2 Klasifikasi Limbah Industri
Menurut Setiawan (2015), berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan, limbah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair dan gas.Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan industri antara lain: 1.
Limbah padat Limbah padat industri menurut Kristanto (2013) secara garis besar
diklasifikasikan menjadi limbah padat yang mudah terbakar, limbah padat yang tidak mudah terbakar, limbah padat yang mudah membusuk, debu, lumpur, dan limbah yang dapat di daur ulang.PLTU menghasilkan sisa pembakaran berupa bottom ash) ash) dan abu terbang ( fly ash) ash) (Lestiani, dkk, limbah padat abu dasar ((bottom 2010). Adapun Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah : a. Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun) diantaranya lumpur, boiler ash, ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare part alat alat berat, sarung
Universitas Sumatera Utara
tangan, dan sebagainya. b. Limbah padat B3 (bahan berbahaya dan beracun) diantaranya bahan radioaktif, catridge, minyak, dan sebagainya (Marbun, 2008). bahan kimia, toner catridge, Menurut PP No. 18 tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau
merusakkan
lingkungan
hidup,
dan/atau
dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Limbah yang termasuk sebagai limbah B3 apabila memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut : a. mudah meledak b. mudah terbakar c. bersifat reaktif d. beracun e. menyebabkan menyebabkan infeksi dan f. bersifat korosif 2. Limbah cair Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair industri adalah bahan kimia, hasil pelarut, air bekas produksi, oli bekas, dll (Setiawan, 2015). Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara dapat diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses
Universitas Sumatera Utara
operasi, sisa atau bekas minyak berupa oli bekas dan ceceran minyak (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007). 3.
Limbah gas Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) buangan) yang berwujud gas (Setiawan,
2015). Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan. (Sumantri, 2013). Jenis bahan pencemar yang paling sering dijumpai ialah karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO 2), sulfur dioksida (SO2), komponen organik terutama hidrokarbon, dan substansi partikel (Darmono, 2001). Limbah gas dan partikel adalah limbah yang dibuang ke udara. Jenis industri yang menjadi sumber pencemaran udara (Kristanto, 2013) yaitu : industri besi dan baja, industri semen, industri kendaraan bermotor, industri pupuk, industri aluminium, industri pembangkit tenaga listrik, industri kertas, industri kilang minyak, dan industri pertambangan. pertambangan. 2.3 Defenisi Pembangkit Pembangkit Litrik Litrik Tenaga Uap Uap (PLTU)
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar batubara, minyak atau gas sebagai sumber energi primer (Marsudi, 2005). Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), merupakan salah satu andalan pembangkit tenaga listrik yang merupakan jantung untuk kegiatan industri. Salah satu bahan bakar yang digunakan adalah batubara. Konsep dasar dari PLTU
Universitas Sumatera Utara
batubara ini adalah batubara sebagai bahan bakar utama harus disediakan dengan kualifikasi tertentu untuk jangka waktu lama (Sukandarrumidi, 2006). Prinsip kerja PLTU batubara secara umum adalah sebagai berikut (Nursyahid, 2013):
Gambar 1. Prinsip Kerja PLTU
Keterangan gambar : 1. Cooling tower 2. Cooling water pump 3. Transimission line 3 phase 4. Transformer 3-phase 5. Generator Listrik 3- phase 6. Low pressure turbine 7. Boiler feed pump 8. Condenser 9. Intermediate pressure turbine 10. Steam governor valve 11. High pressure turbine 12. Deaerator 13. Feed heater 14. Conveyor batubara
15. Penampung batubara 16. Pemecah batubara 17. Tabung Boiler 18. Penampung abu batubara 19. Pemanas 20. Forced draught fan 21. Preheater 22. combustion air intake 23. Economizer 24. Air preheater 25. Precipitator 26. Induced air fan 27. Cerobong
Universitas Sumatera Utara
Prinsip kerja : 1.
Batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara dengan conveyor (14) kemudian dihancurkan dengan thepulverized fuel mill (16) sehingga menjadi tepung batubara.
2.
Kemudian batubara halus tersebut dicampur dengan udara panas(24) oleh forced draught fan(20) sehingga menjadi campuran udara panas dan bahan bakar (batu bara).
3.
Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batu bara disemprotkan kedalam boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti semburan api.
4.
Kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada dinding boiler, air tersebut akan dimasak dan menjadi uap, dan uap tersebut dialirkan ke tabung boiler(17) untuk memisahkan uap dari air yang terbawa.
5.
Selanjutnya uap dialirkan ke superheater (19) untuk melipatgandakan suhu dan tekanan uap hingga mencapai suhu 570°C dan tekanan sekitar 200 bar yang meyebabkan pipa ikut berpijar merah.
6.
Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi ini, menjadi sumber tenaga turbin tekanan tinggi(11) yang merupakan turbin tingkat pertama dari 3 tingkatan.
7.
Untuk mengatur turbin agar mencapai set point , kita dapat menyeting steam governor valve (10) secara manual maupun otomatis.
8.
Suhu dan tekanan uap yang keluar dari turbin tekanan tinggi (11) akan sangat berkurang drastis, untuk itu uap ini dialirkan kembali ke boiler reheater (21) untuk meningkatkan suhu dan tekanannya kembali.
Universitas Sumatera Utara
9.
Uap yang sudah dipanaskan kembali tersebut digunakan sebagai penggerak turbin tingkat kedua atau disebut turbin tekanan sedang (9), dan keluarannya langsung digunakan untuk menggerakkan turbin tingkat 3 atau turbin tekanan rendah (6).
10. Uap keluaran dari turbin tingkat 3 mempunyai suhu sedikit diatas titik didih, sehingga perlu dialirkan ke condensor (8) agar menjadi air untuk dimasak ulang. 11. Air tersebut kemudian dialirkan melalui deaerator (12) oleh feed pump (7) untuk dimasak ulang. Awalnya dipanaskan di feed heater (13) yang panasnya bersumber dari high pressureset , kemudian ke economizer (23) sebelum dikembalikan ke tabung boiler (17). 12. Air pendingin dari condensor akan disemprotkan kedalam cooling tower (1) , dan inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada cooling tower . kemudian air yang sudah agak dingin dipompa balik ke condensor sebagai air pendingin ulang. 13. Ketiga turbin di gabung dengan shaft yang sama dengan generator 3 phase(5). Generator ini kemudian membangkitkan listrik tegangan menengah (20-25kV). 14. Dengan menggunakan transformer 3phase(4) , tegangan dinaikkan menjadi tegangan tinggi berkisar 250-500 kV yang kemudian dialirkan ke sistem transmisi 3 phase.
Universitas Sumatera Utara
15. Sedangkan gas buang dari boiler diisap oleh kipas pengisap(26) agar melewati electrostatic precipitator (25) untuk mengurangi polusi dan kemudian gas yang sudah disaring akan dibuang melalui cerobong(27). 2.4 Limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Batubara dan minyak merupakan bahan bakar utama untuk menghasilkan tenaga listrik. Banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan bahan bakar tersebut, yaitu biayanya relatif murah dan mudah didapatkan karena produknya berlimpah. Di lain pihak, batubara ini dapat menimbulkan masalah serius dalam lingkungan (Darmono, 2001). 2.4.1
Limbah Padat PLTU
2.4.1.1 Sumber Limbah Padat
Sumber limbah padat yang dihasilkan dari pengoperasian PLTU batubara Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (2007) : a. selama penampungan dan pemindahan batubara menghasilkan debu batubara, b. sisa
pembakaran
batubara
yang
terbawa
bersama-sama
gas
buang
menghasilkan abu terbang ( fly ash), c. sisa pembakaran batubara yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran, menghasilkan abu dasar (bottom ash), d. di dasar kolam pengendapan, air larian permukaan, lapangan penumpukan
batubara, dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya terkumpul endapan lumpur (sludge).
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.2 Karakteristrik Limbah Padat
PLTU berbahan bakar batubara biasanya menghasilkan limbah padat dalam bentuk abu. Abu batubara yang merupakan limbah dari proses pembangkit tenaga listrik tersebut dapat berupa abu terbang, abu dasar dan lumpur flue gas desulfurization (Samijo, 2010). Limbah B3 yang dihasilkan oleh pembangkit antara lain : fly ash, bottom ash, sludge cake (lumpur dari IPAL), oli bekas , bahan terkontaminasi, glasswool , serta limbah laboratorium yang berupa botol kemasan bahan kimia dan bahan kimia kadaluwarsa (Sprint Consultan, 2014). Jumlah abu batubara yang dihasilkan per hari dapat mencapai 500 - 1000 ton (Samijo, 2010). Partikulat debu melayang (fly ash) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan (Pasaribu, 2010). 2.4.1.3 Pengolahan Limbah Padat
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut: 1. Pemisahan Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran dan kandungan bahan tertentu. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a. Sistem Balistik : pemisahan cara ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang lebih seragam, misalnya atas berat dan volumenya.
Universitas Sumatera Utara
b. Sistem Gravitasi : pemisahan dilakukan berdasarkan gaya beratnya, misalnya terhadap bahan yang terapung dan bahan yang tenggelam dalam air yang karena gravitasi akan mengendap. c. Sistem Magnetis
: bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada
magnet yang terdapat pada peralatan sedangkan yang tidak mempunyai akan langsung terpisah. 2. Penyusutan Ukuran Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen sehingga mempermudah pemberian perlakuan terhadap pengolahan berikutnya, dengan maksud antara lain : a. Ukuran bahan menjadi lebih kecil b. Volume bahan lebih kecil c. Berat dan volume bahan lebih kecil 3. Pengomposan, bahan kimia yang terdapat di dalam limbah diuraikan secara biokoimia. 4. Pembuangan limbah.
Limbah dapat dibuang di laut maupun di darat ( sanitary landfill ). Pembuangan ke laut harus memperhatikan pemanfaatan laut oleh masyarakat di sekitar tempat pembuangan juga memperhatikan kedalaman laut. Hendaknya lokasi yang ditetapkan adalah lokasi yang benar-benar tidak ekonomis (nonekonomis) untuk kepentingan apapun (Kristanto, 2013). Limbah padat yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, d iperlukan cara pengolahan yang lebih spesifik (Mulia, 2005). Pengolahan limbah B3 dapat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan cara thermal dengan mengoperasikan insinerator dengan speksifikasi sesuai dengan karakteristik dan jumalah limbah B3 yang diolah, dapat memenuhi efisiensi pembakaran minimal 99,99% dan efisiensi penghancuran dan penghilangan. Hirarki pengelolaan limbah B3 dimaksudkan agar limbah B3 yang dihasilkan masing-masing unit produksi sesedikit mungkin dan bahkan diusahakan sampai nol, dengan mengupayakan reduksi pada sumber dengan pengolahan
bahan,
subtitusi
bahan,
pengaturan
operasi
kegiatan,
dan
digunakannya teknologi bersih. Bilamana masih menghasilkan limbah B3 maka diupayakan pemanfaatan limbah B3 (PP RI No. 18 tahun 1999). 2.4.1.4 Persyaratan Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah B3 :
1. Tata cara penyimpanan kemasan limbah B3 : a. Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani. b. Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas
kendaraan
pengangkut
( forklift )
disesuaikan
dengan
kelayakan
pengoperasiannya. c. Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap
Universitas Sumatera Utara
palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak. d. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter. e. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan secara terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan yang sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain. 2. Persyaratan bangunan tempat penyimpanan kemasan limbah B3 a. memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan; b. terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung; c. dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan; d. memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yangmemadai untuk operasional penggudangan atau inspeksirutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu peneranganharus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengansakelar (stop contact ) harus terpasang di sisi luar bangunan;
Universitas Sumatera Utara
e. dilengkapi dengan sistem penangkal petir; f. pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai dengan tata cara yang berlaku. 3. Persyaratan Lokasi Pengumpulan Limbah B3 a. Luas tanah termasuk untuk bangunan penyimpanan dan fasilitas lainnya sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar; b. Area secara geologis merupakan daerah bebas banjir tahunan; c. Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu. Jarak terdekat yang diperkenankan adalah:
150 meter dari jalan utama atau jalan tol; 50 meter dari jalan lainnya;
300 meter dari fasilitas umum seperti daerah pemukiman, perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan, fasilitas pendidikan, dll.
300 meter dari perairan seperti garis pasang tertinggi laut, badan sungai, daerah pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air, sumur penduduk, dll.
300 meter dari daerah yang dilindungi seperti cagar alam, hutan lindung, kawasan suaka, dll (Keputusan Kepala Bapedal No. 1 tahun 1995).
2.4.1.5 Dampak Limbah Padat
1. Terhadap lingkungan a. Dampak menguntungkan Limbah batubara mempunyai potensi untuk dimanfaatkan salah satunya sebagai sumber beberapa hara mikro pada tanah ampas (Lestiani, dkk 2010).
Universitas Sumatera Utara
b. Dampak merugikan Partikel debu dengan diameter > 10 μm biasanya jatuh ke permukaan tanah. Peningkatan kadar debu terbang ( fly ash) diperkirakan dapat mengganggu/ menurunkan produktifitas usaha perkebunan yang terdapat di sekitar lokasi proyek (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007). 2. Terhadap manusia a. Dampak menguntungkan Abu dari PLTU yang tertampung dapat dijual untuk kebutuhan di pabrik semen atau pada pembuatan paving block (Iswan, 2010). b. Dampak merugikan Abu dasar dan abu terbang PTLU mengandung unsur toksik seperti arsen (As) dan kromium (Cr) pada dan berpotensi besar menjadi masalah lingkungan (Lestiani, dkk , 2010). Arsen adalah racun yang bekerja dalam protoplasma sel secara umum. Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi di dalam tubuh tersimpan dalam hati, ginjal, dinding saluran pencernaan, limfa, dan paru (Darmono, 2001). 2.4.2
Limbah Cair PLTU
2.4.2.1 Sumber Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada, pula bahan baku yang mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya, air tersebut harus dibuang (Kristanto, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 08 tahun 2009, air limbah dari usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal bersumber dari: proses utama, kegiatan pendukung dan kegiatan lain yang menghasilkan oily water. Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersurnber dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan logam, blowdown cooling tower, blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant. Kegiatan pendukung meliputi kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatan fasilitas desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem seawater scrubber. 2.4.2.2 Karakteristik Limbah Cair
Air buangan dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel, baik yang larut maupun mengendap. Kerap kali air buangan pabrik berwarna keruh dan bersuhu tinggi. Air limbah yang tercemar mempunyai ciri yang dapat diidentifikasi secara visual lewat kekeruhan, warna, rasa, bau, yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Secara laboratorium, limbah cair ditandai dengan peruabahan sifat kimia air, dimana air telah mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam konsentrasi yang telah melampauhi batas Kristanto (2013). Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara menurut Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (2007) dapat diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak). Limbah cair tersebut secara umum
Universitas Sumatera Utara
tergolongzat pencemar dengan kriteria yang bersifat fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur logam dan minyak). 2.4.2.3 Parameter Limbah Cair
Menurut Sumantri (2013), dalam air limbah terdapat beberapa parameter yang perlu untuk diketahui. Beberapa parameter ini diantaranya : 1.
Biochemical Oxygen Demand (BOD) (BOD) Biochemical Oxygen Demand (BOD) (BOD) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau miligram/liter (mg/L) yang diperlukan untuk menguraikan benda organik o
oleh bakteri pada suhu 20 C selama 5 hari. Biasanya hanya dalam waktu 5 hari, sebanyak 60-70% kebutuhan terbaik karbon dapat tercapai. 2.
Chemical Oxygen Demand (COD) (COD) Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan jumlah total oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik biodegredable)) maupun yang yang dapat didekomposisi secara biologis ((biodegredable nonbiodegredable). sukar didekomposisi secara biologis ((nonbiodegredable ). Oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi mengoksidasi air sampel.
3.
Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen) Oxygen ) Oksigen Terlarut (Disolved (Disolved Oxygen) Oxygen ) adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan mg/L. Semakin besar oksigen terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran semakin kecil.
4.
Kesadahan
Universitas Sumatera Utara
Kesadahan adalah gambaran kation logam divelansi (valensi 2) yang terdapat dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan (presipitas) maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam. lo gam. 5.
Seattleable Solid Adalah lumpur yang mengendap degan sendirinya pada kondisi yang tenang selama satu jam secara gaya beratnya sendiri.
6.
TSS ( Total Suspended Solid) Adalah jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Suspended Solid (material tersuspensi) tersuspensi) dapat dapat dibagi menjadi menjadi zat padat dan koloid. Selain suspended solid ada juga istilah dissolved solid (padatan terlarut).
7.
MLSS ( Mixed Liquor Suspendid Solid ) MLSS adalah jumlah TSS yang berasal dari pengendap lumpur aktif setelah o
o
dipanaskan pada suhu 103 - 105 C. 8.
Mixed Liquor Volatile Volatile Suspendid Solid Solid )) MLVSS ( Mixed MLVSS adalah kandungan organicmatter yang terdapat dalam MLSS. o
Didapat dari pemanasan MLSS pada suhu 600 C. Benda volatile volatile menguap disebut MLVSS. 9.
Kekeruhan (Turbidy) Turbidy)
Universitas Sumatera Utara
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid dalam air. 2.4.2.4 Pengolahan Limbah Cair
Mulia (2005), pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi. Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada instalasi pengolahan air limbah/IPAL ( Waste Water Treatment Plant/ WWTP). Berdasarkan karakteristik dari limbah, proses proses pengolahan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu proses fisika, kimia, dan biologi (Kristanto, 2013) : 1.
Proses fisika Perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika adalah proses
pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan kimia. Proses tersebut diantaranya adalah : a. Penyaringan, Penyaringan, agar padatan yang larut dan dan bahan kasar lainnya terpisah. terpisah. b. Penghancuran, agar padatan yang larut menjadi butir yang lebih kecil dan seragam. c. Perataan air, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perataan aliran dengan mengubah sistem saluran dan dengan membuat kolam. Tujuan daripada kedua cara ini adalah agar terdapat keseragaman aliran pada saat terjadi percampuran dengan bahan kimia, sehingga memudahkan pengolahan lanjut.
Universitas Sumatera Utara
d. Penggumpalan Partikel yang tak larut di dalam air akan terapung di atas permukaan air atau membentuk endapan di dasar wadah. Penambahan zat kimia tertentu membuat partikel ini akan beraksi membentuk suatu gumpalan sehingga dimensi partikel menjadi lebih besar dan karena pengaruh gravitasi maka partikel tersebut akan mengendap. Bahan kimia yang digunakan untuk penggumpalan, misalnya aluminum sulfat atau ferro sulfat. Untuk mempercepat reaksi pada umumnya diguankan bantuan pengaduk yang kecepatannnya dapat diatur. e. Sedimentasi, untuk mengendapkan bahan lain yang tidak ikut bereaksi. f. Pengapungan Dalam proses ini digunakan bantuan pompa kompresor untuk memasukkan udara ke dalam air tujuannya agar bahan-bahan lemak dan minhyak dengan cepat naik ke permukaan air. Pemasukan udara ke dalam air akan menciptakan gelembung-gelembung yang melekat pada suatu partikel dan dibawa naik ke permukaan air. g. Filtrasi Merupakan proses penyaringan padatan halus yang tidak mengendap walaupun sudah ditambah bahan kimia. Penyaringan ini menggunakan media seperti pasir, kerikil dan karbon aktif. 2. Proses Kimia a. Pengendapan dengan bahan kimia. Bahan pencemar yang dapat dikurangi atau dihilangkan adalah :
Universitas Sumatera Utara
- fosfat terlarut dapat direduksi jika konsentrasinya kurang dari 1 mg/l dengan bahan aluminium feri sulfat. - Beberapa kalsium, magnesium, silica dapat dihilangkan dengan NaOH. - Beberapa logam berat dapat dihilangkan dengan kapur (lime) - Pengurangan bakteri virus dapat dicapai dengan kapur pada kondisi pH 10,5-11,5 dengan cara penggumpalan dan sedimentasi. b. Proses dengan lagon Lagon atau kolam sering diguakan sebagai
reactor biological . Lagon
dilengkapi dengan peralatan aerasi baik secara alamiah, atau memberikan udara dengan menggunakan kompresor jika dalam kolam tumbuh algae. c. Netralisasi Air limbah yang terdapat dalam kondisi asam atau basa membutuhkan netralisasi sebelum dan sesudah perlakuan ( treatment ). d. Sedimentasi Proses ini menggunakan bantuan koagulan (zat pengendap). Tujuan utama proses sedimentasi melalui proses kimia adalah untuk menghilangkan padatan tersuspensi. e. Oksisdasi dan reduksi f. Klorinasi g. Oksidasi phenol dan sulfur 3. Proses bilogi
Universitas Sumatera Utara
a. Pengolahan cara anaerob, melalui reactor aerobik yang berfungsi untuk mengubah bahan organik menjadi air dan karbon dioksida dalam keadaan tersedia oksigen. b. Pengolahan cara anaerob, mengubah bahan organik dalam limbah cair tanpa ada oksigen.
4. Proses fisika-kimia-biologi Ada diantara bahan-bahan yang tidak dapat dihilangkan atau diendapkan dengan penambahan basa atau asam. Karena itu gabungan proses kimia-fisikabiologi amat dibutuhkan untuk meningkatkan efesiensi peralatan pengolahan. Proses kimia meliputi netralisasi, oksidasi, dan reduksi, pengendapan dengan bahan kimia tambahan untuk mengikat bahan pencemar kimia anorganik. Proses fisika menekankan pengolahan pada unsur fisik bahan pencemar, misalnya ukuran bahan yang terlalu kasar dan padat, bannyaknya minyak yang bercampur. 5. Pengolahan lanjut Seringkali proses pengolahan limbah pada proses fisika-kimia-biologi tidak memberikan hasil yang memuaskan. Proses lanjutan ini terdiri dari beberapa pilihan proses, yaitu : stripping udara, karbon aktif, absorbsi, dan regenerasi. Upaya pengolahan limbah cair PLTU yaitu dengan waste water treatment plant (WWTP). WWTP dirancang dan dibangun untuk menampung, memproses serta membuang limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik pembangkit saat beroperasi, termasuk luapan air limpasan dari areal penyimpanan batubara. Proses pengolahan diantaranya berlangsung melalui tahapan penambahan zat koagulan
Universitas Sumatera Utara
dilanjutkan pengadukan secara cepat, pengadukan lambat dan pengendapan, penyaringan, serta penyesuaian akhir kadar pH (Sprint Consultant, 2014). 2.4.2.5 Dampak Limbah Cair
1.
Terhadap lingkungan Pengoperasian PLTU juga akan menghasilkan bahan buangan (limbah)
cair yang jika tidak sempurna proses pengolahannya akan dapat mencemari badan air penerima. Jika limbah cair yang dibuang ke lingkungan sekitar tersebut tanpa proses pengolahan terlebih dahulu diperkirakan akan dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang akan berdampak langsung pada penurunan kepadatan dan kelimpahan, serta perubahan komposisi jenis biota akuatik. 2.
Terhadap manusia Kegiatan pemeliharaan dan pengecekan sistem kerja peralatan PLTU
dilakukan terhadap: boiler dan bag house (akan menghasilkan logam teroksidasi), peralatan balance of plant (akan menghasilkan logam dan ceceran oli), kolam penampung lindi, batubara dan oil water separator (akan menghasilkan padatan tersuspensi, logam dan ceceran oli). Hasil pemeliharaan peralatan ini apabila tidak terkelola dengan baik potensial untuk masuk ke dalam aliran air ke sungai sehingga meningkatkan kadar COD, padatan tersuspensi, minyak, dan logam berat di perairan umum (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007). Menurut Darmono (2001), minyak yang mencemari daratan dan terbawa arus air hujan atau air sungai dapat mencemari daerah panai dan berdampak serius terhadap sistem perekonomiann daerah sekitar pantai. Aktivitas para nelayan dan industri pariwisata akan sangat terganggu.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3
Limbah Gas PLTU
2.4.3.1 Sumber Limbah Gas
Menurut Kristanto (2013), pada dasarnya limbah gas industri bersumber dari penggunaan bahan baku, proses dan sisa-sisa pembakaran. Limbah yang terjadi disebabkan karena reaksi kimia, kebocoran gas, penghancuran bahanbahan, dan lain-lain. Pengoperasian PLTU yang membakar sejumlah batubara akan menghasilkan emisi yang dikeluarkan dari cerobong (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007). 2.4.3.2 Komposisi Limbah Gas
Pembakaran batubara akan menghasilkan sejumlah polutan berupa gas dan abu. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara yang berkapasitas 2 x 15 MW, prediksi jumlah abu yang dihasilkan sebanyak 358.298,61 mg/detik. 10% akan mengendap di tungku pembakaran berupa abu dasar ( bottom ash) dan sisanya berupa abu terbang ( fly ash) yang diemisikan melalui cerobong ke udara bebas (udara ambien). Pembakaran batubara juga menghasilkan CO 2 yang berperan dalam proses pemanasan global (Megasari, dkk, 2008). Apabila proses pembakaran batubara berlangsung tidak sempurna, akan timbul gas CO (Sukandarrrumidi, 2006). 2.4.3.3 Parameter Limbah Gas
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 21 Tahun 2008, parameter emisi yang diukur pada sumber tidak bergerak bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit tenaga listrik termal meliputi SO 2, NO2, tota
Universitas Sumatera Utara
3
lpartikulat, dan opasitas dengan baku mutu SO 2 adalah 750 mg/Nm , NO2 adalah 3
3
750 mg/Nm , total partikulat adalah 100 mg/Nm dan opasitas 20 %. 2.4.3.4 Pengolahan Limbah Gas
1. SOx Teknologi (Flue Gas Desulfurization ) FGD digunakan untuk mengurangi emisi SO2 yang dapat mencemari air hujan menjadi hujan asam. Ada dua tipe FGD yaitu FGD basah (Wet Limestone Scrubbing) dan FGD kering (Dry Limestone Scrubbing). Pada FGD basah, campuran air dan gamping (batu kapur) disemprotkan dalam gas buang. Cara ini dapat mengurangi emisi SO 2 sampai 7095 %. Kalsium karbonat (CaCO 3) dalam batu kapur diubah terlebih dahulu menjadi kalsium sulfit (CaSO3). SO2 yang diserap kemudian direaksikan dengan CaSO3 membentuk senyawa baru yaitu kalsium sulfat (CaSO 4) atau gypsum. FGD kering menggunakan campuran air dan batu kapur atau gamping yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Cara ini dapat mengurangi emisi SO 2 sampai 70-97 %. FGD kering menghasilkan produk sampingan gypsum yang bercampur dengan limbah lainnya (Sugiono, 2000). 2.
NOx Penelitian dan pengembangan untuk melakukan kendali terhadap
pencemaran NOx terutama ditujukan pada dua model kendali, yaitu : a. Modifikasi pembakaran dengan menurunkan jumlah NO x yang dihasilkan b. Menghilangkan NOx dari gas buang Semakin tinggi suhu pemabakaran, semakin banyak NO x dihasilkan. Rasio udara-bahan bakar yang lebih tinggi (kelebihan udara) akan menghasilkan NO x
Universitas Sumatera Utara
lebih sedikit, tetapi kelebihan udara pada konsentrasi tertentu akan mengencerkan gas-gas pembakaran sehingga menghasilkan suhu pembakaran yang lebih rendah, dan akibatnya akan terjadi penurunan konsentrasi NO x. Beberapa cara telah dilakukan untuk menguragi NO x yang diproduksi selama pembakaran : a. Metode pembakaran dua tahap, yaitu sebagian bahan bakar dibakar dengan udara dalam jumlah stoikiometrik lebih rendah dari yang tersedia sehingga oksigen yang tersedia tidak berlebih dan mengurangi produksi NO x. Pada tahap kedua, pembakaran dilanjutkan setelah injeksi udara ke dalam campuran. Menghilangkan panas di antara kedua tahapan tersebut, suhu dimana pembakaran terjadi pada keadaan kelebihan udara menjadi lebih rendah sehingga konsentrasi NO yang terbentuk juga berkurang. b. Resirkulasi gas buang kembali ke ruang bakar akan menurunkan suhu api dan menurunkan konsentrasi oksigen yang tersedia. Kedua hal ini mengakibatkan penurunan produksi NOx. c. Uap air atau air yang diinjeksikan ke dalam ruang bahan bakar juga dapat menurunkan suhu api dan mengurangi produksi NO x (Kristanto, 2013). 3. Partikel Debu Electrostatic precipitator (ESP) yang dipasang pada setiap boiler berfungsi untuk
memastikan bahwa partikel debu fly ash yang dihasilkan dari proses
pembakaran batubara dapat ditangkap oleh alat ini. ESP tersebut dirancang untuk mencapai efisiensi hingga 99% (Sprint Consultant, 2014). ESP atau pengendap udara electrostatik adalah suatu alat yang membersihkan partikel-partikel dari udara yang mengalir dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
suatu gaya yang diinduksikan. Alat ini mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya debu yang kering dengan ukuran rentang 0,3 - 40 mikron (Pasaribu, 2010). Menurut Mulia (2005) alat ini digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relative besar. Alat pengendap ini berupa tabung silinder yang di tengahnya dipasang kawat yang dialiri arus li strik. 2.4.3.5 Dampak Limbah Gas
1.
Terhadap lingkungan Analisis emisi udara pada PLTU 50 MWatt, diperoleh jenis emisi udara
NOx, SO x, CO dan CO 2, partikulat dan senyawa organik volatile (Megasari, dkk, 2008). Gas SO 2 dan SO3, apabila kontak dengan air akan membentuk asam sulfat (H2SO4) yang bersifat korosif dan dapat merusak instalasi tungku serta dapat membentuk kabut di atmosfer, sehingga mengakibatkan terjadinya hujan asam yang membahayakan kehidupan tanaman dan binatang.
Gas nitrogen oksida
apabila bereaksi dengan uap atau gas dari senyawa organik dengan bantuan sinar matahari akan menimbulkan kabut fotokimia (Sukandarrumidi, 2006). Peningkatan kadar debu di udara juga mengenai populasi fauna darat (terutama aves) yang berkurang atau menghilang dari kawasan PLTU dan wilayah terkena dampak debu (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007). Menurut Darmono (2001), partikel ukuran < 1μm dapat bertahan lama dan melayang di udara sehingga cukup lama dapat terbawa angin ke seluruh penjuru dunia.
Universitas Sumatera Utara
Kristanto (2013), partikel dengan diameter <1μm biasanya diklasifikasikan sebagai debu dan partikel ini cukup kecil untuk mengendap di tanah, tetapi berlaku sebagai aerosol.
2.
Terhadap manusia
a.
Dampak menguntungkan Iswan (2010), menyatakan bahwa hasil samping dari teknik FGD pada
PLTU yang dipakai untuk menekan gas SO 2 adalah gypsum sintetis yang senyawa kimianya sama dengan gypsum alam. Gipsum yang dihasilkan sangat bernilai ekonomis, karena dapat dimanfaatkan untuk keperluan bangunan. Gipsum ini dapat dibuat papan gipsum (gypsum board ) yang dipakai untuk plafon (langitlangit rumah), dinding penyekat ( partition board ) dan pelapis dinding (wall board ). b. Dampak merugikan Menurut Iswan (2010), batubara sebagai bahan bakar akan menimbulkan emisi berupa SO2, NO2, CO, CO2, VHC (Volatile Hydrocarbon) dan SPM (Suspended Particulate Matter ). SOx merupakan sumber gangguan paru-paru dan berbagai penyakit pernapasan. SO 2 dapat dideteksi dari baunya pada konsentrasi 3-5 ppm. Konsentrasi 20 ppm merupakan jumlah minimal SO 2 mengakibatkan iritasi pada mata; dan pada konsentrasi 400-500 ppm berbahaya walaupun kontak secara singkat (Kristanto, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Sukandarrumidi (2006) menjelaskan bahwa CO timbul sebagai akibat dari pembakaran batubara yang berlangsung tidak sempurna. Gas ini apabila terhisap oleh manusia melalui pernafasan akan bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga akan menghambat transfer oksigen yang pada akhirya membahayakan kehidupan manusia. Kedua bentuk NO x, yaitu NO dan NO 2 sangat berbahaya bagi manusia dan bahwa NO 2 empat kali lebih berbahaya dibandingkan NO. NO 2 bersifat racun terutama terhadap paru-paru Kristanto (2013). 2.5
Kerangka Konsep Limbah padat : KepKaBapedal No.1 / 1995
Sarana pengolahan limbah PLTU
Karakteristik petugas : Umur, JenisKelamin, Pendidikan, Masa kerja, Tindakan
1. Penanganan Limbah Padat - Penimbunan Abu - Penyimpanan Kemasan Bekas B3
Karakteristik Bangunan/ Tempat Penyimpanan Kemasan Bekas B3
2. Proses Pengolahan Limbah Cair - Waste water treatment plant (WWTP) - CWWTP 3. Proses Pengolahan Limbah Gas - Pengolahan Emisi
Memenuhi Syarat
Tidak memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat Kualitas limbah cair dan limbah gas Tidak memenuhi Syarat
Limbah cair : PerMen LH No.08 / 2009 Limbah gas : PerMen LH No.21 / 2008
Gambar 2. Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei bersifat deskriptif yang dilakukan dengan melakukan wawancara dan obsevasi lokasi penelitian untuk melakukan analisis pengolahan limbah pada PLTU Labuhuan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah. 3.2
Lokasi dan waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PLTU Labuhan Angin Kabupaten Tapanuli Tengah. Alasan pemilihan lokasi ini karena : 1. Limbah PLTU merupakan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang harus dikelola dengan baik sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan. 2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis pengelolaan limbah di PLTU Labuhan Angin. 3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulanApril sampai dengan bulan Juni tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
3.3
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sarana dan proses pengolahan limbah yang dilakukan di PLTU Labuhan Angin Kabupaten Tapanuli Tengah.
3.4
Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung terhadap objek penelitian, wawancara dengan pimpinan PLTU Labuhan Angin ataudengan pegawai di bidang pengolahan limbah atau lingkungandan melalui kuesioner yang akan diberikan kepada petugas/tenaga kerja yang menangani pengolahan limbah yang ada di PLTU Labuhan Angin untuk mengetahui karakteristikpetugas/tenaga kerja pengolah limbah tersebut. 3.4.2
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan semua data-data dari perusahaan, peraturan pemerintah, buku, dan jurnal yang berhubungan dengan pelaksanaan pengolahan limbah pada PLTU. 3.5
1.
Defenisi Operasional
Sarana pengolahan limbah adalahmedia atau alat yang digunakan dalam pengolahan limbah padat, cair dan gas pada PLTU.
2.
Petugas adalah tenaga kerja / staf yang menangani pengolahan limbah di PLTU Labuhan Angin.
Universitas Sumatera Utara
3.
Umur adalah usia responden yang dimiliki sejak lahir hingga dilakukan penelitian ini.
4.
Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden yang menangani pengolahan limbah.
5.
Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang dimiliki responden saat penelitian ini dilaksanakan.Tingkat pendidikan ini dibagi menjadi : a. Tingkat pendidikan rendah : yaitu petugas yang menangani pengolahan limbah yang tidak pernah duduk dibangku sekolah, tidak menyelesaikan SD, dan tamat SD. b. Tingkat pendidikan yang sedang : yaitu petugas yang menangani pengolahan limbah yang memiliki ijazah terakhir SLTP dan SLTA. c. Tingkat pendidikan tinggi : yaitu petugas yang menangani pengolahan limbah yang memiliki ijazah terakhir akademi dan perguruan tinggi.
6.
Lama
kerja
adalah
waktuyang
sudah
dihabiskan
responden
sejak
bekerjasebagai petugas yang menangani limbah di PLTU Labuhan Angin. 7.
Tindakan adalah cara atau perbuatan responden menangani limbah dengan baik dan benar.
8.
Penanganan limbah padat adalah perlakuan yang diberikan terhadap limbah padat yang dihasilkan PLTU Labuhan Angin meliputi penimbunan Abu dan penyimpanan kemasan Bekas B3
9.
Proses pengolahan limbah cair adalah tahapan-tahapan pengolahan air limbah dari sumber limbah sampai menjadi air bersih meliputi unit w aste water treatment plant (WWTP) dan coal waste water treatment plant (CWWTP).
Universitas Sumatera Utara
10. Proses pengolahan limbah gas adalah tahapan-tahapan kerja peralatanyang digunakan PLTU Labuhan Angin dalam mengendalikan emisi denganbahan pencemar berupa partikulat, SO 2, dan NO2 untuk menjaga kadar parameter emisi tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan. 11. Karakteristik bangunan/ tempat penyimpanan kemasan B3 adalah konstruksi bangunan penyimpanan limbah B3 yang akan dibandingkan sesuai dengan persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 dalam KepKa Bapedal No.1 Tahun 1995. 12. Kualitas limbah cair adalah hasil pengukuran parameter limbah cair yang meliputi pH, TSS, Cl2, Cr, Cu, Fe, Zn, SO 4
(2-)
-4
, PO temperatur, salinitas,
minyak dan lemak. 13. Kualitas limbah gasadalah hasil pengukuran parameter emisi gas buang yang meliputi SO2, NO2, total partikulat dan opasitas. 14. Memenuhi syarat kesehatan adalah apabila bangunan penyimpanan limbah B3 memenuhi syarat yang ditetapkan dalam KepKaBapedal No. 1 tahun 1995, parameter limbah cair tidak melebihi baku mutu air limbah dalam PerMen LH No. 08 tahun 2009, dan parameteremisitidak melebihi baku mutu emisi berdasarkan PerMen LH No. 21 tahun 2008. 15. Tidak memenuhi syarat kesehatan adalah apabila limbah padat, cair dan emisi tidak sesuai dengan dengan perundangan yang digunakan. 3.6
Aspek Pengukuran
Karakteristik tenaga pengolah limbah diketahui berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Kuesioner ini berisi 8 butir
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan dengan total skor 16. Ada pun ketentuan pemberian skor yaitu : jika reponden menjawab “ya”, maka diberi skor 2 dan jika responden menjawab “Tidak”, maka diberi skor 0. Berdasarkan jumlah skor , selanjutnya tindakan tenaga pengolah limbah dikategorikan sebagai berikut : a. Baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari seluruh skor yang ada atau lebih dari 12. b. Sedang, apabila responden mendapat nilai 45-75% dari skor yang ada atau antara 8-12. c. Kurang, apabila responden mendapat nilai < 45% dari skor yang ada atau kurang dari 8. 3.7
Analisis Data
Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel distribusi kemudian dinarasikan. Kemudian data kualitas limbahyang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan cara membandingkannya dengan teori-teori yang ada dan baku mutu yang digunakan untuk limbah padat berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 1 tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknispenyimpanan dan pengumpulan limbah bahanberbahaya dan beracun, untuk limbah cair berdasarkan PerMen LH No. 08 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal, dan untuk limbah gas berdasarkan PerMen LH No. 21 tahun 2008 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi PLTU.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Sesuai Kebijakan Nasional di bidang energi, maka untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri dapat dimanfaatkan berbagai macam energi, seperti tenaga air, minyak bumi, gas, batubara dan panas bumi. Berhubung minyak bumi merupakan sumber devisa terpenting saat ini, maka dalam kebijakan nasional di bidang energi, perlu adanya diversifikasi. Rencana pembangunan PLTU Labuhan Angin di Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melakukan diversifikasi energi. Upaya tersebut merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan enegi bagi industri di Sumatera Utara dan Aceh secara khusus agar dapat mendorong kegiatan ekonomi daerah Tapanuli Tengah. Untuk menunjang hal tersebut dan melihat potensinya, maka pemerintah dalam hal ini PT. PLN (Persero) bermaksud akan membangun pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara Labuhan Angin dengan kapasitas terpasang sebesar 2 x 115 MW. Letak proyek di desa Tapian Nauli, Kecamatan Tapian Nauli I, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi Proyek ± 300 km dari Provinsi Sumatera Utara di tepi Teluk Tapian Nauli, dimana lokasi tersebut terletak antara 0 0 0 0 01 37’ 15’’ – 01 14’ 18’’ LU dan 98 44’ 55’’ – 98 50’ 05’’ BT.
Status lahan yang digunakan untuk pembangunan PLTU Labuhan Angin saat ini adalah tanah kawasan Industri milik Kementrian Pertahanan dan
Universitas Sumatera Utara
Keamanan (cq. TNI AL). Lahan yang membatasi PLTU Labuhan Angin adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan lokasi rencana Dermaga Pelabuhan Pendaratan Ikan.
Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Tapian Nauli.
Sebelah selatan berbatasan dengan Tanah Hak Pakai Nomor 10/1995 a.n Dep Hankam RI (TNI-AL)
Sebelah barat berbatasan dengan hutan alami.
4.1.1
Struktur Organisasi
PLTU Labuhan Angin dipimpin oleh seorang Manager Sektor dan membawahi 5 bagian yakni Enjinering, Coal & Ash Handling, Operasi, Pemeliharaan, Keuangan, SDM, & ADM. Dalam struktur organisasi, pengolahan limbah padat, cair, dan gas merupakan bagian dari lingkungan yang berada di bawah bagian operasi. Struktur organisasi PLTU Labuhan Angin dapat dilihat pada lampiran. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1
Jumlah Limbah Yang Dihasilkan
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan PLTU Labuhan Angin adalah limbah yang berasal dari
pembakaran bahan bakar batubara yaitu abu yang
meliuti fly ash (abu terbang)dan bottom ash (abu dasar) dan limbah yang berasal dari pemakaian bahan kimia yang tergolong limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yaitu kemasan bekas B3 seperti drum, tong, kaleng, dll.
Universitas Sumatera Utara
Adapun jumlah abu yang dihasilkan perhari adalah 45 ton/unit operasi. Sampai saat ini abu yang dihasilkan di buang ke landfill terbuka dan pengelolaan abu lebih lanjut masih dalam tahap menjalin kerja sama dengan pihak lain. PLTU Labuhan Angin juga menghasilkan limbah cair yang bersumber dari unit pengolahan air (Water Treatment Plant ), blowdown boiler , dan air limpasan 3
batubara. Debit limbah yang dihasilkan sebanyak 60 M /jam. Sedangkan pada limbah gas belum dilakukan pengukuran kecepatan alir emisi yang dihasilkan. 4.2.2
Karakteristik Petugas Yang Menangani Pengolahan Limbah
4.2.2.1 Umur Responden
Umur responden pada saat penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Petugas Yang Menangani Pengolahan Limbah di PLTU Labuhan Angin Tahun 2015 No 1 2 3
Kelompok Umur Jumlah (Orang) Persentase (%) <25 tahun 14 56 25 – 50 tahun 9 36 >50 tahun 2 8 Jumlah 25 100 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada
kelompok umur <25 tahun yaitu 14orang (56 %) dan paling sedikit pada kelompok umur >50 tahun yaitu 2 orang (8 %). 4.2.2.2 Jenis Kelamin
Seluruh responden dalam penelitian ini berjeniskelamin laki-laki. 4.2.2.3 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan petugas yang menangani pengolahan limbah di PLTU Labuhan Angin dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Petugas Yang Menangani Pengolahan Limbah di PLTU Labuhan Angin Tahun 2015 No 1 2 2 4
Pendidikan
SD SMA/SMK/STM Diploma Sarjana Jumlah
Jumlah (Orang) 1 14 6 4 25
Persentase (%) 4 56 24 16 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 25 orang petugas yang menangani pengolahan limbahterdapat 1 orang (4 %) berpendidikan SD, 14 orang (56 %) berpendidikan SMA/SMK/STM, 6 orang (24 %) berpendidikan Diploma, 4 orang (16 %) berpendidikan Sarjana dengan tidak berlatar belakang pendidikan di bidang lingkungan atau kesehatan. 4.2.2.4 LamaBekerja
Lamabekerja responden sampai pada tahun dilakukannya penelitian ini terdapat pada tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Pada Petugas Yang Menangani Pengolahan Limbah di PLTU Labuhan Angin Tahun 2015 No 1 2 3
Lama Kerja Jumlah (Orang) Persentase (%) 0-2 tahun 5 20 3-5 tahun 11 44 >5 tahun 9 36 25 100 Jumlah Tabel 4.3 di atas menunjukkan lama bekerja responden di bidang
pengolahan limbah dengan jumlah responden terbanyak bekerja selama 3-5 tahun yaitu 11 orang (44 %) dan responden paling sedikit bekerja selama 0-2 tahun yaitu 5 orang (20 %).
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.5 Tindakan Responden
Tindakan responden dapat diketahui melalui jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan yang tertera pada kuesioner. Frekuensi responden yang menjawab “ya” dan “tidak” pada kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pada Kuesioner Pada Petugas Yang Menangani PengolahanLimbah di PLTU Labuhan Angin Tahun 2015
No
1 2
3
4
5
6
7
8
Pertanyaan
Ya Tidak Total juml juml juml % % % ah ah ah
Apakah saudara pernah 22 88 3 12 25 100 mendengar/mengetahui arti limbah? Apakah saudara mengetahui bahwa limbah yang anda tangani tersebut dapat 24 96 1 4 25 100 merusak lingkungan jika tidak diolah dengan baik? Apakah saudara mengetahui bahwa limbah tersebut dapat menimbulkan 25 100 0 0 25 100 gangguan terhadap kesehatan manusia jika tidak diolah dengan baik? Apakah saudara mengetahui ada kandungan bahan berbahaya dalam 22 88 3 12 25 100 limbah yang saudara tangani? Apakah saudara menggunakan alat 4 16 25 100 pelindung diri ketika bekerja menangani 21 84 limbah? Ketika menangani limbah apakah saudara menutup wadah atau alat 21 84 4 16 25 100 pengangkutan limbah tersebut agar limbah tidak jatuh/tumpah? Apakah saudara pernah mengikuti 8 32 17 68 25 100 pelatihan khusus dalam menangani limbah tersebut? Menurut saudara, apakah sarana 23 92 2 8 25 100 pengolahan limbah yang digunakan sudah memenuhi syarat? Tabel 4.4menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui bahwa
limbah dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan manusia, 24 orang (96%) mengetahui bahwa limbah dapat merusak lingkungan, 23 orang (92%)
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa sarana pengolahan limbah memenuhi syarat, 22 orang (88%) pernah mendengar/mengetahui arti limbah dan mengetahui bahwa limbah yang ditanyani mengandung B3, 21 orang (84 %) menggunakan APD ketika bekerja dan menutup wadah/alat pengangkut limbah, dan 8 orang (32 %) pernah mengikuti pelatihan khusus dalam menangani limbah. Jawaban yang diberikan responden, dihitung skornya untuk melihat gambaran perilaku responden dalam menangani limbah di PLTU Labuhan Angin dapat.Distribusi perilaku responden dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan TindakanDalam Menangani Limbah Pada Petugas Yang Menangani Pengolahan Limbah di PLTU Labuhan Tahun 2015 No 1 2 3
Perilaku Jumlah (Orang) Persentase (%) Baik 21 84 Sedang 3 12 Kurang 1 4 Jumlah 25 100 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tindakan responden baik dalam menangani
pengolah limbah ada sebanyak 21 orang (84 %), tindakan sedang sebanyak 3 orang (12 %) dan tindakan kurang sebanyak 1 orang (4 %).Ditinjau dari pendidikannya, responden yang perilakunya kurang ini memiliki tingkat pendidikan rendah. 4.2.3 Sarana Pengolahan Limbah
Sarana pengolahan limbah merupakan media atau peralatan yang digunakan untuk melakukan proses pengolahan limbah dari kegiatan operasional PLTU Labuhan Angin. Adapun sarana pengolahan limbah tersebut antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Sarana Penanganan Limbah Padat Sarana yang digunakan untuk mengangkut abu yaitu dump truck yang merupakan alat transportasi yang berfungsi untuk mengangkut abu dari silo keash disposal (landfill ). Landfill yang dimiliki telah dilapisi pelapis High-Density Polyethylene(HDPE) dengan bahan polimer yang dibuat kedap air. Kemasan bekas B3 disimpan dalam sebuah bangunan yang dinamakan tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3 dan diangkut oleh pengumpul yang mempunyai izin sesuai peraturan kementrian lingkungan hidup (KLH). 2. Sarana Pengolahan Limbah Cair Sarana pengolahan limbah cair pada PLTU Labuhan Angin meliputi waste water treatment plant (WWTP) dan coal waste water treatment plant (CWWTP). Pengolahan limbah cair dari blowdown boiler dan water treatment plant (WTP) diolah melalui WWTP sedangkan limbah cair dari kegiatan penanganan batubara diolah melalui CWWTP.Sarana pengolahan limbah ini memiliki saluran air limbah yang tertutup dan kedap air. 3. Sarana Pengolahan Limbah Gas Sarana pengolahan limbah gas PLTU Labuhan Angin adalah boiler jenis CFB (Circulating Fluized Bed) dimana dengan boiler CFB ini mampu membakar batubara dengan tingkat emisi yang rendah (SO x dan NOx yang sangat rendah).Sarana atau teknologi tambahan yang digunakan PLTU Labuhan Angin yaitu ESP (Electrostatic presipitator ).ESP sebagai penangkap abu sisa pembakaran batubara.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4
Proses Pengolahan Limbah
4.2.4.1 Limbah Padat
Limbah padat yang berupa fly ash dan bottom ash dari silo diangkut dengan menggunakan dump truck untuk dikumpulkan di landfill . Cara kerjanya adalah dump truck diposisikan tepat berada di bawah silo dan abu jatuh ke dalam bak dump truck . Setelah penuh, selanjutnya abu ini dibawa dan dibuang ke tempat pembuangan abu (landfill ) yang luasnya sekitar 5,6 Ha. PLTU Labuhan Angin dalam pengolahan limbah abu ini akan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga. Limbah B3 seperti drum bekas, tong, kaleng, dll disimpan untuk sementara waktu dalam sebuah bangunan khusus tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3. Bangunan tempat penyimpanan limbah B3 ini konstruksinya kokoh, pencahayaannya baik, dan setiap limbah padat ini disusun berdasarkan kesamaan jenis atau karakteristiknya.Dalam waktu tertentu limbah B3 ini diambil oleh pihak ketiga untuk dikelola lebih lanjut. fly ash
ash disposal (landfill ) ---- tanpa pengolahan ----
dump truck
Gambar 3. Skema Penangan fly ash 4.2.4.2 Limbah Cair
Pengolahan limbah cair PLTU Labuhan Angin terdiri dari dua unit pengolahan limbah dengan sumber limbah cair yang berbeda. Air limbah yang berasal dari water treatment plant (WTP) dan blowdown boiler diolah dalam unit
Universitas Sumatera Utara
waste water treatment plant (WWTP), sedangkan air limbah yang berasal dari air limpasan batubara diolah dalam unit coal waste water treatment plant (CWWTP). 1.
Waste water treatment plant (WWTP) Waste water treatment plant (WWTP) merupakan unit yang teritegrasi
terhadap sistem pembuangan limbah industri di PLTU Labuhan Angin. Limbah boiler dan limbah WTP melalui beberapa proses, aerasi, penambahan kimia untuk mengendalikan pH. Koagulan dan flokulan juga ditambahkan untuk mempercepat proses sedimentasi, serta proses filtrasi untuk menghasikan air yang siap dikembalikan ke lingkungan dan atau dipergunakan kembali untuk penyiraman batubara. Proses pengolahan yang terjadi yaitu proses kimia dan fisika. Air dari blowdown boiler atau chemical cleaning
dari boiler dipompakan menuju 0
netralisasi basin.Suhu air blowdown berkisar 50 C.Di basin netralisasi air di aerasi dan diatur pH nya. Aerasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kontak antar udara dan air, sehingga terjadi proses oksidasi senyawa kimia dan pengadukan. Pada neutralizing ini, dilakukan juga penambahan alkali dan asam untuk memperbaiki pH.Kemudian air dipompakan ke waste water storage.Air limbah WTP yang terkumpul di basin drainage, dipompakan juga menuju waste water storage. Air limbah melalui mixing basin untuk diatur kembali pH nya dan aerasi untuk meningkatkan oksigen.Bagian akhir dari mixing basin ini adalah injeksi koagulan dan flokulan dengan pengadukan agiator.Kemudian air dialirkan ke sedimentation tank.Airakan mengalami pengendapan karena partikel padat
Universitas Sumatera Utara
menjadi besar dan berat. Pada tangki sedimentasi partikel yang besar akan terperangkap pada lamella dan terkumpul di dasar tangki untuk kemudian partikel padat yang membentuk lumpur dipindahkan ke sludge thickener , sedangkan overflow akan mengalir ke filter water basin sebagai umpan autobackwash filter. Air akan melewati filter dengan bantuan tekanan dari pompa filter water lit up, kontamnan akan terperangkap dalam permukaan filter. Selanjutnya air limbah tertampung pada middle water basin. Jika hasil proses belum tercapai, pH maupun TSS nya, akan dikembalikan ke waste storage basin.Purified waste water basin menampung overflow dari middle water basin 3
dengan kapasitas 20 M , dan siap dipompakan ke
basineffluent yang
berdampingan dengan neutralizing basinuntuk kemudian digunakan sebagai cadangan umpan coal flusing storage (penyiraman debu batubara) dan atau siap di kembalikan ke lingkungan. Penanganan sludge terjadi di sludge thickener dimana cara kerjanya hampir sama dengan tangki sedimentasi. Feedwater masuk ke tangki dan akan di atur pengendapan sludgenya dengan scrapper agar terpusat di tengah dasar tangki. Sedangkan effluent akanoverflow dari atas melewati weir, menuju industrial waste water drainage pipe.Sludge dipompakan menuju membrane filter press atau plate filter untuk memisahkan padatan yang tidak larut dalam air dan berupa lumpur dengan air, sehingga menjadi padatan dalam bentuk cake dan air. Dua lempeng plateini akan menutup dengan hidrolik, kemudian dialirkan sludge bertekanan melewati lempeng plate. Lumpur akan tertahan di lempeng dan air akan kembali
Universitas Sumatera Utara
ke sludge thickener. Ketika platedibuka akan dihasilkan padatan lumpur ( filter cake) yang siap diproses selanjutnya.
WTP
Waste Water Storage Basin
Mixing Basin
Blowdown boiler
Basin e luent
Middle Water Basin
filter
Coagulan Sedimentation Tank
Sludge thickener
Gambar 4. Skema Waste Water Treatment Plant (WWTP)
2.
Coal Waste Water Treatment Plant (CWWTP) Coal waste water treatment plant (CWWTP) merupakan unit yang
terintegrasi dengan Coal Ash Handling di area PLTU Labuhan Angin.Limbah batubara yang dimaksud adalah limbah cair yang berasal dari limpasan air hujan di sekitar coal yard yang ditampung dalam basin penampungan dan air limpasan hasil penyemprotan/penyiraman debu batubara.Semua air limbah tersebut ditampung dalam basin pengendapan untuk diproses selanjutnya. Proses pengolahan yang terjadi adalah proses fisika dan kimia. Air limpasan batubara dikumpulkan dalam basin penampungan dan dipindahkan ke basin pengendapan yang berada di plant.Selanjutnya air dialirkan ke dalam kolam sedimentasi.Di atas kolam sedimentasi terdapat kran yang dilengkapi eskavator
Universitas Sumatera Utara
untuk mengangkat lumpur hasil pengendapan.Air limbah dialirkan ke middle water pond . Hasil overflow diangkat ke waste water purifier disertai injeksi koagulan dan flokulan. Waste water purifier berupa media filter yang menyaring air dari middle water pond . Selanjutnya air hasil filtrasi tertampung dalam clean water pond dan akan mengalir overflow menuju coalflushing storage. Basin ini juga berguna sebagai tempat air untuk backwash waste water purifier.
Waste Water Purifie r
Coal Yard Rain Basin
Sedimentation Pond
Middle Water Pond
Clean Water Pond
Gambar 5. Skema Coal Waste Water Treatment Plant 4.2.4.3 Limbah Gas
Pengolahan emisi pada PLTU Labuhan Angin diawali dari tahapan penyaluran batubara ke dalam tungku pembakaran. PLTU Labuhan Angin mengunakan konsep pebakaran Circulating Fluidized Bed (CFB). Konsep pembakaran pada CFB ini yaitu coal (batubara) dibakar pada bagian bed of hot material yang mengambang dan terjadi sirkulasi dalam furnance karena kecepatan udara yang tinggi sehingga menyebakan fluidisasi pada bed material. PLTU Labuhan Anginmenambahkan alat penangkap debu dari gas buang yaitu electrostatic precipitator (ESP). Proses yang terjadi adalah gas buang akan melewati suatu ruang yang di dalamnya terdapat pelat-pelat yang bermuatan
Universitas Sumatera Utara
positif. Partikel abu yang berasal dari boiler furnance tidak bermuatan, kemudian akan diberi muatan negatif oleh elektroda dan selanjutnya dengan teori electric magnet akan ditangkap oleh collecting plate yang bermuatan positif. Di dalam daerah penangkapan terdapat collecting plate dan discharge electrode (kawat) yangakanmembangkitkan suatu medan listrik yang cukup besar. Selain itu juga akan menyebabkan molekul - molekul udara dipercepat gerakannya sehingga bertabrakan yang mengakibatkan elektronnya terlepas dari orbitnya dan menjadi elektron bebas. Abu terbang yang melewati medan korona akan bertabrakan dengan ion ion dan elektron bebas, sehingga partikel abu yang tidak bermuatan akan menjadi bermuatan. Karena pengaruh medan listrik partikel partikel tersebut bergerak menuju collecting plate. Partikel abu ini akan jatuh ke bawah karena gravitasi. Sisa abu yang masih menempel pada collecting plate dan discharge electrodaakan dibersihkan dengan system penghentakan ( rapping). Kemudian abuakan jatuh ke hopper setelah proses rapping. Mekanisme penghentakan bekerja dalam selang waktu tertentu secara periodik. Partikel abu yang terdapat dalam sisa pembakaran akan ditangkap oleh ESP dan disalurkan ke pembuangan melalui transporter-transporter/conveyorconveyor.Transporter/transmitter adalah tabung yang berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan ESP, abu dipindah ke penampung (silo) dengan cara dihembus oleh udara yang berasal dari compressor yang dikeringkan terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
PLTU Labuhan Angin telah melakukan uji toxicity characteristic leaching procedure (TCLP) pada abu yang dihasilkannya dan tidak aada parameter yang melebihi baku mutu sehingga limbah abu dapat dibuang dapat di landifill .
Boiler Furnance
ESP
Transporter
Silo
Gambar 6. Skema Pengolahan Emisi 4.2.5 Karakteristik Bangunan/Tempat Penyimpanan Kemasan Bekas B3
. Kemasan bekas B3 ini berasal dari penggunaan bahan kimia untuk pengolahan air (WTP) dan proses pengolahan limbah cair WWTP dan CWWTP. meliputi drum, tong, jeregen, dll.Kemasan bekas B3 dikategorikan sebagai limbah padat B3.Limbah ini sangat berbahaya bila tidak dikelola dengan baik. PLTU Labuhan Angin menyediakan gudang atau tempat penyimpanan sementara
(TPS)
limbah
B3
untuk
menghindari
hal-hal
yang
dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan. TPS limbah B3 yang dimiliki PLTU Labuhan Angin dibuat tanpa plafon, ventilasi memadai serta telah dipasangkan kasa sehingga terjamin sirkulasi udara di dalam ruangan dan mencegah masuknya burung atau binatang kecil lain. TPS limbah B3 ini juga diberi sistem penerangan yang memadai seperti lampu dan cahaya matahari, serta diberi simbol dan tata
Universitas Sumatera Utara
cara yang berlaku. Bangunan ini juga memiliki lantai yang kedap air dan tidak bergelombang. 4.2.6 Kualitas Limbah Cair
PLTU Labuhan Angin memiliki izin pembuangan limbah cair dan saluran pegolahan air limbahnya terpisah dari saluran air hujan.PLTU Labuhan Angin juga melakukan pemantauan terhadap kualitas limbah cair untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan. Perusahaan juga melakukan pemantauan kualitas limbah cair sekali dalam sebulan dan analisisnya dilakukan di laboratorium Binalab yang telah terakreditasi. Lokasi pemantauan limbah cair tersebutantara lain : 1. A – 1 :Sumber outlet WWTP / IPAL (Sumber Proses Utama) 2. A – 2 : Sumber outlet limbah Stockpile 3. A – 3 : Sumber Blowdown Boiler 4. A – 4 : Sumber limbah Desalinasi Pengambilan sampel limbah cair dilakukan setiap bulan dengan membawa contoh air limbah dan dianalisis oleh pihak laboratorium Binalab.Adapun hasil pengukuran limbah cair PLTU Labuhan Angin pada bulan Oktober tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Data Hasil Pengukuran Kualitas Limbah Cair PLTU Labuhan Angin Bulan Oktober 2014 NO
Parameter
Satuan
Hasil Pengujian
Baku Mutu
Metoda
mg/L
32,25
100
SNI 06-6989.3-2004
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
7,5 0,08 0,95 0,31 <0,01 0.09 0,97
6 – 9 1 3 1 0,5 0,5 10
SNI 06-6989.11-2004 APHA 3111 B 2005 APHA 3111 B 2005 APHA 3111 B 2005 APHA 4500-CI B 2005 APHA 3111 B 2005
mg/L
0,77
10
SNI 06-6989.31-2004
1. Sumber Outlet WWTP
1 1 2 3 4 5 6 7 8
Fisika TSS Kimia pH Cu Fe Zn Cl2 Cr Minyak dan Lemak PO4
SNI 06-6989.10-2011
. Sumber Outlet Limbah Stockpile Fisika 1 TSS Kimia 1 pH 2 Fe 3 Mn Sumber : Binalab, 2014
mg/L
141
200
SNI 06-6989.3-2004
mg/L mg/L mg/L
6,8 1,22 0,74
6 – 9 5 2
SNI 06-6989.11-2004 APHA 3111 B 2005 APHA 3111 B 2005
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa seluruh parameter yang diukur pada outlet WWTP dan stockpile tidak ada yang melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup No. 08 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal. 4.2.7 Kualitas Emisi
Cerobongasap PLTU Labuhan Angin mengeluarkan emisi yang dapat mencemari lingkungan. Pengolahan yang dilakukan terhadap emisi ini yaitu dengan memasang ESP yang dapat menurunkan kadar partikulat di udara. PLTU Labuhan Angin melakukan pemantauan terhadap kualitas udara secara periodik
Universitas Sumatera Utara
sekali dalam enam bulan. Lokasi pengambilan contoh uji emisi adalah pada gas turbin generator 2A, selanjutnya dianalisis di laboratorium Binalab dan hasil laboratorium dibandingkan dengan baku mutu udara menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 tahun 2008. Hasil analisisudara emisi dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini: Tabel 4.7 Data Hasil Pengukuran Emisi PLTU Labuhan Angin Bulan Desember 2014 No
Parameter
1 SO2 2 NO2 3 Total Partikulat 4 Opasitas Sumber : Binalab, 2014
Satuan
mg/Nm mg/Nm mg/Nm mg/Nm
Hasil Pengujian 97,47 76,21 33,3 18
Baku Mutu 750 850 150 20
Metode
SNI 19-7119.7-2005 SNI 19-7119.2-2005 SNI 19-7119.12-2005 SNI 19-7119.11-2005
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa seluruh parameter yang diukur untuk menentukan kadar emisi tidak ada yang melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 tahun 2008 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit tenaga listrik termal.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Jumlah Limbah Yang Dihasilkan
Produksi abu pada satu unit PLTU Labuhan Angin mencapai 45 ton/hari.Kondisi ini masih dibawah rata-rata jumlah abu yang dihasilkan PLTU yaitu 500-1000 ton/hari (Samijo, 2010). Namun jika perlakuan terhadap abu ini hanya dengan membuangnya ke landfill (tempat penimbunan abu) maka abu akan terakumulasi di tempat penimbunan abu tersebut dalam jumlah yang sangat banyakdan tidak dikelola dengan baik tentu saja suatu saat akan menimbulkan masalah lingkungan. Hal ini seiring dengan pernyatan Kurniawan, dkk (2010), jumlah abu batubara yang sangat besar dan apabila tidak dikelola dengan benar dapat menimbulkan masalah lingkungan yang serius dan memerlukan tempat penampungan yang sangat luas.Oleh karena itu pengolahan limbah segera dilakukan misalnya memanfaatkan limbah abu tersebut. Debit limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan PLTU Labuhan Angin 60 3
M /jam sedangkan pengukuran kecepatan alir emisi yang dikeluarkan gas buang belum dilakukan. Pengeluaran emisi harus dipantau secara terus menerus agar dapatdiketahui cara pengolahan limbah yang tepat dan datanya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki sarana pengolahan limbah jika sewaktu-waktu terjadi masalah pencemaran lingkungan akibat emisi t ersebut. 5.2 Karakteristik Petugas Yang Menangani Pengolahan Limbah
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 responden menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok umur <25 tahun yaitu 14 orang
Universitas Sumatera Utara
(56%) dan paling sedikit pada kelompok umur >50 tahun yaitu 2 orang (8 %). Umur merupakan salah satu yang menjadi indikator perusahaan dalam merekrut karyawan, karyawan yang berproduktif yang akan direkrut untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Menurut Amron (2009), usiamempengaruhi produktivitas seseorang dalam bekerja. Usia tenaga kerja cukup menentukan keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun non fisik. Pada umumnya, tenaga kerja yang berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat. Seluruh responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.Hal ini dikarenakan tingkat produktivitas laki – laki lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor – faktor yang dimiliki oleh perempuan seperti fisik yang kurang kuat, dalam bekerja cenderung menggunakan perasaan atau faktor biologis seperti harus cuti ketika melahirkan.Namun dalam keadaan tertentu terkadang produktivitas perempuan lebih tinggi dibanding laki – laki, misalnya pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran.Jenis kelamin dapat menunjukkan tingkat produktivitas seseorang. Hasil penelitian berdasarkan pendidikan
responden terhadap 25 orang
petugas yang menangani pengolahan limbah terdapat 1 orang (4 %) berpendidikan SD, 14 orang (56 %) berpendidikan SMA/SMK/STM, 6 orang (24 %) berpendidikan Diploma, 4 orang (16 %) berpendidikan Sarjana dengan tidak berlatar belakang pendidikan di bidang lingkungan atau kesehatan.Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
diartikan sebagai pendidikan formal yang dicapai ataudiperoleh di bangku sekolah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut (Simanjuntak, 2001). Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan
tindakan
yang
produktif
(Kurniawan,
2010).Pernyataan
ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas, sehingga orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 responden menunjukkan bahwa lama bekerja responden di bidang pengolahan limbah dengan jumlah responden terbanyak bekerja selama 3-5 tahun yaitu 11 orang (44 %) dan responden paling sedikit bekerja selama 0-2 tahun yaitu 5 orang (20 %).Adanya tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja diharapkan memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Semakin lama seseorang dalam pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya makan akan mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Hal ini dikarenakan (Amron, 2009), semakin banyak pengalaman yang didapatkan oleh seorang pekerja akan membuat pekerja semakin terlatih dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Hasil penelitian terhadap 25 responden berdasarkan tindakan responden dalam menangani limbah PLTU diperoleh bahwa tindakan responden baik dalam menangani pengolah limbah ada sebanyak 21 orang (84 %), tindakan sedang
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 3 orang (12 %) dan tindakan kurang sebanyak 1 orang (4 %). Ditinjau dari pendidikannya, responden yang tindakannya kurang dalam menangani limbah ini memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu SD. Tindakan petugas dapat mempengaruhi proses pengolahan limbah dan kualitas limbah yang dihasilkan. Petugas yang tindakannya baik, menunjukkan bahwa petugas tersebut adalah seorang yang produktif sehingga petugas semakin kompeten dalam menangani limbah sehingga petugas yang demikian dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah yang ditanganinya misalnya mencegah terjadinya tumpahan/ceceran bahan b3, mencegah debu yang berterbangan, dan melaksanakan tugas sesuai perannya. Dalam penelitian ini responden atau petugas yang menangani limbah paling banyak memiliki tindakan yang baik dalam menangani limbah dan memiliki tingkat pendidikan yang sedang hingga tinggi yaitu SMA/SMK/STM, Diploma dan Sarjana.Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003), tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. 5.3 Sarana Pengolahan Limbah
Sarana pengolahan limbah yang ada di PLTU Labuhan Angin dibedakan menurut limbah yang diolah meliputi limbah padat, limbah cair dan emisi.Sarana penanganan limbah padat (abu) meliputi dump truck sebagai alat pengangkut limbah
abu
yang
digunakan
untuk
membawa
abu
ke
ash
Universitas Sumatera Utara
disposal (landfill ).Sedangkan kemasan bekas B3 di kumpulkan dalam sebuah bangunan atau tempat penyimpanan sementara (TPS). Dump truck (alat pengangkut limbah) dapat menjadi faktor yang mempengaruhi penyebaran abu ke lingkungan karena abu sangat mudah diterbangkan oleh angin.Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan syaratsyarat dump truck yang digunakan. Menurut Damanhuri dan Padmi (2010) dalam diklat kuliahnya, persyaratan alat pengangkut sampah sebagai berikut : − harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring. − Tinggi bak maksimum 1,6 m. − Sebaiknya ada alat ungkit. − Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/kelas jalan yang akan dilalui.
− Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah. Limbah padat diangkut oleh dump truck dan langsung dibawa ke ash disposal.Ash disposal PLTU Labuhan Angin telah dilapisi pelapis yang kedap air yang berbahan High Density Polyethilene (HDPE) sehingga mencegah terjadinya perembesan air lindi limbah abu ke lingkungan.Lindi terbentuk akibat masuknya air hujan menembus timbunan limbah abu sehingga dapat melarutkan materimateri yang terdapat pada limbah abu tersebut.Tchobanoglous (1993), lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Sarana limbah cair meliputi unit waste water treatment plant (WWTP) dan coal waste water treatment plant (CWWTP) dengan saluran tertutup dan kedap
Universitas Sumatera Utara
air.Saluran air limbah yang tertutup dapat mencegah air limbah yang belum diolah mencemari
lingkungan
dan
mencegah
perkembangbiakan
vektor.Sarana
pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan kesehatan,yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan, bentuk saluran pembuangan tertutup, dan lancar (Depkes RI, 1993). Sarana yang digunakan untuk pengolahan emisi adalah diterapkannya sistem pembakaran dengan konsep Circulating Fluized Bed (CFB) Boiler dan menambahkan
teknologi
penangkap
debu,
electrostastic
precipitator
(ESP).Namun, CFB Boiler hanya mampu menurunkan SO x dan NOx sedangkan untuk emisi yang berupa partikulat tidak dapat diturunkan. Pemberian sarana tambahan yaitu ESP sangat tepat sehingga produksi abu dapat ditekan.Oleh karena itu, sarana pengolahan limbah yang dimiliki PLTU Labuhan Angin merupakan unit-unit yang terintegrasi dengan baik sehingga mendukung tercapainya tujuan dari pengolahan limbah yang dihasilkan. 5.4
Proses Pengolahan Limbah
5.4.1 Penanganan Limbah Padat
Sumber limbah padat PLTU Labuhan Angin berasal dari boiler furnance berupa abu yang langsung dibuang ke ash disposal tanpa pengolahan lebih lanjut dan sumber lain seperti kemasan bekas bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan air. Kemasan bekas B3 harus dikelola dengan baik dan harus berada dibawah pengawasan pihak yang berwenang karena kemasan bekas B3 ini sangat
Universitas Sumatera Utara
potensial menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia. Meskipun limbah abu sudah melalui proses uji toxisitas dan dinyatakan aman, namun produksi abu akan terjadi setiap harinya menyebabkan abu terakumulasi sangat banyak di tempat pembuangan akhir ( landfill ). Kondisi ini bias saja menimbulkan masalah di kemudian hari. Misalnya landfill sudah tidak bisa menampung abu yang banyak lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan lebih lanjut. Salah satu cara pengelolaan limbah B3 ini yaitu dengan cara memanfaatkan kembali limbah B3 tersebut.Pemanfaatan kembali limbah B3 dapat mengurangi volume limbah b3 yang dihasilkan. Perusahaan bisa mengolah sendiri limbah abu tersebut atau menjalin kerja sama dengan pihak lain. Sebenarnya abu terbang batubara memiliki berbagai kegunaan yang amat beragam (Setia, 2010) yaitu: 1. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan 2. Penimbun lahan bekas pertambangan 3. Recovery magnetit, cenosphere, dan karbon 4. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori 5. Bahan penggosok (polisher) 6. Filler aspal, plastik, dan kertas 7. Pengganti dan bahan baku semen 8. Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization) 9. Konversi menjadi zeolit dan adsorben
Universitas Sumatera Utara
5.4.2 Pengolahan Limbah Cair
1.
Waste water treatment plant (WWTP) Pada unit WWTP PLTU Labuhan Angin terjadi yaitu pengolahan limbah
cair secara fisika dan kimia. Pengolahan secara fisika terjadi di kolam waste water storage basin, dimana yang berasal dari unit neutralizing basin dan air limbah dari unit water treatment plant (WTP) diendapkan pada kolam ini. Pengolahan secara fisika bertujuan untuk memisahkan padatan terlarut yang ada dalam air limbah tanpa menggunakan bahan kimia. Pengolahan secara kimiawi terjadi pada saat penambahan alkali dan acid , PAC (Polyacrylamide) dan PAM (Polyaluminium Chloride).Penambahan bahan kimia ini bertujuan untuk menyesusaikan asam-basa air limbah, penyesuaian pH dan mengendapkan partikel yang besar dan berat. 2.
Coal Waste Water Treatment Plant (CWWTP) Proses pengolahan limbah cair pada unit CWWTP juga terjadi secara
fisika dan kimia. Sebelumnya, pada unit ini terjadi pengolahan pendahuluan ( pretreatment ) yaitu penyaringan air untuk memisahkan padatan-padatan yang terikut bersama air limpasan batubara. Pemisahan padatan ini juga dilakukan dengan cara fisika yaitu melalui proses pengendapan. Pengolahan secara kimiawi terjadi pada saat air limbah yang telah melalui proses pengendapan, diinjeksi koagulan dan flokulan. Tidak semua partikel dapat disaring pada pengolahan pendahuluan. Oleh karena itu, penambahan koagulan merupakan cara yang baik untuk mengikat padatan-padatan yang terlarut dalam air yang dapat lolos pada proses filtrasi pre-
Universitas Sumatera Utara
treatment . Koagulasiadalah peristiwa pembentukan ataupenggumpulan partikelpartikel kecil menggunakan zat koagulan.Flokulasi adalahperistiwa pengumpulan partikel-partikel kecilhasil koagulasi menjadi flok yang lebih besar sehingga cepat mengendap (Putra, dkk, 2009). Air yang melalui proses koagulasi dan flokulasi kemudian disaring lagi dan hasilnya adalah air bersih yang siap dibuang ke lingkungan (laut). 5.4.3 Pengolahan Limbah Gas
Sumber emisi PLTU Labuhan Angin adalah berasal dari gas buang hasil pembakaran batubara yang dikeluarkan melalui cerobong asap. Pengolahan emisi pada PLTU Labuhan Angin adalah dengan menerapkan sistem pembakaran unggun terfluidisasi yaitu dengan tipe Circulating Fluidized Bed (CFB). CFB boiler pada PLTU Labuhan Angin dapat mengatasi masalah lingkungan pada PLTU tanpa harus memasang peralatan pengendali SO 2 (Flue Gas Disulphurization) dan pengendali NO 2 (low burner NOx).Hanya saja sistem CFB Boiler ini harus selalu menyediakan bahan penyerap misalnya batu kapur untuk menangkap SO 2 yang terbentuk karena penggunaan bahan bakar batubara dan pengaturan suhu rendah harus dipertahankan guna mencegah terbentuknya gas NOx. 5.5 Karakteristik Bangunan/Tempat PenyimpananKemasan Bekas B3
PLTU Labuhan Angin memiliki gudang/tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3 untuk menyimpan limbah B3 yang meliputi drum/tong bekas, jeregen bekas, dll. Bangunan tempat penyimpanan limbah B3 ini konstruksinya kuat, dilengkapi dengan fasilitas penerangan (lampu) yang memadai.Penerangan
Universitas Sumatera Utara
pada bangunan TPS limbah B3 dapat menghindari pekerja dari kecelakaan kerja. Penerangan yang memadai juga membantu pekerja melihat simbol dan label limbah B3. TPS limbah B3 memiliki ventilasi yang cukup dan diberi kasa sehingga terlindung dari masuknya hewan-hewan seperti burung dan lain-lain.TPS limbah B3 ini juga dibuat tanpa plafon sehingga menjamin terjadinya sirkulasi udara yang baik.Limbah B3 bersifat mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, dll, oleh karena itu pengaturan suhu ruangan juga harus dikendalikan sesuai dengan kondisi normal (Kep.Ka Bapedal No. 1 tahun 1995). 5.6
Kualitas Limbah Cair
Data
pengukuran
kualitas
limbah
cair
PLTU
Labuhan
Angin
menunjukkan bahwa tidak adanya parameter yang melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam Permen LH No. 08 tahun 2009. Kualitas limbah cair yang memenuhi syarat menjadi kunci terjaganya kualitas lingkungan terutama badan air yang menjadi tempat akhir pembuangan limbah tersebut.Kualitas emisi yang memenuhi syarat tercapai karena adanya sarana pengolahan limbah cair yang memenuhi syarat dan tenaga kerja yang menangani pengolahan limbah cair memiliki tindakan yang baik dalam menangani limbah tersebut. Pengukuran kualitas limbah cair PLTU Labuhan Angin dilakukan secara periodik yaitu setiap satu kali satu bulan.Pengukuran kualitas limbah cair pada saluran pembuangan limbah industri dan badan air penerima limbah industri, selain bermanfaat bagi masyarakat dan juga perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan sebagai berikut (Effendi,2003):
Universitas Sumatera Utara
1. Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan 2. Membandingkan kualitas limbah cair dengan baku mutu kualitas limbah industri, dan menentukan beban pencemaran menurut Kep.No.51/MENLH/10/1995 3. Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang dioperasikan 4. Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair tersebut terhadap komponen lingkungan lainnya. 5.7 Kualitas Emisi
Pengukuran udara emisi PLTU Labuhan Angin dilakukan selama enam bulan sekali. Adapun parameter yang diperiksa antara lain SO 2, NO2, total partikulat, dan opasitas dan semua parameter dinyatakan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 tahun 2008. Tercapainya kualitas emisi yang memenuhi syarat dapat disebabkan karena daya dukung sarana pengolahan limbah yang baik dan tenaga kerja yang memiliki tindakan yang baik dalam menangani limbah gas tersebut. Sarana pengolahan limbah gas seperti CFB Boiler dan ESP dapat menurunkan produksi emisi sampai pada tingkat yang aman dan tenaga kerja yang menangani pengolahan limbah juga mempengaruhi tercapainya kualitas emisi yang memenuhi syarat karena pada umumnya tenaga kerja yang menangani emisi gas buang tersebut memiliki tindakan yang baik dalam melakukan tugasnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
1.
Kesimpulan
Kegiatan operasional PLTU Labuhan Angin menghasilkan limbah padat, cair, dan gas. Produksi limbah padat yang berupa abu sebanyak 45 ton/hari untuk 3
satu unit operasi.Limbah cair sebanyak 60 m /jam. 2.
Karakteristik petugas dari 25 responden yang diteliti, dapat diketahui bahwa distribusi responden terbanyak berada pada kelompok umur <25 tahun yaitu 14 orang, semua responden berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan sedang (SMA/SMK/STM) yaitu 14 orang, lama bekerja 3-5 tahun yaitu 11 orang, dan petugas yang memiliki tindakan yang baik dalam mengelola limbah ada 21 orang dimana pada umumnya petugas ini memiliki tingkat pendidikan sedang hingga tinggi (SMA/SMK/STM, Diploma dan Sarjana).
3.
Sarana pengolahan limbah PLTU Labuhan Angin terintegrasi dengan baik sehingga mempengaruhi proses pengolahan limbah dan menghasilkan limbah dengan kualitas yang memenuhi syarat.
4.
Proses pengolahan limbah cair didasarkan pada sumber limbah. Limbah cair dari blowdown dan water treatment plant (WTP) melalui unit pengolahan WWTP.Limbah cair dari air limpasan batubara diolah dalam unit CWWTP. Proses pengolahan limbah cair PLTU Labuhan Angin ini merupakan pengolahan secara fisika dan kimiawi. PLTU Labuhan Angin menimbun abu fly ash di ash disposal dan sedang menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pengolahan limbah B3.
Universitas Sumatera Utara
5.
Bangunan / Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah bahan berbahaya dan beracun sudah memenuhi syarat untuk luas tanah, geologis,dan jarak dengan fasilitas umum dan ekosistem tertentu sesuai Keputusan Ka. Bapedal No. 1 tahun 1995 .
6.
Kualitas limbah cair sudah memenuhi syarat karena adanya sarana pengolahan limbah cair yang memenuhi syarat dan petugas pengolah limbah yang memiliki tidakan yang baik dalam menangani limbah.
7.
Kualitas emisi sudah memenuhi syarat karena sarana pengolahan limbah gas seperti CFB Boiler dan ESP dapat menurunkan produksi emisi sampai pada tingkat yang aman dan petugas yang menangani pengolahan memiliki tidakan yang baik dalam menangani limbah.
6.2 Saran
1.
Parameter limbah cair dan emisi yang sudah memenuhi syarat diharapkan untuk tetap dipertahankan.
2.
Sebaiknya dilakukan pengukuran kecepatan alir emisi secara periodik sebagai bahan evaluasi dalam memperbaiki sarana pengolahan limbah jika sewaktuwaktu terjadi masalah pencemaran lingkungan akibat emisi yang dikeluarkan.
3.
Petugas yang menangani limbah yang masih memiliki tindakan yang kurang hingga sedang dalam menangani limbah sebaiknya diberikan pelatihan tentang pengangan limbah yang dihasilkan PLTU batubara.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Amron & Taufik Imran. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja pada Outlet Telekomunikasi Seluler Kota Makasar. JurnalSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nobel Indonesia. Darmono, 2001.Lingkungan Hidup dan Penecemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Damanhuri, E dan Padmi, T., 2010. Diktat Kuliah : Pengelolaan Sampah . Program Studi Teknik Lingkungan ITB, Bandung. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius.Yogjakarta. Herni, K., dkk, 2009. Kajian Emisi CO2 Dari Pembakaran Batubara di Indonesia.Puslitbang TekMIRA. Bandung. Iswan, 2010. Penanggulangan Limbah PLTU Batubara .Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 1, No. 2. Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Kristanto, P. 2013. Ekologi Industri. Edisi Kedua. Andi.Yogyakarta. Kurniawan, dkk., 2010. Penelitian Pemanfaatan Abu Batubara PLTU Untuk Penimbunan Pada Pra- Reklamasi Tambang Batubara. Puslitbang TekMIRA. Bandung.
Lestiani, DD., Muhayatun, dan Natalia A., 2010. Karakteristik Unsur Pada Abu Dasar Dan Abu Terbang Batu Bara Menggunakan Analisis Aktivasi Neutron Instrumental .Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia. Vol. 9.No. 1 Mangkunegara, A.P., 2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Refika Aditama. Bandung. Marbun, R.D., 2008. Sistem Pengolahan Limbah Cair, Padat Dan Gas Di Bagian Eksplorasi Produksi (EP)-I Pertamina Pangkalan Susu . Skripsi.Universitas Sumatera Utara. Medan Marsudi, D., 2005. Pembangkitan Energi Listrik . Erlangga. Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Megasari, K., Deni S., dan Maria C.P., 2008. Penakaran Daur Hidup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara Kapasitas 50 Mwatt.Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir.STTN-Batan Yogyakarta. Mulia, R.M., 2005. Kesehatan Lingkungan . Graha Ilmu. Yogyakarta. Munir, M., 2008.Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) Untuk Hollow Block Yang Bermutu dan Aman Bagi Lingkungan.Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : PT Rineka Cipta Nursyahid, 2013.System Kerja PLTU Bahan Bakar Batubara .http://chawqnoors.blogspot.com/2013/08/system-kerja-pltubahan-bakar-batubara.html. Diakses pada 09 Juli 2015. Palar, H., 2004.Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat .PT. Rineka Cipta. Jakarta. Pasaribu, D.A., 2010. Penggunaan Electrostatic Precipitator Sebagai Penanggulangan Polusi Udara Pada Cerobong Gas Buang Boiler. Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Perdana, P.N., 2012. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bagian 1.(http://jendeladenngabei.blogspot.com/2012/01/pembangkit-listriktenaga-uap-pltu.html).Diakses pada 07 Maret 2015. Putra, S., Rantjono, S., Arifiamsyah, T., 2009. Optimasi Tawas Dan Kapur Untuk Koagulasi Air Keruh Dengan Penanda I-131 . Dalam Prosiding Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir ISSN 1978-0176.yogyakarta. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan PLTU Batu Bara 2 x 30 MW PT Makmur Sejahtera Wisesa. Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat.
Universitas Sumatera Utara
Riduwan, 2009.Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung. Samijo, 2010.Pembuatan Paving Block Dengan Menggunakan Limbah Abu Boiler PKS Gunung Bayu Sebagai Bahan Pengisi Dengan Perekat Alternatif Limbah Fly Ash PLTU Sibolga. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Setia, B., 2010. Pemanfaatan Limbah Abu Terbang Batubara (Fly Ash) PLTU Sibolga Dengan Serat Sintetis Ban Bekas (Scrab Tire Rubber) CV Persahabatan Tj. Morawa Pada Pembuatan Batako. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Setiawan.B., 2015. Pengertian Limbah. (http://ilmulingkungan.com/pengertianlimbah/). Diakses pada 09 Maret 2015. Simanjuntak, P., 2001. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia . Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.Jakarta. Situmorang, M. (2007).Kimia Lingkungan . Medan: Unimed Press.
Sodikin, I., dkk, 2011. Pengembangan Sistem Pembakaran Co-firing Batubara – biomassa.Tugas Akhir. Puslitbang TekMIRA. Bandung. Sprint Consultan, 2014. Laporan Monitoring Lingkungan.No : 72 PLTU Paiton Swasta Tahap II. Jakarta. Sugiono, A., 2000. Proses Penggunaan Teknologi Bersih untuk Pembangkit Listrik dengan Bahan Bakar Batubara di Indonesia. Jurnal Teknologi Lingkungan,Vol.1, No.1, Januari 2000 : 90-95, ISSN 1411-318X. Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya . Gajah Mada University Press.Yogyakarta. Sumantri, A., 2013. Kesehatan Lingkungan. Edisi Revisi. Kecana. Jakarta. Togu, O., 2014. Studi Keandalan (Reliability) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga .Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
I.
Identitas Perusahaan
Nama Perusahaan
:
Lokasi Perusahaan
:
Tahun Berdiri
:
Jenis Kegiatan
:
Bahan bakar yang digunakan
:
II. Identitas Responden
Nama Responden
:
Bidang Pekerjaan
:
Masa Kerja
:
Jumlah jam kerja
:
III. Pertanyaan Terkait Limbah Padat, Cair dan Gas pada PLTU A. Limbah Padat
1. Sebutkan sumber limbah padat PLTU Labuhan Angin : a. _____________________________________________________________ b.______________________________________________________________ 2. Apa sajakah jenis limbah padat yang berasal dari PLTU ini? Fly ash
Bottom ash
lainnya, sebutkan :___________________
Universitas Sumatera Utara
3. Berapa jumlah limbah padat yang dihasilkan perhari sesuai jenis limbah? a. Fly ash
: _______ kg/hari
b. Bottom ash
: _______ kg/hari
c. lainnya, sebutkan
:________________________________________
4. Apakah perusahaan telah memiliki izin pengelolaan limbah B3 dari instansi yang berwenang? Ya, alasan ___________________________________________________ Tidak, alasan : _______________________________________________ 5. Jika ya, bagaimana perusahaan mengelola limbah padat tersebut? _____________________________________________________________ 6. Bagaimana penanganan kemasan bekas B3 di perusahaan ini? ______________________________________________________________ 7. Bagaimana konstruksi tempat penyimpanan limbah B3 tersebut? _______________________________________________________________ ______________________________________________________________ B. Limbah Cair
1. Sebutkan sumber utama air limbah selama proses kegiatan PLTU : _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 2. Berapa rata-rata debit limbah cair yang dihasilkan per hari? _______________________________________________________________
Universitas Sumatera Utara
3. Apakah PLTU Labuhan Angin telah memiliki izin pembuangan limbah cair? Ya, alasan ___________________________________________________ Tidak, alasan ________________________________________________ 4. Apa saja sarana pengolahan limbah cair di tersebutdan bagaimana kondisinya? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 5. Apakah PLTU Labuhan Angin memiliki saluran pembuangan limbah cair yang terpisah dengan saluran air hujan? ______________________________________________________________ 6. Bagaimana proses pengolahan limbah cair tersebut? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ Pengolahan Fisika
Pengolahan Biologi
Pengolahan Kimia
Pengolahan Lanjutan
7. Apakah PLTU Labuhan Angin melakukan pemeriksaan kualitas air limbah? a. Ya, ___ /___ bulan b. Tidak, alasan _________________________________________________ 8. Kualitas Limbah Cair PLTU Labuhan Angin:
Universitas Sumatera Utara
A. Sumber Kegiatan Utama Parameter A. Sumber Proses Utama pH
Kadar Maksimum
100 mg/l
Minyak dan Lemak
10 mg/l
Klorin Bebas (Cl2)
0,5 mg/l
Kromium Total (Cr)
0,5 mg/l
Tembaga (Cu)
1 mg/l
Besi (Fe)
3 mg/l
Seng (Zn)
1 mg/l -
Catatan :
10 mg/l
* Apabila cooling tower blowdown dialirkan ke IPAL ** Apabila melakukan injeksi Phosphat
B. Sumber Blowdown Boiler pH
6-9
Tembaga (Cu)
1 mg/l
Besi (Fe)
3 mg/l
Catatan :
MS/TMS
6-9
TSS
Phosphat (PO ) **
Hasil Pengukuran
Apabila sumber air limbah blowdown boiler tidakdialirkan ke IPAL
C. Sumber Blowdown Cooling Tower pH 6-9 mg/l
Klorin Bebas (Cl2)
1 mg/l
Zink (Zn)
1 mg/l -
Phosphat (PO ) Catatan :
10 mg/l
Apabila sumber air limbah blowdown cooling tower tidakdialirkan ke IPAL
D. Sumber Demineralisasi/WTP pH 6-9 mg/l
TSS Catatan :
100 mg/l Apabila sumber air limbahdemineralisasi tidakdialirkan ke IPAL
Sumber : Permen LH No. 08 tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
B. Sumber Kegiatan Pendukung Parameter
Kadar Maksimum
Hasil Pengukuran
MS/TMS
A. Sumber Pendingin (Air Bahang) Temperatur 40oC *
Klorin Bebas (Cl4) Catatan :
0,5 mg/l
Apabila sumber air bahang tidak dialirkan ke IPAL *Merupakan hasil pengukuran rata-rata bulanan di outlet kondensor
B. Sumber Desalinasi pH
6-9 Pada radius 30 m dari lokasi pembuangan air limbah ke laut, kadar salinitas air limbah sudah harus sama dengan kadar salinitas alami (o/).
Salinitas
Catatan :Apabila sumber air limbah desalinasi tidak dialirkan ke IPAL
C. Sumber FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber 6-9 pH
SO4
(2-)
Catatan :
Kenaikan kadar maksimum paremeter Sulfat 4% dibanding kadar sulfat titik penataan inlet ke laut Apabila sumber air limbah FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber tidak dialirkan ke IPAL
D. Sumber Coal Stockpile pH
6-9
TSS
100 mg/l
Minyak dan Lemak
10 mg/l
Klorin Bebas (Cl2)
0,5 mg/l
Catatan :
Apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak dialirkan ke IPAL
Sumber : Permen LH No. 08 tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
9. Apakah PLTU Labuhan Angin melaporkan debit dan kadar parameter limbah cair kepada instansi berwenang? Ya, ___ /___ bulan Tidak, alasan _________________________________________________ 10. Pernahkah PLTU mendapat teguran/ diperkarakan ke pengadilan atas pelanggaran terhadap peraturan pengendalian pencemaran air selama tiga tahun terakhir? Jika ya, jelaskan! ______________________________________________________________ C. Limbah Gas
1. Sebutkan sumber-sumber limbah gas yang dihasilkan dari kegiatan PLTU Labuhan Angin. _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 2. Sebutkan jenis-jenis limbah gas yang dihasilkan dari kegiatan PLTU : SO2
Partikulat
NO2
lainnya, sebutkan : ____________________
3. Apa sajakah sarana pengolahan limbah gas yang ada di PLTU Labuhan Angin? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 4. Bagaimana proses pengolahan limbah gas tersebut? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________
Universitas Sumatera Utara
5. Apakah PLTU Labuhan Angin telah melakukan pemeriksaan kualitas limbah gas? a. Ya, ___ /___ bulan. b. Tidak, alasan 6. Kualitas limbah gas PLTU Labuhan Angin :
No
_1 2 3
Parameter
SO2 NO2 Total Partikulat
Baku Mutu 3 (mg/Nm ) 750 750 100
Hasil Pengukuran
MS/TMS
7. Pernahkah PLTU mendapat teguran/ diperkarakan ke pengadilan atas pelanggaran terhadap peraturan pengendalian pencemaran udara selama tiga tahun terakhir?Jika ya, mengapa? _______________________________________________________________ _______________________________________________________________
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2.Kuesioner Penelitian KUESIONER UNTUK PETUGAS YANG MENANGANI PENGOLAHAN LIMBAH I.
Identitas Responden
Nama Responden
:
Jenis Kelamin
:
Umur
:
Pendidikan
:
Bidang pekerjaan
:
Jam Kerja
:
Masa kerja
:
II. Pertanyaan Terkait Limbah Yang Ditangani No 1
2
3
4
5 6
7 8
Pertanyaan Apakah saudara pernah mendengar/mengetahui arti limbah? Apakah saudara mengetahui bahwa limbah yang anda tangani tersebut dapat merusak lingkungan jika tidak diolah dengan baik? Apakah saudara mengetahui bahwa limbah tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan manusia jika tidak diolah dengan baik? Apakah saudara mengetahui ada kandungan bahan berbahaya dalam limbah yang saudara tangani? Apakah saudara menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja menangani limbah? Ketika menangani limbah apakah saudara menutup wadah atau alat pengangkutan limbah tersebut agar limbah tidak jatuh/tumpah? Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan khusus dalam menangani limbah tersebut? Menurut saudara, apakah sarana pengolahan limbah yang digunakan sudah memenuhi syarat?
Ya
Tidak
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Keputusan Ka Bapedal No. 1 Tahun 1995
Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Lampiran I dan II Permen LH No.08 tahun 2009
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2009 Tentang : Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal
Lampiran I A. Sumber Proses Utama Parameter 1. pH 2. TSS 3. Minyak dan Lemak 4. Klorin Bebas (Cl2) 5. Kromium Total (Cr) 6. Tembaga (Cu) 7. Besi (Fe) 8. Seng (Zn) 9. Phosphat (PO ) **
Satuan mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
Kadar Maksimum 6-9 100 10 0,5 0,5 1 3 1 10
Catatan : * Apabila cooling tower blowdown dialirkan ke IPAL ** Apabila melakukan injeksi Phosphat
B. Sumber Blowdown Boiler Parameter 1. pH 2. Tembaga (Cu) 3. Besi (Fe)
Satuan mg/l mg/l
Kadar Maksimum 6-9 1 3
Catatan : Apabila sumber air limbah blowdown boiler tidakdialirkan ke IPAL
C. Sumber Blowdown Cooling Tower Parameter Satuan 1. pH 2. Klorin Bebas (Cl2) mg/l 3. Zink (Zn) mg/l 4. Phosphat (PO ) mg/l
Kadar Maksimum 6-9 1 1 10
Catatan : Apabila sumber air limbah blowdown cooling tower tidakdialirkan ke IPAL
D. Sumber Demineralisasi/WTP Parameter 1. pH 2. TSS
Satuan mg/l
Kadar Maksimum 6-9 100
Catatan : Apabila sumber air limbahdemineralisasi tidakdialirkan ke IPAL
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2009 :Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal
Lampiran II A. Sumber Pendingin (Air Bahang) Parameter Satuan o 1. Temperatur C 2. Klorin Bebas (Cl2) mg/l
Kadar Maksimum 40* 0,5
Catatan : Apabila sumber air bahang tidakdialirkan ke IPAL * Merupakan hsil pengukuran rata-rata bulanan di outlet kondensor
B. Sumber Desalinasi Parameter 1. pH 2. Salinitas
Satuan o /
Kadar Maksimum
6-9 Pada radius 30 m dari lokasi pembuangan air limbah ke laut, kadar salinitas air limbah sudah harus sama dengan kadar salinitas alami.
Catatan :Apabila sumber air limbah desalinasi tidak dialirkan ke IPAL
C. Sumber FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber Parameter Satuan Kadar Maksimum 1. pH 6-9 -) 2. SO4 % Kenaikan kadar maksimum paremeter Sulfat 4% dibanding kadar sulfat titik penataan Inlet ke laut Catatan : Apabila sumber air limbah FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber tidak dialirkan ke IPAL
D. Sumber Coal Stockpile Parameter 1. pH 2. TSS 3. Minyak dan Lemak 4. Klorin Bebas (Cl2)
Satuan mg/l mg/l mg/l
Kadar Maksimum 6-9 100 10 0,5
Catatan : Apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak dialirkan ke IPAL
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Lampiran I B Permen LH No. 21 tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran Kualitas Limbah Cair PLTU Labuhan Angin
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Data Hasil Pengukuran kualitas Emisi PLTU Labuhan Angin
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Struktur Organisasi PLTU Labuhan Angin
Universitas Sumatera Utara
32
Lampiran 9. Pengolahan Data Melalui SPSS Frequencies
N
Statistics Jenis Kelamin Umur Pendidikan Lama Kerjak 25 25 25 25 0 0 00
Valid Missing
Frequency Table
Jenis Kelamin
Valid
laki-laki
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 25 100.0 100.0 100.0
Umur
Valid
<25 25-50 >50 Total
Frequency Percent Valid Percent 14 56.0 56.0 9 36.0 36.0 2 8.0 8.0 25 100.0 100.0
Cumulative Percent 56.0 92.0 100.0
32
Lampiran 9. Pengolahan Data Melalui SPSS Frequencies
N
Statistics Jenis Kelamin Umur Pendidikan Lama Kerjak 25 25 25 25 0 0 00
Valid Missing
Frequency Table
Jenis Kelamin
Valid
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 25 100.0 100.0 100.0
laki-laki
Umur
Valid
<25 25-50 >50 Total
Frequency Percent Valid Percent 14 56.0 56.0 9 36.0 36.0 2 8.0 8.0 25 100.0 100.0
Cumulative Percent 56.0 92.0 100.0
Pendidikan
Valid
SD SMA/SMK/ST M Diploma Sarjana Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 4.0 4.0 4.0 14
56.0
56.0
60.0
6 4 25
24.0 16.0 100.0
24.0 16.0 100.0
84.0 100.0
Lama Kerjak Frequency Valid
0-2 tahun 3-5 tahun >5 tahun Total
Percent Valid Percent 5 20.0 20.0 11 44.0 44.0 9 36.0 36.0 25 100.0 100.0
Cumulative Percent 20.0 64.0 100.0
32 Universitas Sumatera Utara
Frequencies
Statistics Tahu/dengar limbah N
Valid Missing
Rusak Lingkungan
Ganggu Kesehatan
Ada B3
25
25
25
0
0
0
Pakai APD 25 25 0
0
Statistics
N
Tutupwdh/angkuta n Ikut Pelatihan Memenuhi Syarat Skor 25 25 25 0 0 0
Valid Missing
25 0
Frequency Table
Tahu/dengar limbah
Valid
tidak ya Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 12.0 12.0 12.0 22 88.0 88.0 100.0 25 100.0 100.0 Rusak Lingkungan
Valid
tidak ya Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 4.0 4.0 4.0 24 96.0 96.0 100.0 25 100.0 100.0 Ganggu Kesehatan
Valid
ya
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 25 100.0 100.0 100.0
tidak ya Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 12.0 12.0 12.0 22 88.0 88.0 100.0 25 100.0 100.0
Ada B3
Valid
Universitas Sumatera Utara
Pakai APD
Valid
tidak ya Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 16.0 16.0 16.0 21 84.0 84.0 100.0 25 100.0 100.0
Tutupwdh/angkutan Cumulative Percent Valid Percent Percent 4 16.0 16.0 16.0 21 84.0 84.0 100.0 25 100.0 100.0
Frequency Valid
tidak ya Total
Ikut Pelatihan
Valid
tidak ya Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 17 68.0 68.0 68.0 8 32.0 32.0 100.0 25 100.0 100.0 Memenuhi Syarat
Valid
tidak ya Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 2 8.0 8.0 8.0 23 92.0 92.0 100.0 25 100.0 100.0
Skor
Valid
>12 8-12 <8 Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 21 84.0 84.0 84.0 3 12.0 12.0 96.0 1 4.0 4.0 100.0 25 100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
Jawaban Responden : Nama Andre Diaryan Tangkas S Ricky Reymond Ahmad Darwish Dedie S Alva Tatema Fadli Hidayat James M Bobby S Hendriko Jhon Hasan Zulhan M Wahyudhi Murhalem Nixon A Kabul B Rizal D Nuriadi Suchairi G Helpandi S Mukhtaruddin H Hendri Astam David Maruli S
Jns Kelamin 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Umur
Umurk
Pnddkan
23 30 25 24 24 22 24 25 23 23 38 33 23 28 24 25 25 38 38 23 60 33 56 35 30
1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 3 2 3 2 2
3 3 4 4 4 2 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
Lama Kerja 5 7 5 5 5 4 5 7 4 3 4 8 4 6 4 6 6 6 6 1 7 1 2 1 0
Lama Kerjak 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 1 3 1 1 1 1
Universitas Sumatera Utara
Nama
Andre Diaryan Tangkas Ricky Reymond Ahmad Darwish Dedie S Alva Tatema Fadli Hidayat James M Bobby S Hendriko Jhon Hasan Zulhan Murhalem M Wahyudhi Nixon A Kabul B Rizal D Nuriadi Suchairi Helpandi Mukhtaruddi n Hendri Astam David Maruli S
Arti Lim bah 2
lingk kese unga hata n n 2 2
B3
APD
ttpwd ah
pelati han
sk or
perila ku
Peril akuk
2
2
2
2
2
16
1
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
0 0
2 2
14 16
1 1
2
2
2
0
2
2
2
2
14
1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 2 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0
2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 16 14 8 14 16 14 14 16 16 16 16 14 14 14 14 14
1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 2 0
2 0 2 2
2 2 2 2
2 0 0 2
2 0 0 0
2 0 0 0
0 0 0 0
2 0 2 2
12 2 8 8
1 3 2 2
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Permohonan Izin Survei Pendahuluan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Permohonan Izin Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Surat Keterangan dari PLTU Labuhan Angin
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian
Gambar Lampiran 1. Proses Pengambilan Abu dari Ash Silo menuju Ash Disposal
Gambaran Lampiran 2. Ash Disposal PLTU Labuhan Angin
Universitas Sumatera Utara
Gambar Lampiran 3. Tampak Depan TPS Limbah B3 PLTU Labuhan Angin
Gambar Lampiran 4. Kemasan Bekas B3 PLTU Labuhan Angin
Universitas Sumatera Utara
Gambar Lampiran 5. Waste Water Treatment Plant (WWTP) PLTU Labuhan Angin
Gambar Lampiran 6. Coal Waste Water Sedimentation Pond PLTU Labuhan Angin
Universitas Sumatera Utara