LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1 PENYEMPURNAAN PENGANJIAN PADA KAIN KAPAS DENGAN VARIASI PVA : TAPIOKA ANGGOTA
: -Jeandy Abdul Abdul Malik Malik (15020038) (15020038) -Rd. Kurnianti N.Br (15020051) -Gabriella B (16020100) -Ikeu Nur Halimah (16020103) - Rd. Sarah Fadhillah (16020105) -Lady Fatihah (16020130)
KELOMPOK : 5 (Lima) GROUP
: 2K4
DOSEN
: Wulan S., S.ST,M.T.
ASISTEN
: - Desti M., S.ST. S.ST. - Desiriana -
POLITEKNIK STTT BANDUNG 2018
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul PENYEMPURNAAN PENGANJIAN PADA KAIN KAPAS ini dalam waktu yang telah “
”
ditentukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1. Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Allah SWT. Yang telah meridhoi pembuatan makalah dengan baik
2.
Dosen Mata Kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1
3.
Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi
4.
Teman-teman penulis yang telah memberikan bantuan kepada penulis
5.
Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Maksud Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara proses penyempurnaan penganjian dengan menggunakan kanji PVA:Tapioka terhadap kain kapas.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hasil dari evaluasi kain kapas setelah dilakukan proses penganjian
Untuk memberikan lapisan film yang rata pada kain yang akan memperbaiki. kenampakkan, memperbaiki kekuatan tarik dan menambah kekakuan bahan.
BAB II DASAR TEORI
2.1. Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu jenis bahan tekstil yang sudah dikenal sejak ± 5.000 tahun sebelum masehi. Merupakan salah satu bahan tekstil yang berasal dari serat alam, yaitu serat biji tanaman Gossypium yang tumbuh di daerah lembab dan banyak disinari matahari. Tanaman Gossypium termasuk keluarga Malvaceae. Pertumbuhan tanaman kapas sangat bergantung pada tempat tumbuhnya.Tanaman ini tumbuh di daerah yang beriklim subtropis seperti Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Komposisi serat kapas tergantung pada jenis tanaman dan derajat kesadahannya. Sekitar 90% komposisi serat kapas terdiri dari selulosa, sedangkan sisanya adalah protein, pektin, malam, lemak, pigmen alam, mineral, dan air. Serat kapas memegang peranan penting dalam bidang tekstil. Dengan berkembangnya serat sintetik tidak menyebabkan serat kapas mulai ditinggalkan, namun dengan adanya perkembangan serat buatan, meningkatkan penggunaan serat campuran yang memiliki sifat saling melengkapi kedua sifat tersebut. Hal ini disebabkan karena serat kapas masih memiliki beberapa keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh serat buatan. Keunggualan serat kapas diantaranya mempunyai daya serap yang baik terhadap air, sehingga nyaman apabila dipakai. Serat kapas juga mempunyai beberapa kekurangan seperti mudah kusut dan mengkeret dalam pencucian. Morfologi Serat Kapas
Bentuk morfologi penampang melintang serat kapas sangat bervariasi dari bentuk pipih sampai bentuk bulat, tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal yang terdiri dari bagian kutikula, dinding primer, dinding sekunder, dan lumen. Sedangkan bentuk penampang membujur serat kapas adalah pipih seperti bentuk pita yang terpilin atau terpuntir membentuk puntiran dengan interval tertentu. Kearah memanjang, serat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian besar, bagian badan, dan bagian ujung.
Bentuk penampang melintang dan bentuk penampang membujur serat kapas disajikan pada gambar berikut ini :
melintang
membujur
Sumber : Soeprijono, dkk, Serat-Serat Tekstil, ITT, Bandung, 1973, hlm 41. Gambar 1.2.1 Penampang Melintang dan Membujur Serat Kapas Komposisi Serat Kapas
Serat kapas mentah mengandung selulosa. Selain selulosa, pada kapas mentah mengandung pektin, lemak/malam, pigmen alam, mineral dan air. Komposisi serat kapas berbeda-beda tergantung dari berbagai hal, antara lain jenis tanaman kapasnya, kondisi tanah, cuaca, kualitas air untuk irigasi, dan zat kimia yang digunakan untuk pupuk dan pestisidanya. Komposisi serat kapas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Komposisi Kimia Serat Kapas Konstitusi
% terhadap berat kering
Selulosa
94
Protein
1,3
Pektat
1,2
Lilin
0,6
Abu
1,2
Pigmen dan zat-zat lain
1,7
Sumber : P.Soeprijono, dkk, Serat-Serat Tekstil, ITT Bandung 1974, hlm 46 Stuktur Molekul Serat Kapas Stuktur Kimia Serat Kapas
Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi murninya telah lama diketahui sebagai zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul. Selulosa dengan rumus empiris (C 6H10O5)n merupakan suatu rantai polimer linier yang tersusun dari kondensat molekul-molekul glukosa yang dihubungkan oleh jembatan oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Stuktur rantai-rantai molekul selulosa disusun dan diikat satu dengan yang lainnya melalui ikatan Van der Waals. Struktur kimia dari selulosa dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini H
OH
OH
CH2OH H
OH
OH
OH H
O
H CH2OH
H
OH
O
H
H
OH
H
O
H
H
O
CH2OH
OH
H
H H
O
CH2OH H
O H
H
OH
O
H
H
H
H
OH
n-1
Sumber : P. Soepriyono,dkk, Serat-serat tekstil, ITT, Bandung, 1973, hlm 45 Gambar 2.2 Struktur Kimia Selulosa Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil pada atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH 2OH), sedangkan pada posisi 2 dan 3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada gugus hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional yang sangat menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH dalam penulisan mekanisme reaksi. Susunan Fisika Serat Kapas
Komposisi fisika serat kapas terdiri dari bagian amorf dan kristalin, dimana bagian amorf mempunyai daya serap yang lebih besar dari pada bagian kristalin, tetapi kekuatannya lebih kecil. Pada bagian kristalin memiliki susunan molekul yang teratur dan sejajar satu sama lain. Sedangkan pada bagian amorf, susunan molekulnya tersusun secara tidak pararel dan tidak teratur. Bagian kristalin dan amorf pada serat kapas disajikan pada Gambar 2.3 dibawah ini :
Sumber : Trotman, E.R., Texlile Scouring and Bleaching, Charles Griffin and Company Limited, London 1976, hlm15. Gambar 2.3 Bagian Kristalin dan Amorf Serat Kapas
Sifat-sifat Serat Kapas
Sifat-sifat Fisika Warna 1. Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem. Adanya warna ini disebabkan oleh pigmen alam yang terkandung di dalam serat kapas. Pigmen yang menimbulkan warna pada kapas belum diketahui dengan pasti . Warna kapas akan semakin tua setelah penyimpanan selama 2 sampai 5 tahun. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan warna keabu-abuan. 2.
Kekuatan Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat, panjang rantai dan orientasinya. Dalam suasana basah, serat kapas akan memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan karena pada keadaan basah bentuk serat akan mengelembung
sehingga puntiran hilang. Dengan demikian gaya tarik yang diderita akan tersebar sepanjang serat. 3.
Mulur Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa yang lainnya yaitu berkisar 4-13 % bergantung pada jenis serat kapasnya dan ratarata mulur sebesar 7%.
4.
Moisture Regain Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat kapas yang kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban relatif, pada kondisi standar kandungan air serat kapas berkisar antara 7-8,5%.
5.
Keliatan (Toughness) Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk menerima kerja. Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan serat-serat selulosa yang diregenerasi.
6.
Indeks Bias Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1,58. Sedangkan indeks bias melintang sumbu serat adalah 1,53.
7.
Berat Jenis Berat jenis serat kapas adalah 1,5 sampai 1,56
Sifat-sifat Kimia Pengaruh asam 1. Serat kapas tahan terhadap asam lemah, sedangkan asam kuat akan mengurangi kekuatan serat kapas karena dapat memutuskan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). 2.
Pengaruh alkali Alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terbentuknya oksiselulosa. Alkali pada kondisi tertentu akan mengelembungkan serat kapas.
3.
Pengaruh oksidator Oksidator dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang mengakibatkan penurunan kekuatan serat. Derajat kerusakan serat bergantung pada konsentrasi, pH dan suhu pengerjaan.
4.
Pengaruh mikroorganisma Dalam keadaan lembab dan hangat, serat kapas mudah terserang jamur dan bakteri. Tetapi pada kondisi kering, serat kapas mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap jamur dan mikroorganisma.
2.2. Kanji Zat kanji / pati (starch) atau bahasa latinnya amylum, yang berarti tepung halus, adalah suatu substansi glukosida. Zat kanji tersebut terdiri dari butiran-butiran sferik yang kecil sekali dengan ukuran dan bentuk beragam. Konstitusi kimia zat kanji sangat beragam. Bila diberi air panas kemudian didinginkan maka zat-zat kanji tersebut akan membentuk pasta atau gel, yang terjadi oleh adanya hidrasi, penggembungan dan akhirnya perekahan butir zat kanji tersebut. Zat kanji merupakan campuran dua polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin yang berasal dari penambahan molekul-molekul glukosa. Air panas dapat menyebabkan zat kanji terpisah menjadi dua bagian, yaitu yang bersifat tidak larut (amilopektin) dan yang larut dalam air (amilosa). Rantai molekul amilosa berbentuk linier dengan ikatan pada 1,4 (1,4 – linkage), sedangkan amilopektin juga linier tapi dengan ikatan pada posisi 1,6 Kesesuaian suatu zat kanji untuk penganjian (juga dalam penghilangan kanji) sangat bergantung pada jenis kanji tersebut berasal dan kandungan amilosa dan amilopektinnya. Zat kanji dengan amilopektin tinggi dapat menimbulkan masalah pada proses penghilangan kanjinya, bahkan dengan enzim amylase sekalipun. 2.2.1. Macam-Macam Zat Kanji Berdasarkan komposisi kimia maka kanji dapat digolongkan sebagai berikut :
Kanji/pati.
Kanji yang dimodifikasi.
Turunan-turunan selulosa, CMC.
Kanji dengan bahan dasar PVA (polivinilalcohol).
Poliakrilat (PAC).
Galaktomanan (GM).
Kanji-kanji polyester (PES).
Homopolimer dan kopolimer dari vinil, akrilat dan stirena.
Lilin dan lemak.
Paraffin, silicon, pelembut, fungisida dan lain-lain.
2.2.2. Kanji Tapioka Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan hasil akhir yang tipis, mengkilap dan fleksibel. Dalam penggunaannya sering dicampur dengan kanji lain untuk mendapatkan modifikasi sifat-sifat yang diinginkan, umpama dengan kanji kentang akan mendapatkan hasil akhir dengan pegangan yang fleksibel dan keras. 2.2.3. Kanji Polivinilalkohol (PVA) Polivinilalkohol atau PVA tidak dibuat dari monomer, tetapi dari polimerisasi monomer vinil asetat. Bila reaksi hidrolisanya dikendalikan maka akan diperoleh PVA yang terhidrolisis penuh. Bila reaksi hidrolisanya tidak terkendali maka akan diperoleh PVA yang terhidrolisa sebagian. PVA yang terhidrolisa penuh masih mengandung 1 - 2 % gugus eter, dan jumlah tersebut menunjukan banyaknya – (OCOCH3) yang diganti oleh gugus –OH. PVA yang terhidrolisa sebagian, misalnya PVA 88% lebih mudah larut dalam air. Semakin panjang rantai makromolekulnya makin tinggi viskositasnya.
PVA terutama ditujukan untuk penganjian benag-benang lusi yang terbuat dari serat-serat sintetik, disamping juga untuk benang-benang kapas dan rayon viskosa.
PVA
adalah
polimer yang dibuat dari asetilena dan asam asetat. Asetilena dibuat dari kalsium karbida yang berasal dari batu kapur dengan mereaksikannya dalam air. Reaksi pembuatan asetilena dapat dituliskan sebagai berikut: CaCO3
3 C + CaO
CaC2 + 2 H2O
CaO + CO2 CaC 2 + CO Ca(OH)2 + C2H2
Sebagian asetilena dirubah menjadi asam asetat dengan penambahan air dan oksidasi :
C2H2 + H2O + O
CH3COOH
Asam asetat kemudian direaksikan dengan asetilena dengan menggunakan seng asetat sebagai katalisator dan terbentuk vinil asetat :
CH3COOH + C2H2
Seng Asetat
CH3COCN:CH2
Vinil asetat dilarutkan dalam methanol dan dipolimerisasikan menjadi polivinil asetat dengan penambahan katalisator peroksida:
n CH3COOH : CH2
(-CH2CH-OCOCH3) n
Kemudian kedalam larutan methanol ditambahkan natrium hidroksida untuk menyabunkan polivinil asetat menjadi polivinil alcohol yang mengendap. (-CH2CH-OCOCH3) n + n NaOH
(CH 2CH-OH)n + CH3COONa
PVA kemudian dijadikan bentuk bubuk dan dikeringkan. Bubuk berwarna putih, tetapi jika dilarutkan didalam air akan menjadi larutan tembus cahaya.PVA banyak digunakan pada industri tekstil karena sifat fleksibilitas dan ketahanan terhadap abrasinya berkat gugusgugus OH-nya yang membentuk dwikutub.Pemanasan akan menyebabkan kristalisasi kanji dimana bentuk terkristalisasi ini membuatnya menjadi tidak mudah larut dalam air. Oleh sebab itu, perlakuan panas pada suhu tinggi sebelum penghilangan kanji harus dihindari. Prinsip penghilangan kanji adalah : PEMBASAHAN (Wetting)
PENGGEMBUNGAN
PENDISPERSIAN
(Swelling)
(Dispersion)
Makin tinggi suhu makin baik untuk kondisi penghilangan kanji. Penghilangan PVA juga akan lebih baik dengan penambahan surfaktan dan pelunak air. Dengan adanya zat-zat tersebut serat menjadi lebih mudah terbasahi dan ini akan menyebabkan penggembungan kanji sehingga akan terdispersi dengan mudah.PVA tidak dapat di-biodegradasi tetapi dapat dengan mudah didaur-ulang dengan ultrafiksasi. Sifat lain yang kurang menguntungkan adalah sangat peka terhadap elektrolit dan pH alkali.
2.2.4. Penyempurnaan Kanji pada Kain
Tujuan penyempurnaan kanji pada kain adalah untuk memberkan lapisan film yang rata pada kain, menyempurnakan kenampakan, menstabilkan dimensi dan menambah berat kain. Hasil penganjian sangat dipengaruhi oleh viskositas larutan kanji dan penetrasinya pada serat.
2.2.5. Fiksasi Zat Kanji Penyempurnaan menggunakan campuran zat kanji merupakan pelapisan serat dengan lapisan film pelindung yang pada akhirnya lapisan tersebut harus mudah dihilangkan pada saat proses penghilangan kanji. Oleh sebab itu, suatu ikatan yang terlalu kuat antara serat dan zat kanji bukan merupakan hal yang utama. Lebih disukai ikatan tersebut berupa ikatan hidrogen atau van der waals atau jenis ikatan elektrostatik yang relatif lemah, dan sifatnya fisik. Fiksasi tersebut dapat berbentuk gaya-gaya dwikutub atau elektrolit. Suatu dwikutub listrik terdiri dari dua pusat dengan muatan sama tapi berlawanan. δ+ dan δ -, terpisahkan dengan jarak yang kecil sekali. Banyak molekul-molekul yang memperlihatkan sifat-sifat dwikutub karena bentuk geometri dan distribusi dari muatan dalam ikatan intraatomnya. Hal ini terlihat jelas pada molekul air yang memperlihatk an karakter dwikutub yang kuat sekali. Pada penganjian
H δ+
R – O – H ………………. O δ-
δ+
Hδ– Pada penghilangan kanji
Substansi kimia yang dikenal dengan elektrolit merupakan komposit ionic (asam, basa, garam) dan disebut kation bila ionnya positif dan anion bila ionnya negatif. Zat-zat tersebut bersama dalam bentuk terlarut dan mampu berlaku sebagai medium konduktif. Hal penting pada elaktrolit adalah kelarutannya yang cepat berkat afinitasnya yang tinggi terhadap air, sehingga mudah dihilangkan dalam pencucian. Untuk kopolimer-kopolimer tertentu, pertambahan sifat kelarutannya diperoleh dengan konjugasi dua gugusan, yaitu gugus dwikutub dan elektrolit yang berada pada molekul yang sama.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan.
3.1.1. Alat :
Baker gelas 500 ml
Pengaduk
Mesin stenter
Setrika
Mesin padder
Timbangan digital
Kasa
3.1.2. Bahan :
Kain Poliester
Kanji PVA 5%
Tapioka 5%
3.2 Resep
PVA
5%
Tapioka
5%
Suhu Padding
70 0C
WPU
60%
3.3 Fungsi Zat
PVA : Untuk memperbaiki kenampakan kain,memperbaiki kekakuan dan untuk menambah kekuatan tarik pada bahan
Tapioka : Untuk memperbaiki kenampakan kain,memperbaiki kekakuan dan untuk menambah kekuatan tarik pada bahan
CMC : Untuk memperbaiki kenampakan tekstur, mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC
3.4 Diagram Alir
Timbang Kain
Persiapan Bahan
Pemanasan larutan kanji (60-70oC)
Padding WPU 70%
Pengeringan
3.5. Fungsi Zat
Evaluasi (∆Berat,Kekakuan,%Pe nambahan tarik
PVA : Untuk memperbaiki kenampakan kain,memperbaiki kekakuan dan untuk menambah kekuatan tarik pada bahan
Tapioka : Untuk memperbaiki kenampakan kain,memperbaiki kekakuan dan untuk menambah kekuatan tarik pada bahan
3.6. Cara Kerja
Bahan ditimbang dan dihitung keperluan zat kimianya.
Buat larutan kanji lalu panaskan sampai 70 oC.
Bahan di pad dengan larutan tersebut dengan WPU 70 %.
Bahan dikeringkan.
Bahan dilewatkan pada mesin stenter.
BAB IV DATA PENGAMATAN, PERHITUNGAN & PEMBAHASAN
Kebutuhan PVA dan Tapioka (PVA:Tapioka) Kain 1 (1:1) = PVA =
100 = 5
Tapioka = Kain 2 (1:2) = PVA =
100 = 5
100 = 5
Tapioka = Kain 3 (2:1) = PVA =
100 = 10
100 = 10
Tapioka =
100 = 5
Tabel penambahan berat Kain Contoh Uji
Berat Awal
Berat Akhir
1
5,93 gram
6,11 gram
%Penambahan Berat 6,11 − 5,93 5,93
2
5,64 gram
6,05 gram
6,05 − 5,64 5,64
3
5,79 gram
6,74 gram
6,74 − 5,79 5,79
Tabel Gramasi Kain Kain Contoh Uji
Berat kain 10 × 10 (gram)
1
1,23
Gramasi
100 × 100 10×10
2
1,28
100 × 100 10×10
× 1,3 = 123
× 1,2 = 128
× 100% = 3,04%
× 100% = 7,27%
× 100% = 16,41%
3
100 × 100
1,36
10×10
× 1,3 = 136
Tabel Panjang Lengkung Kain 1 A
B
C
D
X
1
4,8 cms
5 cms
4,8 cms
5 cms
4,9 cms
2
4,7 cms
5 cms
4,7 cms
5 cms
4,85 cms
3
4,0 cms
5,6 cms
4,5 cms
4,2 cms
4,325 cms
A
B
C
D
X
1
5,3 cms
5 cms
5,5 cms
5,2 cms
5,25 cms
2
5 cms
5 cms
5 cms
5 cms
5 cms
3
5 cms
5 cms
5 cms
5 cms
5 cms
A
B
C
D
X
1
6,25 cms
6,25 cms
6,6 cms
6,6 cms
6,425 cms
2
6 cms
6,5 cms
6,5 cms
6,2 cms
6,375 cms
3
6 cms
6,2 cms
6,5 cms
6,6 cms
6,325 cms
Kain 2
Kain 3
Tabel kekauan Lusi = 0,1 x hasil gramasi x (rata-rata p.lengkung)3
Kain 1
Kekakuan kain contoh uji
Lusi 1
0,1 x 123 x (4,9)3 = 1447,0827
Lusi 2
0,1 x 123 x (4,85)3 = 1403,2347375
Lusi 3
0,1 x 123 x (4,325)3 = 995,092485375
X
1281,8033
Kain 2
Kekakuan kain contoh uji
Lusi 1
0,1 x 128 x (5,25)3 = 1852,2
Lusi 2
0,1 x 128 x (5)3 = 1600
Lusi 3
0,1 x 128 x (5)3 = 1600
X
1684,0667
Kain 3
Kekakuan kain contoh uji
Lusi 1
0,1 x 136 x (6,425)3 = 3607,1010125
Lusi 2
0,1 x 136 x (6,375)3 = 3523, 5421875
Lusi 3
0,1 x 136 x (6,325)3 = 3441,2838625
X
3523,5421875
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan Dari hasil percobaan dan pengamtan terhadap hasil penyempurnaan penganjian kain poliester kapas maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : 4.1 Presentase Penambahan Berat Kain Jika kita melihat data dari hasil percobaan, maka kita dapat melihat besarnya penambahan berat dari tiap-tiap konsentrasi kanji yang digunakan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada resep 1 yang menggunakan konsentrasi kanji PVA:tapioka sebesar 1:1 menimbulkan penambahan berat pada kain kapas sebesar 3,04 %. Kemudian dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa seiring dengan bertambahnya konsentrasi kanji yang digunakan maka makin bertambah pula % penambahan berat kain yang dihasilkan. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa pada konsentrasi kanji yang berbeda, makin tinggi konsentrasi kanji yang digunakan maka akan makin tinggi pula viskositas larutan penganjian. Sehingga menyebabkan penetrasi pasta/kanji pada benang/kain akan semakin besar. Hal itu ditunjukan dengan bertambahnya konsentrasi maka akan makin naik pula penambahan berat kainnya. Selain itu, hal tersebut di atas dapat disebakan karena dengan banyaknya kanji yang digunakan, maka daya rekat dari kanji akan semakin besar sehingga kanji yang terdapat pada kain akan semakin banyak pula.
4.2 Kekakuan Kain Hasil kain setelah dilakukan penyempurnaan penganjian menjadi agak keras (kaku). Hal ini merupakan memang merupakan salah satu sifat yang diinginkan pada
penganjian, dimana kain diberi kanji berupa gel dan setelah kanji kering maka kain akan menjadi agak keras (kaku). Namun kekauan yang baik adalah kain tidak kaku sekali, yaitu kain bisa secara fleksibel bisa terteku-tekuk untuk melewati prosesproses tekstil selanjutnya tanpa pecahnya lapisan film kanji tersebut. Kekakuan kain setelah penganjian, jika diraba maka kain 3 dengan perbandingan PVA:tapioca (2:1) , kainnya merupakan kain yang paling kaku dibandingkan dengan resep-resep lainnya untuk kain kapas.
4.3 Efek Pegangan Kain Perabaan secara fisik pada permukaan kain kapas antara kain sebelum penganjian dan setelah penganjian akan mengahasilkan efek pegangan yang berbeda, dimana kain setelah penganjian memiliki rasa pegangan yang lebih kasar dan lebih penuh dibanding kain yang tidak diberi kanji. Efek pegangan kasar dan penuh dengan cara diraba, maka kain 3 PVA:tapioka (2:1 ) merupakan hasil kain yang paling kasar dan berefek pegangan penuh terbesar dibandingkan kain 1 yang paling lembut diantara resep lainnya.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan praktikum kali ini, menggunakan variasi perbandingan kanji PVA dan Tapioka yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kain 1 PVA:Tapioka (1:1) yang terkandung dalam kain kapas setelah dilakukan proses penganjian adalah sebesar 3,04% 2. Kain 2 PVA:Tapioka (1:2) yang terkandung dalam kain kapas setelah dilakukan proses penganjian adalah sebesar 7,27% 3. Kain 3 PVA:Tapioka (2:1) yang terkandung dalam kain kapas setelah dilakukan proses penganjian adalah sebesar 16,41% 4. Kekakuan kain setelah penganjian, kain 3 dengan perbandingan PVA:tapioca (2:1) , kainnya merupakan kain yang paling kaku dibandingkan dengan resep-resep lainnya untuk kain kapas. Rata-rata kekakuan lusinya pun berada pada angka yg paling tinggi dibandingkan kain yang lain yaitu 3523,9756875.