REFERAT
Transient ischemic attack
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Saraf
Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I RS Sukanto
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Albert Teddy, Sp.S
Disusun Oleh :
Finidya Septiani
(1110221046)
Kepaniteraan Klinik Departemen Saraf
Fakultas Kedokteran – UPN "VETERAN" JAKARTA
Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I RS Sukanto
PERIODE 26 Maret – 28April 2012
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas
limpahan berkat dan karunia-Nya Tuhan sehingga referat yang berjudul
"Stroke Iskemik" dapat terselesaikan dengan baik. Referat ini dibuat
sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik Departemen Saraf Rumah
Sakit Bhayangkara Tingkat I RS Sukanto Jakarta.
Kiranya dapat penulis kemukakan bahwa tidak mungkin presus ini dapat
diselesaikan tanpa bantuan, dorongan serta kerjasama berbagai pihak dengan
sepenuh hati, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. dr. Marjanti, Sp.S selaku dosen penguji presus.
2. Seluruh staf Departemen Saraf Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I RS
Sukanto Jakarta.
3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Departemen Saraf Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat I RS Sukanto Jakarta.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan di dalamnya. Penulis juga
mengharapkan kiritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan
referat ini di kemudian hari. Akhir kata, semoga referat ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian yang diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih.
Jakarta, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I DATA PASIEN 1
I.1 Identitas Pasien 1
I.2 Anamnesis 1
I.3 Pemeriksaan Fisik 3
I.4 Pemeriksaan Penunjang 7
I.5 Diagnosis 8
I.6 Diagnosis Banding 8
I.7 Penatalaksanaan 8
I.8 Prognosis 8
I.9 Follow Up 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
II.1 Anatomi 13
II.2 STROKE 15
a. Definisi Stroke 15
b. Epidemiologi 15
c. Klasifikasi Stroke 16
d. Faktor Resiko 19
e. Manifestasi Klinis 20
f. Diagnosis 21
g. Penatalaksanaan 23
h. Prognosis 23
BAB III PEMBAHASAN 24
DAFTAR PUSTAKA 27
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
CVD (Cerebro Vascular Desease) atau stroke merupakan penyakit
ketiga yang menyebabkan kematian dibeberapa negara berkembang setelah
jantung dan kanker. Setiap tahunnya sekitar 4,5 juta orang meninggal
karena stroke. Stroke sebagai salah satu penyebab kematian dan kecacatan
neurologi yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan
kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan
cermat.1,2
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus
stroke baik dalam hal kematian, kejadian dan kecacatan. Insiden stroke
51,6/100.000 penduduk dan kecacatan 1,6% tidak berubah dan 4,3% semakin
memberat.3 Angka kematian berdasarkan umur sebesar 15,9% (usia 45-55
tahun), 26,8% (usia 55-64 tahun), dan 23,5% (usia >65 tahun).4 Stroke
dapat terjadi pada semua umur tapi sebagian dialami oleh orang yang
berusia lebih dari 70 tahun.5
Otak mengontrol fungsi tubuh kita, bagaimana kita berpikir,
melihat, berbicara, dan bergerak. Sinyal-sinyal ke dan dari otak yang
ditransmisikan melalui medulla spinalis ke seluruh tubuh. Sisi kanan otak
mengendalikan sisi kiri tubuh, dan sisi kiri otak mengendalikan sisi
kanan tubuh.6
Suplai darah ke otak berasal dari arteri karotis (dikenal sebagai
sirkulasi anterior) dan arteri vertebralis yang berasal dari medulla
spinalis (disebut sebagai sirkulasi posterior). Ketika area otak
kehilangan atau terhentinya suplai darah dan bagian tubuh yang
dikendalikan juga berhenti bekerja, hal inilah yang menjadi
penyebab stroke atau CVD (Cerebro Vascular Desease).6 Penyebab stroke
didominasi oleh plak arteriosklerotik yang terjadi pada satu atau lebih
arteri yang memberi aliran darah berupa nutrisi dan makanan ke otak. Plak
biasanya mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan
untuk membentuk dan menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan
hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi.7
Ketika otak kehilangan suplai darah, otak akan mencoba memulihkan
aliran darah. Jika suplai darah dapat dipulihkan, maka fungsi dari sel-
sel otak yang terkena dapat berfungsi kembali. Hal inilah yang terjadi
pada TIA (Transient Ischemic Attack) atau serangan stroke sementara atau
mini stoke.6
Sekitar satu dari seratus orang dewasa mengalami paling sedikit 1
kali serangan iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati
dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini kemudian akan mengalami
stroke dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan
terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama. Risiko TIA
untuk terkena stroke 35-60% dalam waktu lima tahun.
I.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan referat ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh mengenai CVD (Cerebro Vascular Desease)
Transient Ischemic Attack.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan referat ini adalah untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan CVD (Cerebro Vascular Desease) Transient
Ischemic Attack, yaitu
a. Definisi
b. Anatomi pembuluh darah otak
c. Klasifikasi
d. Etiologi
e. Faktor resiko
f. Patofisiologi
g. Gejala dan tanda klinis
h. Pemeriksaan penunjang
i. Penatalaksanaan
j. Komplikasi
k. Prognosis
I.3 Manfaat Penulisan
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan refrat ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
memberikan wawasan ilmu pengetahuan kedokteran khususnya neurologi.
b. Bagi Penulis
Penulisan refrat yang dilakukan menambah pengetahuan penulis
mengenai Transient Ischemic Attack dan Stroke.
c. Bagi Pembaca
Penulisan ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan dan diharapkan
menambah keingintahuan pembaca tentang Neurologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi Pembuluh Darah Otak
Darah dialirkan ke otak melalui dua arteri karotis interna dan
dua arteri vertebralis Arteri karotis interna, setelah memisahkan diri
dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak
melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus,
mempercabangkan arteri untuk nervus optikus dan retina, akhirnya
bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media.8
Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi pada regio sentral dan
lateral hemisfer. Arteri serebri anterior memberikan vaskularisasi
pada korteks frontalis, parietalis bagian tengah, korpus kalosum dan
nukleus kaudatus. Arteri serebri media memberikan vaskularisasi pada
korteks lobus frontalis, parietalis dan temporalis.9
Arteri vertebralis merupakan cabang pertama dari arteri
subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di
kolumna vertebralis servikalis, masuk rongga kranium melalui foramen
magnum, menembus duramater dan araknoidmater untuk masuk ke ruang
subaraknoid lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri
serebeli inferior.8 Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya
bersatu menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok
cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir
sebagai sepasang cabang arteri serebri posterior.10 Arteri vertebralis
memberikan vaskularisasi pada batang otak dan medula spinalis atas.
Arteri basilaris memberikan vaskularisasi pada pons. Arteri serebri
posterior memberikan vaskularisasi pada lobus temporalis, oksipitalis,
sebagian kapsula interna, talamus, hipokampus, korpus genikulatum dan
mamilaria, pleksus koroid dan batang otak bagian atas.10
II.2 Stroke
a. Definisi Stroke
Stroke menurut WHO adalah manifestasi klinis dari gangguan
fungsi cerebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang
berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada
gangguan vaskular.10
b. Epidemiologi
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam
kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun
terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 %
atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun
berat. Pada 1999, 50 juta orang telah mengalami kecacatan akibat
stroke. Jumlah ini merupakan 3,5 % dari seluruh penderita cacat.
Proyeksi hingga 2020 nanti menunjukan bahwa setiap tahun sekitar 61
juta orang akan mengalami kecacatan akibat stroke.
c. Klasifikasi Stroke
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut:15
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik
1) Perdarahan intra serebral
2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak,
penyumbatan)
1) Trombosis serebri
2) Emboli serebri
3) Hipoperfusi sistemik
2. Berdasarkan waktu terjadinya
1) Transient Ischemic Attack (TIA): Gejala neurologik akibat
gangguan peredaran darah di otak yag menghilang < 24 jam.
2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): Gejala
neurologik yang menghilang dalam 24 jam sampai tiga seminggu.
3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke: Gejala
neurologik makin lama makin berat.
4) Completed stroke:Gejala klinis sudah menetap.
3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler
a. Sistem karotis (anterior)
1) Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
2) Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
3) Gangguan visual: hemianopsia, amaurosis fugaks
4) Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
b. Sistem vertebrobasiler (posterior)
1) Motorik : hemiparese alternans, disartria
2) Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
3) Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah gangguan suplai darah ke otak akibat
adanya obstruksi atau penyempitan pembuluh darah otak yang dapat
menyebabkan gangguan neurologik mendadak dan dapat dilihat
melalui CT-Scan kepala berupa gambaran infark. 83% pasien
mengalami stroke jenis ini. Penyumbatan pada stroke iskemik
dapat terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang
menuju ke otak. Penyumbatan disebabkan oleh:12,13,14
Suatu ateroma (trombus) pada pembuluh darah arteri karotis
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak.
Emboli serebral yaitu trombus berupa bekuan darah dinding
arteri yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung
yang terlepas dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat
arteri yang lebih kecil yaitu arteri karotis dan arteri
vertebralis di otak.
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pecahnya
pembuluh darah di otak, sehingga menyebabkan perdarahan di otak.
Penyebab umum pada stroke hemoragik adalah tekanan darah yang
sangat tinggi. Stroke hemorragik meliputi pendarahan di dalam
otak (perdarahan intracerebral) dan pendarahan di antara bagian
dalam dan luar lapisan pelindung otak (perdarahan subarachnoid).
a) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh
kasus stroke, terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di
batang otak dan serebelum.10 Gejala klinis : mendadak, saat
aktivitas, tekanan darah meningkat, nyeri kepala, penurunan
kesadaran berat sampai koma disertai hemiplegia/ hemiparese dan
disertai kejang fokal / umum, mual, muntah, gangguan memori,
bingung, pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata
menghilang, perdarahan retina berupa perdarahan subhialoid,
papiledema dan epistaksis.
b) Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi
perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.10
Gejala klinis : nyeri kepala mendadak seperti meledak dalam 1–2
detik sampai 1 menit, vertigo, mual, muntah, banyak keringat,
mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang, penurunan
kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai
beberapa jam, bradikardi atau takikardi, hipotensi atau
hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan
pernafasan. Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid
merupakan karakteristik perdarahan subarachnoid.
d. Faktor Resiko Stroke
Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi (modifiable)
diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi atrium),
aterosklerosis, diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol,
dislipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis.
Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
(nonmodifiable) adalah usia, jenis kelamin, ras/suku, dan
genetik.15,16
e. Gejala Klinis Stroke
Gejala klinis bergantung pada neuroanatomi dan
vaskularisasinya. Gejala klinis dan defisit neurologis yang
ditemukan berguna untuk menilai lokasi iskemi. Berikut ini
merupakan gejala klinis yang sering ditemukan:
Gangguan peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan
hemiparesis dan hemihipestesi kontralateral
Gangguan peredaran darah arteri serebri media menyebabkan
hemiparesis dan hemihipestesi kontralateral terutama mengenai
lengan disertai gangguan fungsi luhur.
Gangguan peredaran darah arteri serebri posterior menimbulkan
hemianopsi homonim atau kuadranopsi kontralateral
Gangguan peredaran darah batang otak menyebabkan gangguan saraf
kranial
Infark lakunar merupakan infark kecil dengan klinis gangguan
murni motorik atau sensorik tanpa disertai gangguan fungsi
luhur.
f. Penatalaksanaan Stroke
1. Breathing : jalan nafas harus terbuka, hisap
lendir dan beri oksigen.
2. Blood : Pertahankan tekanan darah yang cukup,
evaluasi fungsi jantung dan organ vital lain. Tekanan
darah tidak boleh segera diturunkan karena dapat
memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah
sistolik >220 mmHg dan atau diastolik >120mmHg.
3. Brain : jika terjadi peningkatan tekanan intra
kranial dengan gejala sakit kepala, muntah proyektil
dan bradikardi relatif, segera beri manitol 20% 1-1,5
gr/kgBB lanjutkan dengan 6x100cc (0,5gr/kgBB) dalam 15-
20 menit.
4. Bladder : pertahankan bladder dan rektum, hindari
infeksi saluran kemih, jika terjadi retensio urin
pasang kateter.
5. Bowel : kebutuhan cairan dan kalori perlu
diperhatikan, hindari obstipasi, pasang NGT jika
kesulitan menelan.
Non Farmakologis
1. Mengendalikan faktor risiko
2. Rehabilitasi medik dilakukan sedini mungkin, dengan tujuan :
Memperbaiki fungsi motorik
Mencegah kontraktur sendi
Agar penderita dapat mandiri
Rehabilitasi sosial.
BAB III
TRANSIENT ISCHEMIK ATTACK
III.1 Definisi
Serangan iskemik sesaat (Transient Ischemic Attack) adalah
gangguan fungsi otak akibat berkurangnya aliran darah otak untuk
sementara waktu (kurang dari 24 jam).10
III.2 Etiologi
TIA terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah di otak untuk
waktu singkat, akibat aliran darah ke daerah otak melambat atau
berhenti. Kurangnya darah (dan oksigen) menyebabkan gejala sementara,
misalnya bicara cadel atau pandangan kabur.
III.3 Faktor Resiko
Resiko TIA meningkat pada:
Hipertensi
Peningkatan kolesterol (terutama LDL)
Aterosklerosis
Penyakit jantung (kelainan katup atau irama jantung)
Diabetes
Merokok
Usia (pria > 45 tahun dan perempuan > 55 tahun)
III.4 Patofisiologi
Penyempitan pembuluh darah di otak akibat adanya suatu ateroma
(trombus) yang terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak.
Emboli serebral yaitu trombus berupa bekuan darah dinding arteri
yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung yang terlepas
dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih
kecil yaitu pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis di
otak.
Trombus ataupun emboli menyebabkan otak kehilangan suplai darah,
sehingga otak akan mencoba memulihkan aliran darah dengan
vasodilatasi. Jika suplai darah dapat dipulihkan, maka fungsi dari sel-
sel otak yang terkena dapat berfungsi kembali. Hal inilah yang terjadi
pada TIA (Transient Ischemic Attack) atau serangan stroke sementara
atau mini stoke.
III.5 Gejala
Terjadi secara tiba-tiba, berlangsung 2-30 menit. TIA, seperti
stroke, dimana gejalanya berupa defisit neurologis jelas seperti
kelumpuhan. Namun, gejala juga mungkin halus, seperti mati rasa atau
pembakaran anggota badan, atau kesulitan menggunakan tangan atau
berjalan.6 Gejala tergantung dari otak yang mengalami kekurangan
darah:
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, terjadi
kebutaan pada salah satu mata atau kelainan rasa dan kelemahan
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri vertebralis, terjadi
pusing, penglihatan ganda dan kelemahan menyeluruh
Gejala lain yang ditemukan :
Hemihipestesia
Himiparese
Hemianopsia atau pendengaran
Diplopia
Sakit kepala
Bicara tidak jelas
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
Tidak mampu mengenali bagian tubuh
Ketidakseimbangan dan terjatuh
Gejala ini juga dapat ditemukan pada Stroke namun TIA lebih
bersifat sementara dan reversible dan TIA cenderung kambuh, penderita
dapat mengalami serangan beberapa kali dalam 1 hari atau hanya 2-3
kali dalam beberapa tahun.
Dua gejala tambahan dari TIA adalah "Drop Attack". Drop attack
adalah ketika orang yang terkena jatuh tiba-tiba tanpa
peringatan. Yang kedua adalah amaurosis Fugax yang merupakan jenis
khusus dari TIA mana ada tiba-tiba kehilangan penglihatan di sebelah
mata. Hal ini terjadi ketika puing-puing dari arteri karotid di sisi
yang sama menyumbat atau menutup dari salah satu arteri tetes mata dan
menghentikan suplai darah ke retina.17
III.6 Diagnosis
Gejala dan tanda-tanda TIA mungkin menghilang pada saat individu
yang terkena tiba di rumah sakit. Oleh karena itu, riwayat kesehatan
orang yang terkena mungkin menjadi dasar konfirmasi diagnosis TIA.
Setelah tiba di rumah sakit, pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan
neurologis dan pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan. Pada TIA
diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan belum terjadi kerusakan
otak, maka diagnosis tidak dapat ditegakkan dengan CT scan maupun MRI.
Kalaupun dilakukan CT scan atau MRI hanya untuk mengetahui apakah
terjadi perdarahan atau tidak. Ada beberapa teknik untuk menilai
adanya penyumbatan pada salah satu atau kedua arteri karotis.
Aliran darah pada pembuluh darah yang menyempit dapat menyebabkan
suara (bruit) yang terdengar melalui stetoskop.
Skening ultrasonik dan teknik Doppler secara bersamaan menghasilkan
continuous wave untuk mendeteksi derajat stenosis, ukuran sumbatan,
jumlah darah mengalir di sekitarnya dan untuk melihat sejauh mana
anastomosis membantu daerah yang tersumbat.
Angiografi serebral untuk menentukan ukuran dan loksasi sumbatan.
Pemeriksaan neurologis penuh untuk mencari defisit neurologis.
Untuk menilai arteri karotis lakukan pemeriksaan MRI atau
Angiografi, sedangkan untuk menilai arteri vertebralis lakukan
pemeriksaan ultrasonic karotis dan teknik dopler. Sumbatan di dalam
arteri vertebral tidak dapat diangkat karena pembedahannya lebih
sulit dibandingkan pembedahan pada arteri karotis.
CBC (complete blood count) untuk mencari anemia atau masalah dengan
trombosit (untuk mencegah pembekuan darah dari fibrilasi atrium)
untuk memastikan dosis obat yang tepat.
III.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk TIA adalah stroke.
" "TIA "Stroke "
"onset "mendadak "Mendadak "
"durasi "< 24 jam "> 24 jam "
"CT-scan atau MRI "Tidak ada perubahan"Hipodens/Hiperdens "
III.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah stroke dengan:6
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengurangi faktor-faktor
resiko stroke seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol
tinggi, merokok dan diabetes.
Obat-obatan seperti aspirin, bisulfate clopidogrel atau aspirin
dipyridamole ER (Aggrenox) diberikan untuk mengurangi pembentukan
bekuan darah.
Luasnya penyumbatan pada arteri karotis membantu dalam menentukan
pengobatan. Jika lebih dari 70% pembuluh darah yang tersumbat dan
penderita memiliki gejala menyerupai stroke selama 6 bulan
terakhir, maka perlu dilakukan pembedahan untuk mencegah stroke.
Pada sumbatan kecil pembedahan dilakukan jika TIA lebih lanjut atau
stroke.
Pada pembedahan Endarterektomi, endapan lemak (ateroma) di dalam
arteri dibuang. Pembedahan ini memiliki resiko terjadinya stroke
sebesar 2%. Pada sumbatan kecil yang tidak menimbulkan gejala
sebaiknya tidak dilakukan pembedahan, karena resiko pembedahan lebih
besar. Risiko operasi meningkat jika terjadi stroke sebelumnya,
tekanan darah lebih dari 180, usia lebih dari 75 tahun, riwayat
penyakit pembuluh darah perifer dan lesi pembuluh darah.17
ABCD 2 Penilaian Risiko
"Faktor Risiko "Ya atau Tidak "Jumlah Poin "
"Sebuah ge> 60 "Ya "1 Point "
" "Tidak "0 Poin "
"B P> 140/90 "Ya "1 Point "
" "Tidak "0 Poin "
"C linical fitur"Kelemahan unilateral dengan atau "2 Poin "
"TIA: "tanpa gangguan berbicara ATAU " "
" "Gangguan bicara tanpa kelemahan "1 Point "
"D urasi "60 menit atau lebih "2 Poin "
" "10-59 menit "1 Point "
" "<10 menit "0 Poin "
"Diabetes "Ya "1 Point "
" "Tidak "0 Poin "
ABCD 2 Scoring
"ABCD 2 Skor "2 Hari Stroke "
" "Risiko "
"0-3 "1% "
"4-5 "4% "
"6-7 "8% "
"ABCD Skor "7 Hari Stroke "
" "Risiko "
"0-4 "0,4% "
"5 "12% "
"6 atau lebih "31% "
"besar " "
III.9 Pencegahan
Pencegahan untuk penyakit Transient Ischemik Attack yaitu:18,19
Pengendalian faktor resiko, meliputi:
Berhenti merokok dan minum alkohol, kurangi stress, hindari
kegemukan, kurangi konsumsi garam berlebihan, mengkonsumsi obat
antihipertensi pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat
hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan
mengkonsumsi obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, dan
mengendalikan penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium, infark
miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vascular
aterosklerotik lainnya.
Modifikasi gaya hidup dengan berolah raga secara teratur, konsumsi
gizi yang seimbang seperti, sayuran, buah-buahan, serealia dan susu
rendah lemak serta minimalkan junk food.
Sosialisasi TIA melalui selebaran atau poster dan promosi program
pendidikan kesehatan dengan memberikan informasi melalui seminar,
media cetak, media elektronik dan billboard.
III.10 Komplikasi
Komplikasi dari TIA adalah stroke. Risiko kumulatif dari stroke
pada orang yang mempunyai TIA itu adalah sekitar 18% pada pasien yang
tidak diobati, dan sekitar 10% pada pasien yang diobati. Risikonya
adalah tertinggi pada bulan pertama (4-8%), dan 12-13% pada tahun
pertama. 13
III.11 Prognosis
Prognosis untuk TIA adalah baik, hal ini karena penanganan yang
benar dan adanya usaha dari penderita untuk mengurangi faktor resiko.
BAB IV
KESIMPULAN
Transient Ischemic Attack adalah gangguan fungsi otak yang merupakan
akibat dari berkurangnya aliran darah otak untuk sementara waktu (kurang
dari 24 jam). Resiko TIA meningkat pada: Hipertensi, hiperkolesterol,
aterosklerosis, penyakit jantung (kelainan katup atau irama jantung),
diabetes, merokok, riwayat stroke dan usia (pria >45 tahun dan perempuan
>55 tahun). Gejala pada TIA yaitu hemihipestesia, hemiparese, hilangnya
sebagian penglihatan atau pendengaran, diplopia dan sakit kepala. Diagnosis
ditegakkan melalui anamnesis yang lengkap, skening ultrasonik dan teknik
Doppler, angiografi serebral dan pemeriksaan darah lengkap. Penatalaksanaan
TIA obat-obatan seperti aspirin, bisulfate clopidogrel atau aspirin
dipyridamole ER untuk mengurangi kecenderungan pembentukan bekuan darah,
yang merupakan penyebab utama dari stroke dan pembedahan endarterektomi
jika tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Adapun pencegahan untuk TIA
dengan mengurangi faktor resiko, modifikasi gaya hidup sehat dan mengikuti
serta berperan aktif dalam sosialisasi TIA. TIA dapat menyebabkan stroke
jika pengobatan dan pencegahan tidak adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arief, et al. 2000. Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI, pp.17-20
2. Sidharta P, Mardjono M. 2004. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf.
Neurologi Klinis Dasar. Surabaya : Dian Rakyat, pp. 269-293
3. Soertidewi L. 1998. Hipertensi sebagai Faktor Resiko Stroke. Tesis
Magister Epidemiologi Klinik. Jakarta: FKUI.
4. Riskesdas Depkes. 2008. Proporsi Penyebab Kematian pada Kelompok Umur 55-
64 tahun Menurut Tipe Daerah.
5. Gubitz G, Sandercock P. 2000. Extracts from Clinical Evidence. Acute
Ischemic Stroke. BMJ ; 320: 692-6
6. Rothwell, PM .2007. "Effect of urgent treatment of transient ischemic
attack and minor stroke on early recurrent stroke (EXPRESS study): a
prospective population-based sequential comparison." Tersedia:
http://www.emedicinehealth.com/transient_ischemic_ attack_mini-
stroke/article_em.htm Diunduh pada 12 Maret 2012
7. Guyton, A et al. 2005. Aliran Darah Serebral, Aliran Serebrospinal dan
Metabolisme Otak . Fisiologi Kedokteran edisi 9 editor Setiawan I.
Jakarta : EGC.
8. Duus, Peter. 2006. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala. Jakarta: EGC.
9. Widjaja, L 1993. Stroke Patofisiologi dan Penatalaksanaan. Surabaya :
Ilmu Penyakit Saraf FK. UNAIR/RSUD Dr. Soetomo Press, pp. 1-48
10. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gangguan Peredaran Darah
Otak. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, pp. 59-133
11. Feigin, Valery. 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. Jakarta: Gramedia, pp. 8-16
12. Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi Ed.2. Gangguan Peredaran Darah
Otak. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, pp. 81-115
13. Toole, J. 1991.The Willis lecture: transient ischemic attacks,
scientific method and new realities. Stroke,:22:99-104
14. Easton, JD, Saver, JL, Albers, GW, dkk. 2009. Definition and evaluation
transient ischemic attack. AHA / ASA Ilmiah Pernyataan. Stroke; 40:2276
15. Goetz Christopher G. 2007. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz:
Textbook of Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders.
16. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor's
Priciples of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
17. Strauss SE, Majumdar SM, McAlister F. 2002. New evidence for stroke
prevention. JAMA288;1388-1395
18. Gubitz G, Sandercock P. 2000. Extracts from Clinical Evidence. Acute
Ischemic Stroke. BMJ ; 320: 692-6
19. Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. 2011. Pencegahan Primer Stroke. Dalam :
Guideline Stroke 2011. Jakarta.
-----------------------
Gambar 1. Vaskularisasi pembuluh darah otak