SISTEMATIKA UMUM PEMERIKSAAN FISIK Dose Dos e n pembi pembim mbing bing : Oci Etr Etry y Nursanti,S.Kep.,Ns Nursanti,S.Kep.,Ns .,MMR .,M MR
Disusun oleh o leh : Kelompok 1 1. Marfenda dila a
14. Siti karina hardiyanti
2. Duaji iftinan a
15. Novi 15. Novieka eka dwi mah mahesa esa
3. Kharisma ladinda
16. Lutfi tri t ri k
4. Erni yunia nugroho
17. Anah nur aliyah
5. Ginta septiana
18. Tuminah
6. Apri lianto
19. Mey ferdita ferdita s.p.
7. Aisyah fitriani
20. Khasbulloh
8. Widian listanti
21. Joni koeswara
9. Esti apriyani
22. Rachmawati Rachmawat i nur k.
10. Ade panji nugroho
23. Ni 23. Nillam marwati arwati
11. Aryanti
24. Retno dwi jayanti
12. Mukharom
25. Irma susrini
13. Nur 13. Nuru ul khasan khasanah ah
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH AL-ISLAMIYYAH CILACAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016
SISTEMATIKA UMUM PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN/SITUASI UMUM
Keadaan umum menunjukkan kondisi pasien secara umum akibat penyakit ata u keadaan yang dirasakan pasien. Dilihat secara langsung oleh pemeriksa dan dilakukan penilaian. Yang dapat dilakukan saat kontak pertama, saat wawancara atau selama melakukan pemeriksaan yang lain. Hal – hal yang perlu dikaji dan dicatat : 1. Penampilan umum
: tegak/baik, lemah, sakit akut/kronis.
2. Tanda distress
: merintih, berkeringat, gemetar
3. Warna kulit
: pucat, sianosis, icterus
4. Tinggi dan bentuk tubuh : tinggi/pe ndek, berotot 5. Perkembangan seksual
: rambut majah, suara, payudara
6. BB/TB pengukuran dan penampilan
: kurus, gemuk , tinggi kurus
7. Postur dan gaya berjalan : ataksia, pincang, paralysis 8. Cara berpakaian, berhias dan kebersihan : rapi dan bersih 9. Bau badan dan napas
: Alkohol, DM, uremia (keton),fetor hepatica
10. Ekspresi wajah
: Tegang, rileks, takut, cemas
11. Bicara
: lambat, serak, cepat,
B. TANDA-TANDA VITAL
Tanda-tanda vital adalah pe ngukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling dasar. Tanda vital utama antara lain : 1. Tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri. Tekanan d itentukan ole h kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukura n serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah (tensimeter) dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan.
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Bayi usia di bawah 1 bulan
: 85/15 mmHg
Usia 1 - 6 bulan
: 90/60 mmHg
Usia 6 - 12 bulan
: 96/65 mmHg
Usia 1 - 4 tahun
: 99/65 mmHg
Usia 4 - 6 tahun
: 160/60 mmHg
Usia 6 - 8 tahun
: 185/60 mmHg
Usia 8 - 10 tahun
: 110/60 mmHg
Usia 10 - 12 tahun
: 115/60 mmHg
Usia 12 - 14 tahun
: 118/60 mmHg
Usia 14 - 16 tahun
: 120/65 mmHg
Usia 16 tahun ke atas
: 130/75 mmHg
Usia lanjut
: 130-139/85-89 mmHg
2. Nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pe mbuluh darah arteri yang berdasarkan systol dan dystole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. Tempat untuk menghitung denyut nadi yaitu arteri radialis, temporalis, carotis, femoralis, dorsalis pedis, politela, bracialis. Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Bayi baru lahir
: 140 kali per menit
Umur di bawah umur 1 bulan
: 110 kali per menit
Umur 1 - 6 bulan
: 130 kali per menit
Umur 6 - 12 bulan
: 115 kali per menit
Umur 1 - 2 tahun
: 110 kali per menit
Umur 2 - 6 tahun
: 105 kali per menit
Umur 6 - 10 tahun
: 95 kali per menit
Umur 10 - 14 tahun
: 85 kali per menit
Umur 14 - 18 tahun
: 82 kali per menit
Umur di atas 18 tahun
: 60 - 100 kali per menit
Usia Lanjut
: 60 -70 kali per menit
3. Suhu
Suhu tubuh adalah derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia sebagai keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran panas melalui keringat, pernapasan, s isa-sisa pe mbuangan dan penyinaran, hantaran dan convection. Pemeriksaa n suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui oral, dubur, aksilaris, telinga. Suhu tubuh normal seseorang bervarias i, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu normal :
Bayi baru lahir
: 36,1-37,7 0 C
2 tahun
: 37,2 0 C
12 tahun
: 37 0 C
Dewasa
: 36 0 C
4. Pernapasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida.
Menilai
frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernapasan. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat. Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Jumlah pernapasan seseorang adalah:
Bayi baru lahir
: 35- 40 kali permenit
Bayi (6 bulan)
: 30- 50 kali permenit
Toddler (2 tahun)
: 25- 32 kali permenit
Anak-anak
: 20-30 kali permenit
Remaja
: 16- 19 kali permenit
Dewasa
: 12-20 kali permenit
C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kepala
Pemeriksaan yang dilakukan pada kulit kepala dan rambut adalah inspeksi dan palpasi. Berikut ini adalah pemeriksaan pada kulit kepala dan rambut. a. Inspeksi Lihat kebersihan kulit kepala, apakah ada ketombe, kutu kepala, warna rambut, persebaran rambut kepala, dan bentuk kepala. Beberapa kelainan pada wajah adalah sebagai berikut: 1) Eksoftalmos Mata menonjol keluar disebabka n oleh peningkatan tekanan intra-okuler (misalnya karena tumor pada orbital) 2) Akromegali `
Dita ndai dengan membesarnya tulang kepala, terutama
tampak di dahi, hidung dan rahang bawah. Hidung, bibir, dan telinga membesar karena hormon pertumbuhan yang terlalu banyak. Klien dengan peningkatan hormon adrenal atau yang sedang menjalani terapi hormon adrenal, mungkin mengalami sindrom Cushing, wajah berbentuk bundar (moon face) dengan pertumbuhan rambut yang berlebihan. Klien yang menderita gagal ginjal kronis memiliki wajah yang pucat dan edema disekitar mata Penyakit Parkinson menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk berekspresi dan menggerakkan otot wajah (wajah tampak kaku disebut Mask-like Face). Hal ini disebabkan oleh kelainan neurologis yang bersifat degeneratif dan progresif.
b. Palpasi Rasakan adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur tengkorak , atau diskontinuitas tengkorak. Tanyakan apakah klien merasa nyeri, minta klien untuk menunjukkan dan jangan lanjutkan palpasi. 2. Mata
Memungkinkan diagnosis anemia, diabetes, hipertensi, keadaan hiperviskositas, dan arteriosclerosis. Pemeriksaan fisik pada mata terdiri atas inspeksi dan palpasi. Ada pemeriksaan khusus untuk mengetahui fungsi persyarafan dan tajam penglihatan a. Inspeksi Inspeksi kelopak mata, bulu mata, bola mata, dan apartus lakrimal. Inspeksi juga konjungitva, sklera, kornea, ruang anterior, iris dan pupil. Gunakan oftalmoskop untuk mengkaji humor vitreous dan retina. 1) Kesimetrisan kedua mata dan alis serta persebarannya 2) Perhatikan kondisi di sekitar mata, lihat warna kelopak mata apakah tampak kantung mata. 3) Inspeksi Orbita dan Letak Mata 4) Perhatikanlah alis mata, yang tumbuh dengan sangat lambat. Hilangnya sepertiga lateral alis mata kadang-kadang dijumpai pada
miksedema,
suatu keadaan
yang disebabkan oleh
kekurangan hormone tiroid. Dan pada bola mata perhatikanlah apakah pasien menderita eksoftalmus atau tidak 5) Inspeksi Kelopak Mata Kelopak mata harus konsisten dengan corak klien, dengan tanpa oedema atau lesi. Lipatan palpebra harus simetris dengan tidak ada kelambatan kelopak.
6) Inspeksi Iris, Sklera dan Kornea Inspeksi bentuk iris, yang harus tampak datar jika dipandang dari samping, dan juga warnanya. Iris normal harus bulat dan simetris. Periksalah sclera untuk melihat peradangan dan perubahan warna. Kornea dapat diperiksa secara langsung atau dengan bantuan oftalmoskop. 7) Inspeksi pupil Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya, dan akomodasi pada pupil masing-masing mata. 8) inspeksi lapang pandang 9) pemeriksaan visus (ketajaman penglihatan) b. Palpasi Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata. Kemudian, palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata di atas sklera sementara klien melihat ke bawah. Bola mata harus teras sama keras. Kemudian, palpasi kantong lakrinal dengan menekankan jari telunjuk pada lingkar orbital bawah pada sisi yang paling dekat dengan
hidung
klien.
Sambil
menekan,
observasi
adanya
regurgitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan pada punctum, yang dapat mengindikas ikan adanya sumbatan dalam duktus nasolakrimal. 3. Telinga
Pemeriksaan fisik dada pada telinga meliputi inspeksi, palpasi, dan pemeriksaa n tajam pende ngaran. Pengkajian telinga secara umum bertujuan untukmengetahui keadaa n teling luar, sa luran telinga, gendang telinga/membrane tipani, dan pendengaran. Alta yang perlu disiapkan dalam pengkajian antara lain otoskop, garpu tala dan arloji. a. Inspeksi
1) Lihat kesimetrisan kedua daun telinga 2) Lihat adanya luka/bekas luka pada telinga dan sekitarnya 3) Lihat apakah ada darah atau sekret yang keluar 4) Lihat apakah gendang telinga dalam kondisi utuh atau tidak. b. Palpasi 1) Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan terasa nyeri 2) Jika terjadi nyeri kemungkinan ada infeksi di dalam saluran telinga, selain itu warna tragus akan tampak memerah (radang) 3) Palpasi kelenjar limfe di sekitar aurikel c. Pemeriksaan taj am pendengaran 1) Tes berbisik (whispering test) 2) Tes weber 3) Tes Rinne 4. Pemeriksaan Hidung Dan Sinus
Hidung dikaji de ngan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi tulang hidung. Pemeriksaan fisik hidung yaitu dengan cara palpasi dan inspeksi. Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar, bagian dalam dan s inus-s inus. Alat yang perlu dipersiapkan a ntara lain otoskop,
speculum
hidung,
cermin,
dan
sumber
penerangan.
Pemeriksaan yang dapat digunakan adalah pemeriksaan Rhinoskopi anterior dan posterior. a. Cara inspeksi dan palpasi hidung bagian luar serta palpasi sinus 1) amati hidung bagian luar dari sisi depan, samping dan atas, perhatikan bentuk atau tulang hidung dari ketiga sisi. 2) Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung. 3) Amati kesimetrisan hidung 4) palpasi
hidung
luar,
dan catat
bila
ditemukan ketidak
abnormalan kulit atau tulang hidung. 5) Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis. Perhatikan jika ada nyeri.
b. Cara inspeksi hidung bagian dalam 1) Elevasikan lubang hidung pasien dengan cara menekan hidung pasien secara lembut dengan ibu jari anda, kemudian amati bagian anterior lubang hidung. 2) Amati posisi septum nasi dan kemungkinan adanya perfusi. 3)
Amati bagian konka nasalis inferior
4)
Pasang ujung spekulum hidung pada lubang hidung sehingga rongga hidung dapat diamati.
5) Amati bentuk dan posisi septum, kartilago, dan dinding-dinding rongga hidung serta selaput lendir pada rongga hidung (warna, sekresi, bengkak) 5. Pemeriksaan Mulut Dan Faring
Pemeriksaan
yang
dilakukan
yaitu
inspeksi
dan
palpasi.
Pengamatan diawali dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan platum/ langit-langit mulut, kemudian faring. a. inspeksi mulut 1) Amati bibir untuk mengetahui adanya ke lainan congenital, bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lessi dan massa. 2) Lanjutkan pada pengamatan gigi. Amati posisi, jarak, gigi rahan atas dan bawah, ukuran, warna, lesi, atau adanya tumor pada setiap gigi. Amat i juga akar-akar gigi, dan gusi secara khusus. 3) Perhatikan pula cirri-ciri umum sewaktu melakukan pengkajian antara lain kenersihan mulut dan bau mulut. 4) Lanjutkan
pengamatan
pada
lidah
dan
perhatikan
kesimetrisannya. amati kelurusan, warna, ulkus dan setiap ada kelainan. 5) Amati
warna,
adanya
pembengkakan,
tumor,
sekresi,
peradangan, ulkus, dan perdarahan pada selaput lendir semua bagian mulut secara sistematis.
6) Lalu lanjutkan pada inspeksi faring, dengan menganjurkan pasien membuka mulut dan menekan lidah pasien kebawah sewaktu pasien berkata “ah”. Amati kesimetrisan uvula pada faring. b. Cara palpasi mulut Palpasi pada mulut dilakukan terutama bila dari inspeksi belum diperoleh data yang meyakinkan. Tujuannya adalah mengetahui bentuk dan setiap ada kelainan yang dapat diketahui dengan palpasi, yang meliputi pipi, dasar mulut, palatum, dan lidah. 1) Pegang pipi di antara ibu jari dan jari telunjuk. Palpasi pipi secara sistematis, dan perhatikan adanya tumor atau pembengkakan. Bila ada pembengkaka n, tentukan menurut ukuran, konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnya, dan adanya nyeri. 2) Lanjutkan palpasi pada platum dengan jari telunjuk dan rasakan adanya pembengkakan dan fisura. 3) Palpasi dasar mulut dengan cara minta pasien mengucapkan “el”, kemudian lakukan palpasi pada dasar mulut secara sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan, catat bila ditemukan pembengkakan. 4) Palpasi lidah dengan cara meminta pasien menjulurkan lidah, pegang lidah dengan kasa steril menggunakan tangan kiri. Dengan jari telunjuk tangan kanan, lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas-batas lidah. c. Faring Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya hipermia, edema, absesretrofaringeal, peritonsilar, atau lainnya. Edema faring umunya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab dan pada difteri dapat ditentukan dengan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat (pseudomembran).
6. Pemeriksaan Leher
Tujuannya adalah mengetahui bentuk leher, serta organ-organ penting yang berkaitan. Caranya yaitu dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi leher
Jaringan parut, massa, tortikolis
Palpasi kelnjar limfe
Limfadenopati servikal karena inflamasi, keganasan
Inspeksi
dan
palpasi
Deviasi trakea karena massa leher atau
posisi trakea
pneumotoraks
Inspeksi kelenjar tiroid:
Abnormalitas kelenjar tiroid
Pada saat istirahat Ketika
pasien
menelan air Dari
arah
belakang
pasien, palpasi kelenjar tiroid, termasuk ismus dan lobus lateral : Pada saat istirahat Ketka menelan air
pasien
DAFTAR PUSTAKA
https://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/prinsip-dan- metode-pemeriksaa nfisik-dasar.pdf http://repository.usu.ac. id/bitstrea m/123456789/22531/4/Chapter%20II.pdf http://dokumen.tips/doc uments/pedoman-pemeriksaan-fisik-kepala.html
http://ademarvel.blogspot.co.id/2013/02/konsep-pe meriksaan-fisik-pemfis.html