Geometrik Jalan Raya
Kemiringan Medan
Kemiringan medan ditentukan oleh kemiringan melintang tanah.
Kemiringan melintang tanah adalah kemiringan melintang tanah asli yang diukur tegak lurus terhadap sumbu jalan (dengan garis sepanjang ROW jalan rencana).
Umumnya Kemiringan melintang tanah diukur tiap jarak 50 m.
Kemiringan medan merupakan sebagian besar kemiringan melintang garis-garis tersebut
Penentuan Klasifikasi Medan (Terrain) •
Buat segmen–segmen pada garis sumbu jalan rencana tiap 50 meter pada peta,
•
Tiap segmen tarik garis tegak lurus (ke kiri dan kanan) garis rencana sumbu jalan, minimal selebar ROW jalan (L)
•
Tentukan ketinggian tanah asli di kedua ujung garis tersebut sehingga didapat z 1 dan z2 .
•
Kemiringan tiap segmen (e i) adalah perbandingan antara selisih ketinggian (z
1
– z2 )
dengan panjang segmen (L), •
Kemiringan medan adalah nilai rata – rata kemiringan tiap segmen sepanjang garis rencana jalan (ei).
Penentuan Klasifikasi Medan (Terrain)
=
−
= Kemiringan tiap segmen 1,2 = Ketinggian tanah asli
L
= Panjang segmen
Klasifikasi Medan (Terrain)
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar kota, 1997. Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga.
Sumber : Standar Konstruksi dan Bangunan No. 007/BM/2009, Geometrik Jalan Bebas Hambatan. Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga.
Perhitungan Sudut Tikungan
1-2
B-2 1
A-1 2-B 2
Perhitungan Jarak Perhitungan jarak dilakukan dengan menggunakan persamaan : di-j = Jarak antara titik i dan titik j, (m)
d i j
x j xi
2
y j y i
2
xi = Koordinat x titik i, (m) xj = Koordinat x titik j, (m)
X : Arah Timur Peta
yi = Koordinat Y titik i, (m)
Y : Arah Utara Peta
yj = Koordinat x titik j, (m)
Perhitungan Sudut Tikungan
Azimuth adalah suatu sudut yang dibentuk oleh suatu garis di sebuah titik dengan garis yang menuju arah utara.
Besarnya azimuth ini ditentukan dengan besar tangen sudut yang dibentuk oleh kedua garis tersebut.
A B
x xA arctan B yB y A
dimana : = Azimuth dari titik A ke arah titik B
xA= koordinat x titik A yA= koordinat y titik A xB= koordinat x titik B yB= koordinat x titik B
Perhitungan Sudut Tikungan
1-2
B-2 1
A-1 2-B 2
1 1 A
(Sudut Tikungan 1)
2 1 2
(Sudut Tikungan 2)
Perhitungan Sudut Tikungan
3
1
2
A(X,Y)
B(X,Y)
Parameter Perencanaan Geometrik Jalan
Karakteristik Kendaraan Perencanaan geometrik jalan pada umumnya berdasarkan pada : •
Karakteristik statis; seperti berat dan ukuran kendaraan (mencakup panjang dan lebar)
•
Karakteristik kinematic; biasanya berhubungan dengan kemampuan dalam percepatan dan perlambatan kendaraan
•
Karakteristik dinamis; berhubungan dengan gaya yang menghasilkan gerakan pada kendaraan
Karakteristik Kendaraan Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Berdasarkan AASTHO 2001, kendaraan rencana dibagi menjadi 5 kategori yaitu;
Mobil penumpang Bus Truk Kendaraan untuk pariwisata
Karakteristik Kendaraan Kategori kendaraan berdasarkan AASTHO 2001
Passenger Car (P)
Single-Unit (SU) Truck
Intercity Bus (Bus-14)
Intercity Bus (Bus-12)
Articulated Bus (A-BUS)
City Bus
Karakteristik Kendaraan Kategori kendaraan berdasarkan AASTHO 2001
Interstate Semitrailer (WB-12, WB-15, WB-19, WB-20)
Karakteristik Kendaraan Kategori kendaraan berdasarkan AASTHO 2001
Motor Home, MH Passenger Car with Boat Trailer
Passenger Car and Camper Trailer
Karakteristik Kendaraan Berdasarkan standar perencanaan geometrik jalan perkotaan yang dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga, kendaraan rencana dibagi menjadi 3 kategori yaitu;
Kendaraan penumpang
Truk/bus tanpa gandengan
Kombinasi
Sedangkan kendaraan rencana untuk jalan antar kota yaitu; Kendaraan kecil (mobil penumpang)
Kendaraan sedang (truk 3 as tandem atau bus besar 2 as)
Kendaraan besar (truk semi trailer)
Karakteristik Kendaraan Dimensi kendaraan rencana
Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1992
Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997
Karakteristik Kendaraan 580
Dimensi kendaraan rencana
90
150
340
Kendaraan Kecil (ukuran dalam cm):
170
210
1210 210
240
760
Kendaraan Sedang (ukuran dalam cm):
200
280
2100 120
Kendaraan Besar (ukuran dalam cm):
610
1280
90
200
260
Karakteristik Kendaraan Manuver kendaraan Besar jangkauan putar masing
–
masing
kendaraan berbeda antara satu sama lain, tergantung kepada dimensi dari kendaraan dan radius putar kemudi.
Manuver kendaraan kecil
Karakteristik Kendaraan Manuver kendaraan
Manuverk endaraans edang
Manuverk endaraanb esar
Karakteristik Kendaraan
Karakteristik Kendaraan
Karakteristik Lalu Lintas Satuan mobil penumpang (SMP) merupakan angka satuan kendaraan untuk dimensi kapasitas jalan, dimana mobil penumpang dinyatakan sebagai 1 (satu) SMP. Untuk mendapatkan nilai SMP, maka masing – masing jenis kendaraan di konversikan dengan mengalikan nilai ekivalen mobil penumpang. Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (emp)
Sumber : Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997
Karakteristik Lalu Lintas Volume lalu lintas harian rencana (VLHR) merupakan prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas yang dinyatakan dalam SMP/hari. Volume jam rencana (VJR) merupakan prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas yang dinyatakan dalam SMP/jam. K = factor volume lalu lintas jam sibuk F = factor variasi tingkat lalu lintas per 1/4 jam dalam satu jam
VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang diperlukan.
Karakteristik Lalu Lintas Penentuan Faktor K dan Faktor F Berdasarkan VLHR
Sumber : Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997
Karakteristik Lalu Lintas Kapasitas (C) merupakan jumlah lalu lintas atau kendaraan yang dapat melewati suatu penampang dalam waktu, kondisi jalan dan lalu lintas tertentu. Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Ditjen Bina Marga, 1997
Tingkat Pelayanan (Level of Service) Tingkat pelayanan merupakan tolok ukur yang digunakan untuk menyatakan kualitas pelayanan suatu jalan. Tingkat pelayanan umumnya menggunakan rasio perbandingan volume dengan kapasitas (V/C). Syarat congetion level (V/C) adalah ≥ 0,80. Sedangkan berdasarkan peraturan MKJI 1997 syarat minimum dari congestion level adalah V/C = 0,75. Tingkat pelayanan umumnya disajikan dengan nilai abjad A sampai F. Nilai A merupakan tingkat pelayanan dengan nilai tertinggi dan nilai F merupakan tingkat pelayanan dengan nilai terendah.
Tingkat Pelayanan (Level of Service)
Sumber : PerMenHub no.14/2006
Kecepatan Rencana Kecepatan rencana merupakan kecepatan aman maksimum yang dapat diadakan pada suatu bagian tertentu jalan, sedemikian rupa sehingga bentuk fisik jalan yang menentukan jalannya kendaraan.
Sumber : Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997
Kecepatan Rencana
Sumber : PermenPU 19/PRT/M/2011
Sumber : PermenPU 19/PRT/M/2011
Jarak Pandang Jarak pandang merupakan suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengendara pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika mengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.
Jarak Pandang Berdasarkan AASTHO 2001, jarak pandang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Stopping Sight Distance
Decision Sight Distance
Passing Sight Distance
Berdasarkan standar perencanaan geometrik jalan Dirjen Bina Marga 1997, jarak pandang terbagi menjadi 2, yaitu : Jarak pandang henti
Jarak pandang mendahului
Jarak Pandang Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi hambatan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jarak pandang henti terdiri dari 2 elemen jarak yaitu;
Jarak tanggap ( ℎ ) ; merupakan jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu hambatan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai
saat pengemudi menginjak rem. Jarak pengereman ( ℎ ); merupakan jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti
Jarak Pandang Jarak pandang henti dapat dirumuskan, ℎ = Jarak pandang henti (m) = Kecepatan rencana (km/jam) T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/ 2 f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35 – 0,55
Sumber : Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997
Jarak Pandang Jarak pandang mendahului diukur berdasarkan asumsi bahwa
tinggi
mata
pengemudi adalah 105 cm dan tinggi hambatan adalah 105 cm.
Jarak Pandang Jarak pandang mendahului dapat dirumuskan, = Jarak pandang mendahului (m) 1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m) 2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m) 3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m) 4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang dating dari arah berlawanan, yang besarnya diambil sama dengan 2/3 2 (m)
Sumber : Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997