KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan referat yang yang berjudul Gangguan Gangguan jiwa akibat pemakaian Ganja . Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. dr. Evalina Asnawi, Sp.KJ selaku pembimbing dalam penyusunan referat, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian referat ini. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
selama mengikuti
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta periode 10 Desmber 2012 – 2012 – 14 14 Januari 2013. Penulis menyadari bahwa dalam pengumpulan data dan penulisan referat ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran diterima penulis dengan tangan terbuka. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Januari 2013 Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………… Pengantar…………………………………….…………………… ….……………………..……………. 1 Daftar Isi………………………………..…………… Isi………………………………..………………..…………… …..……………... ……………..2 ...…………….. 2 Bab I
Pendahuluan………………………..……………………….....……………. Pendahuluan………………………..………………………..... ……………. 3
Bab II
Tinjauan Tinjauan Pustaka .................................... ....……………………………….. ....……………………………….. 5 …………………..………….. …………..……………. …………….5 Epidemiologi……….… Epidemiologi ……….….............. ..............………………… 5 …………….... ………… 7 Neurofarmakologi...........………………................ Neurofarmakologi...........………………. ...............…………… ....………… Diagnosis dan Gambaran Klinis..... ………………............... ………………...............………………. ………………. 8 Pemeriksaan Laboratorium......………………….…………………………. Laboratorium...... ………………….…………………………. 15 Pengobatan Pengobatan ............ .......... ..………………………………………………… …………………………………………………........... ........... 16 Prognosis.............................................................................................16
Bab III Kesimpulan…………………………..…………………………………… Kesimpulan…………………………..……………………………………..17 ..17 Daftar Pustaka……………………………… Pustaka…………………………………………………………… …………………………………… ………...... ...... 20
2
BAB I PENDAHULUAN
Cannabis, yang lazim disebut ganja, mengacu pada varietas Cannabissativa, atau tanaman rami India, yang berisi obat psikoaktif Δ-9-tetrahydrocannabinol (THC). Cannabis dalam bentuk ganja (bahan resin kering dari daun ganja) atau cannabinoids lainnya dianggap sebagai zat ilegal yang paling umum digunakan di dunia. Efeknya telah dikenal selama ribuan tahun, dan digambarkan pada awal abad ke-5 SM, ketika sejarahwan Yunani Herodotus menceritakan tentang sebuah suku nomaden yang setelah menghirup asap dari biji rami, muncul dari tenda mereka dengan senang dan berteriak gembira. Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat adiktif, yang hanya larut dalam lemak. Karena tidak dapat larut dalam air, THC tinggal lama di dalam lemak jaringan (termasuk jaringan lemak otak, sehingga menyebabkan brain damage). Gambarannya yaitu kombinasi antara CNS-depresant , stimulansia dan halusinogenik. Survei terbaru dari National Institute of Drug Abuse (NIDA) 40% dari populasi yang melaporkan telah menggunakan satu atau lebih zat terlarang dalam kehidupan mereka, 15% telah menggunakan zat terlarang pada tahun sebelumnya. Prevalensi seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar 20%. Disamping presentasi populasi yang melaporkan menggunakan satu atau lebih zat terlarang dalam kehidupan mereka (hampir 40%) dan biaya yang mengejutkan pada masyarakat (lebih 200 juta dolar pertahun). Fenomena penyalahgunaan zat memiliki banyak implikasi pada penelitian otak dan psikiatri klinis. Beberapa zat dapat mempengaruhi keadaan mental yang dirasakan dari dalam; seperti mood dan aktifitas yang dapat diamati dari luar; yaitu perilaku. Zat dapat menyebabkan gangguan neuropsikiatri yang tidak dapat dibedakan dengan gangguan psikiatri dengan penyebab tidak diketahui (contohnya skizofrenia dan gangguan mood) dan sehingga gangguan psikiatrik primer dan gangguan yang melibatkan panggunaan zat mungkin berhubungan. Pada tahun 1999 penelitian kanabis di komisi White House of National Drug Control Policy, peneliti-peneliti pada National Academy of Science menyimpulkan
3
diantaranya termasuk bahwa kanabionid memiliki peran alami dalam pengaturan sakit : mengatur pergerakan dan ingatan; otak menjadi toleransi terhadap kanabis, memiliki kemampuan untuk ketergantungan dan gejala putus obat ringan; memiliki nilai terapetik ringan untuk menghilangkan nyeri, mual dan meningkatkan nafsu makan tapi penelitian lebih lanjut diperlukan dan sebagai pengobatan yang efektif namun efek psikologis seperti menurunkan cemas, sedasi dan euphoria mempengaruhi nilai terapeutik. Hubungan antara kanabis dan manusia telah ada sedikitnya 10.000 tahun. Dari asalnya di Cina atau Asia Tengah, di zanman neolitik, penamaan kanabis telah menyebar hampir di selutuh dunia. Penggunaan pertama dari tanaman ini kemungkinan sebagai bahan nutrisi sejak zaman neolitik (setelah 6500 sebelum masehi). Galen, Bapak pengobatan menulis pada tahun 200 sebelum Masehi bahwa biasanya sekali-kali memberikan kenikmatan dan kegembiraan. Di Indonesia, terdapat antara 2-3 juta orang yang pernah mengisap ganja. Pengguna pemula ganja, terutama dikalangan anak usia muda, meningkat tajam selama 4-5 tahun terakhir, karena ganja mudah diperoleh dimana – mana.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ganja atau nama lainnya Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman rami Cannabis sativa. Semua bagian dari tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, dimana (-)-Δ9-tetrahydrocannabinol (Δ9-THC) adalah yang paling banyak. Tanaman kanabis biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil-kecil, selanjutnya digulung menjadi rokok (biasanya disebut “joints”), yang selanjutnya dihisap seperti rokok. Nama yang umum untuk kanabis adalah mariyuana, grass, pot, weed, tea, dan Mary Jane. Nama lain untuk kanabis yang menggambarkan tipe kanabis dalam berbagai kekuatan, adalah hemp, chasra, bhang, ganja, dagga, dan sinsemilla. Bentuk kanabis yang paling poten berasal dari ujung tanaman yang berbunga atau dari eksudat resin yang dikeringkan dan berwarna cokelat-hitam yang berasal dari daun, yang disebut sebagai hashish atau hash. Efek euforia dari kanabis telah dikenali selama beribu-ribu tahun. Efek medis yang potensial dari kanabis sebagai analgesik, antikonvulsan, dan hipnotis telah lama dikenali pada abad ke-19 dan ke-20. belakangan ini kanabis dan komponen aktifnya yang utama, Δ9-THC, telah berhasil digunakan untuk mengobati mual sekunder karena obat terapi kanker dan untuk menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan sindrom imunodefisiensi (AIDS). Beberapa laporan yang kurang meyakinkan adalah tentang penggunaan Δ9-THC dalam pengobatan glaukoma.
EPIDEMIOLOGI
Kanabis adalah zat gelap yang paling sering digunakan di Amerika Serikat. Di tahun 1991 kira-kira sepertiga keseluruhan populasi telah menggunakan kanabis sekurangnya satu kali, dan kira-kira 5 persen sekarang merupakan pemakai. Di dalam kelompok usia 18 sampai 25 tahun, kira-kira 50 persen pernah menggunakan kanabis sekurangnya satu kali, dan 13 persen sekarang merupakan pemakai. Di dalam kelompok usia 12 sampai 17 tahun, kira-kira 13 persen pernah menggunakan kanabis sekurangnya satu kali, dan 4 persen sekarang merupakan pemakai. Tetapi, pada umumnya, penggunaan kanabis telah menurun dari tingkatnya yang tinggi di akhir tahun 1970-an.
5
Data epidemiologis tahun 1991 berikut ini berasal dari National Institute on Drug Abuse (NIDA):
Prevalensi
Kira-kira sepertiga (32,2 persen) dari populasi yang dilaporkan pernah menggunakan mariyuana satu kali atau lebih selama hidupnya, 9,5 persen pernah menggunakannya di tahun terakhir, dan 4,8 persen pernah menggunakannya di bulan terakhir. Persentasi tersebut ditranslasikan menjadi 67,4 juta anggota populasi yang pernah menggunakan mariyuana di dalam hidupnya, 19,2 juta dalam tahun terakhir, dan 9,7 juta dalam bulan terakhir. Orang dewasa yang berusia 26 sampai 34 tahun merupakan kelompok usia yang paling mungkin pernah menggunakan mariyuana, tetapi mereka yang berusia 18 sampai 25 tahun merupakan yang paling mungkin menggunakan mariyuana dalam tahun terakhir atau bulan terakhir. Kira-kira 60 persen orang dewasa yang berusia 26 sampai 34 tahun pernah menggunakan mariyuana, dibandingkan dengan 51 persen orang dewasa yang berusia 18 sampai 25 tahun, 24 persen orang dewasa yang berusia lebih dari 34 tahun, dan 13 persen pemuda. Diperkirakan 13 persen dari orang dewasa yang berusia 18 sampai 25 tahun pernah menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir, dibandingkan dengan 7 persen dari mereka yang berusia 26 sampai 34 tahun dan persentasi yang lebih kecil pada kelompok usia lainnya. Pemuda yang berusia 12 sampai 17 tahun merupakan kelompok usia yang paling kecil kemungkinannya pernah menggunakan mariyuana selama hidupnya, dan orang dewasa yang berusia 35 tahun dan lebih merupakan kelompok usia yang paling kecil kemungkinannya pernah menggunakan mariyuana dalam tahun terakhir dan bulan terakhir.
Hubungan Demografik Jenis kelamin. Angka penggunaan mariyuana dalam bulan terakhir oleh laki-laki
adalah hampir dua kali dari angka pada wanita. Keseluruhan 6,1 juta laki-laki di dalam
6
populasi pernah menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir, dan demikian juga 3,6 juta wanita. Ras dan etnisitas. Kulit hitam kira-kira 1,6 kali lebih mungkin menggunakan
mariyuana dalam bulan terakhir dibandingkan kulit putih atau Hispanik. Walaupun golongan kulit putih secara proporsional lebih mungkin menggunakan mariyuana dalam blan terakhir, hampir tiga perempat (73,4 persen) dari penggunaan saat ini ( current user ) adalah kulit putih. Keseluruhan 7,1 juta kulit putih telah menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir, dibandingkan dengan 1,7 juta kulit hitam, 0,7 juta Hispanik, dan 0,2 juta lainnya. Kepadatan populasi. Penghuni daerah metropolitan besar dan kecil secara
bermakna lebih mungkin dibandingkan penduduk daerah Selatan atau Utara Tengah untuk menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir. Lebih dari 2 juta penduduk masingmasing daerah tersebut menggunakanmariyuana dalam bulan terakhir.
NEUROFARMAKOLOGI
Seperti yang disebutkan sebelumnya, komponen utama dari kanabis adalah Δ9THC; tetapi, tanaman kanabis mengandung lebih dari 400 zat kimia, yang kira-kira 60 buah diantaranya secara k imiawi berhubungan dengan Δ9-THC. Pada manusia Δ9-THC secara cepat dikonversi menjadi 11-hidroksi- Δ9-THC, suatu metabolit yang aktif di dalam sistem saraf pusat. Suatu reseptor spesifik untuk kanabiol telah diidentifikasi, diklon ( clonned ), dan dikarakterisasi. Reseptor adalah anggota dari keluarga reseptor yang berkaitan dengan protein G. Reseptor kanabinoid diikat dengan protein G inhibitor (Gi), yang berikatan dengan adenilil siklase di dalam pola menginhibisi. Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia basalais, hipokampus, dan serebelum, dengan konsentrasi yang lebih rendah di korteks serebral. Reseptor tidak ditemukan di batang otak, suatu kenyataan yang konsisten dengan efek kanabis yang minimal pada fungsi pernafasan dan jantung. Penelitian pada binatang telah menemukan bahwa kanabinoid mempengaruhi neuron monoamin dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
7
Sebagian besar penelitian telah menunjukkan bahwa binatang tidak menggunakan kanabinoid dengan sendirinya, seperti yang mereka lakukan dengan zat yang disalahgunakan lainnya. Selain itu, suatu perdebatan tentang apakah kanabinoid menstimulasi yang disebut pusat kesenangan ( reward centers) di otak, seperti neuron dopaminergik dari area tegmental ventralis. Tetapi, toleransi terhadap kanabis memang terjadi, dan ketergantungan fisikologi adalah tidak kuat. Gejala putus kanabis pada manusia adalah terbatas samapi peningkatan ringan dalam iritabilitas, kegelisahan, insomnia, anoreksia, dan mual ringan; semua gejala tersebut ditemukan hanya jika seseorang menghentikan kanabis dosis tinggi secara mendadak. Jika kanabis digunakan seperti rokok (smoked), efek euforia tampak dalam beberapa menit, mencapai puncak dalam kira-kira 30 menit, dan berlangsung 2 sampai 4 jam. Beberapa efek motorik dan kognitif berlangsung selama 5 sampai 12 jam. Kanabis juga dapat digunak peroral jika disiapkan dalam makanan, seperti brownies dan cakes. Kira-kira harus digunakan dua sampai tiga kali lebih banyak kanabis yang digunakan peroral untuk sama kuatnya dengan kanabis yang digunakan melalui inhalasi asapnya. Banyak variabel yang mempengaruhi sifat psikoakttif dari kanabis, termasuk potensi penggunaan kanabis, jalur pemberian, teknik mengisap, efek pirolisis dari kandungan kanabinoid, dosis, lingkungan, pengalaman masa lalu pemakai, harapan pemakai, dan kerentanan biologis unik dari pemakai terhadap efek kanabinoid.
DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS
Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat ditegakkan berdasarkan PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, Edisi III) dan DSM-IV ( diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition).
Efek fisik yang paling sering dari kanabis adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva (yaitu, mata merah) dan takikardi ringan. Pada dosis tinggi, hipotensi ortostatik dapat terjadi.peningkatan nafsu makan-sering kali disebut sebagai pengunyahdan mulut kering adalah efek intoksikasi kanabis yang sering lainnya. Belum pernah dicatat secara jelas kasus kematian yang disebabkan oleh intoksikasi kanabis saja, yang mencerminkan tidak adanya efek dari zat pada kecepatan pernafasan. Efek merugikan
8
potensial yang paling serius dari dari penggunaan kanabis berasal dari inhalasi hidrokarbon karsinogenik yang sama-sama ditemukan dalam tembakau konvensional, dan beberapa data menyatakan bahwa penggunaan kanabis yang berat berada dalam risiko mengalami penyakit pernafasan kronis dan kanker paru-paru. Praktik mengisap rokok yang yang mengandung kanabis sampai sangat habis, yang disebut lipas ( roach), meningkatkan lebih lanjut asupan tar (yaitu, materi partikel). Banyak laporan menyatakan bahwa penggunaan kanabis jangka panjang berhubungan dengan atrofi serebral, kerentanan kejang, kerusakan kromosom, defek kelahiran, gangguan reaktivitas kekebalan, perubahan konsentrasi testosteron, dan disregulasi siklus menstruasi; tetapi, laporan tersebut belum secara pasti ditegakkan, dan hubungan antara efek tersebut dengan penggunaan kanabis tidak pasti. Diagnostic and Statistical Manual of MentalDisorders edisi keempat (DSM-IV)
menuliskan gangguan berhubungan dengan kanabis tetapi mempunyai kriteria spesifik dalam bagian gangguan berhubungan dengan kanabis hanya untuk intoksikasi kanabis. Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya ditemukan di dalam bagian DSM IV yang memusatkan pada gejala fenomenologi utama- sebagai contoh, gangguan psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam bagian DSM- IV tentang gangguan psikotik akibat zat.
Ketergantungan Kanabis dan Penyalahgunaan Kanabis
DSM-IV memasukkan diagnosis ketergantungan kanabis dan penyalahgunaan kanabis. Data eksperimental dengan jelas menunjukkan toleransi terhadap banyak efek kanabis; tetapi, data kurang mendukung adanya ketergantungan fisik. Ketergantungan psikologis pada pemakaian kanabis terjadi pada pemakai jangka panjang.
Intoksikasi Kanabis
DSM-IV meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis. Kriteria diagnostik menyebutkan bahwa diagnosis dapat diperkuat dengan kalimat ”dengan gangguan persepsi”. Jika tes realitas yang intak tidak terdapat, diagnosis adalah gangguan psikotik akibat kanabis.
9
Intoksikasi kanabis sering kali meninggikan kepekaan pemakai terhadap stimuli eksternal, mengungkapkan perincian yang baru, membuat warna-warna tampak lebih terang dari pada sebelumnya dan perlambatan waktu secara subjektif. Pada dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang. Selama 8 sampai 12 jam setelah menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan keterampilan motorik yang mengganggu operasi kendaraan bermotor dan mesin mesin berat lainnya. Selain itu, efek tersebut adalah aditif dengan efek alkohol, yang sering kali digunakan dalam kombinasi dengan kanabis.
Delirium Intoksikasi Kanabis
Delirium Intoksikasi Kanabis adalah suatu diagnosis DSM-IV. Delirium yang berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu reaksi, persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Dosis tinggi yang juga menggangu tingkat kesadaran pemakai mempunyai efek nyata pada pengukuran kognitif tersebut.
Gangguan Psikotik Akibat Kanabis
Gangguan Psikotik Akibat Kanabis adalah didiagnosis dengan adanya psikosis akibat kanabis. Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara adalah lebih sering. Psikosis yang jelas agak sering di negara-negara di mana orang-orangnya mempunyai jalur untuk mendapatkan kanabis dengan potensi yang tinggi. Episode psikotik sering kali disebut sebagai kegilaan rami ( hemp insenity). Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk ( bad-trip), yang sering kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis memang terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang telah ada sebelumnya pada orang yang terkena.
10
Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis
Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis ( cannabis-induced anxiety disorder) adalah suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak orang mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran paranoid. Dalam keadaan tersebut, serangan panik dapat diinduksi, didasarkan pada rasa takut yang tidak jelas dan tidak terorganisir. Tampaknya gejala kecemasan berhubungan dengan dosis dan merupakan efek merugikan yang paling sering terhadap pemakaian sedang kanabis yang diisap seperti rokok ( smoked). Pemakai yang tidak berpengalaman lebih mungkin mengalami gejala kecemasan dibandingkan pemakai yang berpengalaman. Gangguan Berhubungan Kanabis yang Tidak Ditentukan
DSM-IV tidak secara resmi mengenali gangguan mood akibat kanabis ( cannabisinduced mood isorder); dengan demikian, gangguan tersebut diklasifikasikan sebagai
gangguan akibat berhubungan yang tidak ditentukan (NOS; not other-wise specified). Intoksikasi kanabis dapat disertai dengan gejala depresif, walaupun gejala tersebut dapat mengarahkan pemakaian kanabis jangka panjang. Tetapi, hipomania, adlah gejala yang sering pada intoksikasi kanabis. DSM-IV juga tidak secara resmi mengenali gangguan tidur akibat kanabis atau disfungsi seksual akibat kanabis; dengan demikian, keduanya diklasifikasikan sebagai gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan (NOS). Jika ditemukan gejala gangguan tidur maupun gejala disfungsi seksual dan berhubungan dengan penggunaan kanabis, gejala tersebut hampir selalu menghilang dalam beberapa hari atau satu minggu setelah menghentikan pemakaian kanabis. Kilas balik ( flash back). Kelainan persepsi yang menetap setelah penggunaan
kanabis tidak secara resmi diklasifikasikan di dalam DSM-IV, walaupun terdapat laporan kasus orang yang mengalami sensasi berhubungan dengan intoksikasi kanabis-setelah efek jangka pendek dari substansi telah menghilang. Perdebatan tentang apakah flashback berhubungan dengan penggunaan kanabis saja atau apakah berhubungan dengan
11
penggunaan bersama dengan halusinogen atau kanabis dicampur dengan phencyclidine (PCP). Sindrom Amotivasional. Sindrom berhubungan kanabis lain yang kontroversial
adalah sindrom amotivasional. Perdebatan adalah tentang apakah sindrom ini berhubungan dengan penggunaan kanabis atau apakah mencerminkan sifat karakterologis pada sekelompok orang, tidak tergantung pada penggunaan kanabis. Biasanya, sindrom amotivasional telah dihubungkan dengan pemakaian kanabis jangka panjang dan berat dan ditandai oleh ketidakmauan seseorang melakukan suatu tugas-mungkin di sekolah, pada pekerjaan, atau tiap situasi yang memerlukan pemusatan perhatian atau keuletan yang lama. Orang digambarkan sebagai menjadi apatik dan anerik, biasanya mengalami peningkatan berat badan, dan tampak malas. Akibat penyalahgunaan ganja adalah :
1. Problem fisik : a. Gangguan
sistem
reproduksi
(infertilitas,
mengganggu
menstruasi,
maturasi organ seksual, kehilangan libido, impotensi) b. Foetal damage selama kehamilan c. Infeksi sistem pernafasan (sinusitis, bronkhitis menahun) d. Mengandung
agen
penyebab
timbulnya
sel – sel
epitel
kanker
(carcinogenic agents) : kanker paru, organ pernafasan bagian atas, saluran pencernaan, leher dan kepala e. Emphysema
f. Gangguan kardiovaskuler g. Gangguan imunitas h. Gangguan saraf: sakit kepala, gangguan fungsi koordinasi motorik
12
2. Problem psikiatri a. Gangguan memori sampai kesulitan belajar b. Sindroma amotivasional c. Ansietas, panik sampai reaksi bingung d. Psikosis paranoid sampai skizofrenia e. Depresi berat sampai suicide f. Apatis, perilaku antisosial
3. Problem sosial a. Kesulitan belajar sampai dikeluarkan dari sekolah b. Kenakalan remaja c. Hancurnya academic or job performance sampai kehilangan pekerjaan d. Gangguan dalam mengendarai kendaraan, alat mesin e. Terlibat problem hukum 4. Sebab kematian a. Suicide
b. Infeksi berat c. Tindak kekerasan (termasuk kecelakaan lalu lintas)
13
Kriteria Diagnostik Intoksikasi Kanabis menurut PPDGJ III
A. Baru menggunakan kanabis B. Takikardia C. Paling sedikit terdapat satu dari gejala psikologik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu : 1. Euforia 2. Perasaan intensifikasi persepsi secara subjektif 3. Perasaan waktu berlalu dengan lambat 4. Apati D. Paling sedikit terdapat satu dari gejala fisik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu : 1. Kemerahan konjungtiva 2. Nafsu makan bertambah 3. Mulut kering E. Efek tingkah laku maladaptif, misalnya kecemasan berlebihan, kecurigaan atau ide – ide paranoid, hendaya daya nilai, halangan dalam fungsi sosial atau pekerjaan. F. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau mental lainnya.
14
Gangguan Waham Kanabis Kriteria Diagnostik menurut PPDGJ III
A. Baru menggunakan kanabis B. Timbul Sindrom Waham Organik di dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu C. Gangguan itu tidak menetap sesudah lebih dari 6 jam penghentian zat itu D. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau mental lainnya.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan rutin untuk kanabis dan zat lainnya telah umum pada beberapa keadaan seperti program pengobatan dan tempat penempatan tenaga kerja. Kebanyakan laboratorium
menggunakan
Enzym-Multiplied
Immunoassay
Technique
(EMIT),
meskipun Radi Immunoassay (RIA) adalah yang paling sering digunakan. Kedua tes di atas relatif sensitif dan tidak mahal. Membantu sebagai penyaringan ( screening) awal karena jauh dari sempurna. Perbandingan terbaru menunjukkan ketidaksesuaian pada positif palsu dan negatif palsu meskipun penyaringan dan kondisi laboratorium dalam penerapan yang terbaik. Untuk mengkonfirmasi tes, digunakan Chromatography-Mas Spectroscopy (GC-MS). Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada 42-72 jam setelah efek psikologis menurun. Karena metabolit kanabinoid adalah larut lemak, menetap di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring untuk kanabinoid pada individu yang menggunakan secara iseng dapat memberikan hasil positif untuk 7-10hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu.
15
PENGOBATAN
Pengobatan pemakaian kanabis terletak pada prinsip yang sama dengan pengobatan penyalah-gunaan substansi lain-abstinensia dan dukungan. Abstinensia dapat dicapai melalui intervensi langsung, seperti perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas dasar rawat jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urine, yang dapat mendeteksi kanabis selama tiga hari sampai empat minggu setelah pemakaian. Dukungan dapat dicapai dengan menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok. Pendidikan harus merupakan inti untutk program abstinensia dan dukungan, karena pasien yang tidak mengerti alasan intelektual untuk mengatasi masalah penyalahgunaan substansi menunjukkan sedikit motivasi untuk berhenti. Untuk beberapa pasien suatu obat antiansietas mungkin berguna untuk menghilangkan gejala putus zat jangka pendek. Untuk pasien lain penggunaan kanabis mungkin berhubungan dengan gangguan depresi dasar yang mungkin berespons dengan terapi antidepresan spesifik. PROGNOSIS
Ketergantungan
kanabis
terjadi
perlahan,
yang
mana
mereka
akan
mengembangkan pola peningkatan dosis dan frekuensi penggunaan. Efek yang menyenangkan dari kanabis sering berkurang pada penggunaan berat secara teratur. Sejarah gangguan tingkah laku pada masa anak, remaja, dan gangguan kepribadian antisosial adalah faktor resiko untuk berkembangnya gangguan terkait zat, termasuk gangguan terkait kanabis. Sedikit data yang tersedia pada perjalanan efek jangka panjang dari ketergantungan dan penyalahgunaan kanabis.
16
BAB III KESIMPULAN
Ada tiga alasan yang mengkhawatirkan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat: Pertama, pertumbuhan dari periode kesehatan akut (the growth of acute health episodes). Kandungan THC yang tinggi tentunya membawa konsekuensi yang berbeda dengan pengguna ganja dengan THC yang rendah. Meskipun secara teoritis konsumsi bisa saja dikurangi untuk mendapatkan efek yang sama, namun dalam kenyataannya sangat sulit untuk dilakukan. Alasan kedua, pertumbuhan kebutuhan tempat rehabilitasi. Peningkatan kadar THC akan berakibat semakin banyaknya pengguna ganja yang kemungkinan menjadi adiksi dan ketergantungan yang pada akhirnya memerlukan tempat untuk rehabilitasi. Sedangkan alasan ketiga adalah terjadinya perubahan pemahaman tentang dampak kesehatan dari konsumsi ganja. Beberapa opini masyarakat saat ini telah mengalami perubahan
dimana
mengkonsumsi
ganja
hanya
sedikit
bahayanya.
Opini
ini
sesungguhnya cukup beralasan karena banyak ilmuwan menemukan kenyataan bahwa bahaya tembakau dan alkohol jauh lebih besar dari bahaya ganja Pandangan di atas tentu saja tidak sepenuhnya benar karena posisi ganja dengan tembakau dan alkohol adalah berbeda, sehingga kita belum bisa memprediksi jika kemudahan mendapatkan ganja ini menjadi semudah mendapatkan tembakau maka bagaimana dampaknya terhadap kesehatan masyarakat .Walaupun ada pandangan yang baru, namun World Drug Report (2006) masih tetap dengan keyakinan bahwa ganja adalah tidak baik untuk kesehatan. Survei terbaru dari National Institute of Drug Abuse (NIDA) 40% dari populasi yang melaporkan telah menggunakan satu atau lebih zat terlarang dalam kehidupan mereka, 15% telah menggunakan zat terlarang pada tahun sebelumnya. Prevalensi seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar 20%.
17
Angka penggunaan mariyuana dalam bulan terakhir oleh laki-laki adalah hampir dua kali dari angka pada wanita. Kulit hitam kira-kira 1,6 kali lebih mungkin menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir dibandingkan kulit putih atau Hispanik. Penghuni daerah metropolitan besar dan kecil secara bermakna lebih mungkin dibandingkan penduduk daerah Selatan atau Utara Tengah untuk menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir. Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia basalais, hipokampus, dan serebelum, dengan konsentrasi yang lebih rendah di korteks serebral. Reseptor tidak ditemukan di batang otak, suatu kenyataan yang konsisten dengan efek kanabis yang minimal pada fungsi pernafasan dan jantung. Penelitian pada binatang telah menemukan bahwa kanabinoid mempengaruhi neuron monoamin dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Efek fisik yang paling sering dari kanabis adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva (yaitu, mata merah) dan takikardi ringan. Pada dosis tinggi, hipotensi ortostatik dapat terjadi.peningkatan nafsu makan-sering kali disebut sebagai pengunyahdan mulut kering. Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya ditemukan di dalam bagian DSM IV yang memusatkan pada gejala fenomenologi utamasebagai contoh, gangguan psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam bagian DSMIV tentang gangguan psikotik akibat zat. DSM-IV memasukkan diagnosis ketergantungan kanabis dan penyalahgunaan kanabis. DSM-IV meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis. Intoksikasi kanabis dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang. Delirium Intoksikasi Kanabis adalah suatu diagnosis DSM-IV. Delirium yang berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu reaksi, persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara adalah lebih sering. Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk ( bad-trip), yang sering kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis
18
memang terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang telah ada sebelumnya pada orang yang terkena. Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis (cannabis-induced anxiety disorder) adalah suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak orang mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran paranoid. Kategori gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan ini adalah untuk gangguan
yang
berhubungan
dengan
pemakaian
kanabis
yang
tidak
dapat
diklasifikasikan sebagai ketergantungan Kanabis, penyalahgunaan kanabis, intoksikasi kanabis, delirium intoksikasi kanabis, gangguan psikotik akibat kanabis, atau gangguan kecemasan akibat kanabis. Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada 42-72 jam. Karena metabolit kanabinoid adalah larut lemak, menetap di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring untuk kanabinoid pada individu dapat memberikan hasil positif untuk 7-10 hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu. Perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas dasar rawat jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urine, yang dapat mendeteksi kanabis selama tiga hari sampai empat minggu setelah pemakaian. Dukungan dapat dicapai dengan menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok.
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kaplan H I and Saddock BJ, Sinopsis Psikiatri: ed saddock BJ. Vol. 1. 6
th
Edition. USA. William and Wilkins, 2010: 640-646 2.
Kaplan H I and Saddock BJ, Comprehensive Textbook of Psychiatry: ed th
saddock BJ. Vol. 1. 6 Edition. USA. William and Wilkins, 1995: 810-816. 3.
Kusumawardani, dkk. Buku Ajar Psikiatri : ed Elvira, Hadisukanto. FKUI, 2010. 142-143.
4.
Diagnostic and Statistics Manual of Mental Disorder edisi keempat.
5.
Direktorat Kesehatan Jiwa, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Edisi III.. DepKes RI. 1993
6.
Camellia
V,
Gangguan
Sehubungan
Kanabis.
Tersedia
di
http://
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3396/1/10E00568.pdf. diunduh pada 27 Desember 2012. 7.
Cannabis Related Disorder. Tersedia di http://www.minddisorders.com/BrDel/Cannabis-and-related-disorders.html. diunduh pada 27 Desember 2012.
20